Part 6

244 21 27
                                    

Hafidz mencium takzim tangan kedua orang tua Ersha yang baru datang.

Suryani menanyakan keadaan putri bungsunya. Hafidz menjawab kalau masih belum ada perubahan.

Suryani minta ijin bertemu Ersha, Hafidz segera meminta ijin pada perawat.

Sebenarnya perawat tak mengijinkan Suryani menjenguk karena belum waktunya jam besuk tapi Hafidz begitu memohon membuatnya tak tega.

Pemuda itu sudah mencuri perhatian banyak perawat disitu bukan hanya karena ketampanan dan sopan santunnya yang begitu luar biasa. Tapi juga bacaan Quran Hafidz yang tak pernah putus untuk istrinya begitu membuat perawat-perawat disitu terpesona.

Perhatian dan kasih sayang Hafidz pada Ersha begitu membuat perawat-perawat meleleh.
Hafidz betul-betul sosok suami idaman di mata mereka.

Suryani tak mampu menahan emosinya melihat putrinya yang tergolek tak berdaya. Air matanya luruh.

Nduk... Kowe ki kene opo... Kok ora ndang tangi? Mesakke Hafla, Nduk... Ayo tangi... “ lirihnya bercampur isak. (Nak, kamu ini kenapa kok nggak bangun-bangun? Kasihan Hafla, Nak... Ayo bangun)

Hafidz yang tak paham bahasa Jawa namun sedikit banyak bisa meraba apa artinya merangkul hangat ibu mertuanya. Suryani menggenggam tangan putrinya.

“Hasil MRI nya gimana,  Nak Hafidz? “

“Dokter bilang nggak ada masalah, Bu. “

Suryani menghela napas berat, “Lha trus kowe ki kene opo tho, Nduk..? “ desahnya bingung.

“Maaf, dokter mau visite, satu orang saja di dalam, ya. “

Suryani mengangguk gugup kemudian pamit. Hafidz menyilakan.

“Gimana Echa, Bu? “ tanya Purwanto.

Suryani menggeleng lemah dengan mata berkaca-kaca. Purwanto menghela napas panjang.

“Hafidz suruh makan dulu, Bu. “

“Dokter masih visite, Pak.”

“Ooh... “ Purwanto mengangguk paham.

Assalamu’alaikum...”

Suryani dan Purwanto menoleh sambil spontan menjawab salam. Suryani terhenyak.

Siska..?

Ingatannya langsung tertuju pada gelang yang dipakai Hafla yang kata Hafidz adalah pemberian wanita muda ini.
Suryani tersentak kala Siska meraih tangannya mencium dengan takzim.

“Saya nggak tahu kalau Om dan Tante ada disini. Hehe, saya rencananya mau gantiin Mas Hafidz jagain Ersha... “

Suryani dan Purwanto saling berpandangan lalu tersenyum hangat.

“Terima kasih ya, Nak Siska... Sampai repot datang kesini... Padahal harusnya sekarang Nak Siska di Bandung kan ya ikut Ferdy? “ tanya Purwanto.

Siska jadi salah tingkah. Entah mengapa ia jadi baperan begini... Pertanyaan Purwanto seolah senada dengan pernyataan ayahnya yang mengatakan kalau Ersha bukan siapa-siapa.

“Iya, Om. Ersha buat saya sudah seperti adik. Ersha banyak menginspirasi, banyak sekali membantu saya berhijrah. Saya kaget sekali ketika mendengar berita tentang keadaannya, jadi saya minta ijin Mas Ferdy untuk datang menjenguk. “ jawabnya sopan.

“Terima kasih ya, Nak Siska atas perhatiannya. Echa banyak sekali cerita tentang Nak Siska yang sudah banyak membantu waktu Hafidz sakit, Hafla dirawat karena sempat kuning, ah... Dan masih banyak lagi... “

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang