Part 71

120 18 10
                                    

Sugianto hanya tersenyum masam saja.

“Ayo kita naik ke lift.” Sahutnya singkat.

Semua menahan napas dan tak berani bertanya lagi. Ersha, Hafidz dan Siska paham kalau Sugianto tak bisa menjelaskan karena ada Hafla. Mereka menunggu waktu yang tepat dengan dada berdebar.

Hening sekali suasana di dalam lift. Hafla yang sedang digendong oleh Hafidz memperhatikan ketegangan yang ia rasakan.
Netranya menatap sang bunda yang berdiri menempel dengan abinya.

“Nda, ada apa?” bisiknya, namun mampu terdengar oleh semua yang ada di dalam lift tersebut.

Semua saling berpandangan. Ersha berusaha tersenyum manis,”Nggak ada apa-apa, Sayang.”

Hafla mengangguk pelan namun tak yakin dengan jawaban sang bunda. Ia tak berani bertanya lagi.
Tangannya kembali terulur pada Andika. Siska agak salah tingkah sejenak lalu bertukar tempat dengan Ersha.

Sekarang posisinya berada di sebelah Hafidz, sementara Ersha bersebelahan dengan Sugianto. Siska mengangkat tangan Andika agar bisa digenggam oleh Hafla. Hafla tersenyum manis menatap Andika yang sejak tadi mengoceh dengan bahasa bayinya.

“Adek ngomong apa? Kakak nggak ngerti...” tanya Hafla lucu.

Semua tersenyum mendengar pertanyaaan Hafla.

“Bahasa bayi memang tidak dimengerti semua orang, Sayang.” Jawab Siska lembut.

“Tante mengerti?” tanyanya.

Siska menggeleng sambil tersenyum manis,”Dek Andika hanya mengoceh saja. Nanti lama-lama dia akan belajar meniru.”

Hafla mengangguk-angguk. Mata Siska menatap jaket yang sejak tadi dikenakan Hafla. Ia familiar dengan jaket itu yang mirip dengan miliknya.

Ferdy yang memberikannya dulu yang katanya limited edition. Suaminya hanya mendapat dua buah saja. Yang satu diberikan padanya, yang satu dijual di toko online-nya.

“Hafla pake jaketnya siapa? Punya abi, ya?” tanyanya.

Hafla menggeleng. Hafidz dan Ersha malah berpandangan dan wajahnya tegang sedikit.

“Punya Ukhty Risna, Ukh.” Jawab Hafidz.

Siska terhenyak. Netranya menatap pada sang ayah. Ia mendadak ingat chat-nya bersama Sugianto saat papinya mengabarkan bagaimana perasaannya ketika menggendong Hafla mengeluarkannya dari mobil saat kecelakaan.
Ternyata ini jaket biru dongker yang dimaksud itu.

Namun Siska langsung bersikap wajar dan berusaha tersenyum agar Hafla tak merasa aneh dengan gelagatnya. Ia tahu Hafla sekarang sensitif, ia tak mau merusak psikis Hafla yang sudah membaik.

Pintu lift berbunyi kemudian terbuka, mereka pun keluar.

“Maaf, Pak, Bu. Anda berdua tidak diijinkan masuk ruangan karena membawa anak dibawah umur.”

Seorang security menahan Siska dan Hafidz yang membawa anak dibawah umur. Mereka tidak diijinkan untuk menjenguk sesuai dengan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara ini.

Lettu Hartono dengan tanggap segera melakukan tugasnya melobi security tersebut.

“Maaf, Pak. Peraturannya tidak boleh!” tukas security dengan tegas.

“Kalau mau bergantian. Ibu dan Bapak turun dulu nanti bergantian naik. Anak-anak tidak boleh masuk kesini.” Sekali lagi security menegaskan.

Sugianto langsung maju dan merangkul hangat security sambil mengeluarkan tanda pengenalnya. Sontak sang security langsung menghormat.

Lillaah..!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang