LTWYA - bagian lima

34 8 3
                                    

"CLARAA ..."

Clara membuka pintu rumahnya dan membanting pintu tersebut. Ia memasang wajah kesal kepada lelaki yang tengah duduk di motornya. Lelaki itu tersenyum tanpa dosa sambil melambaikan tangannya kepada Clara.

"Berisik!" ucap Clara. Ia mengunci pintu rumahnya dan naik di jok motor milik lelaki itu. Keduanya diam. Brian yang tidak menyalakan mesin motornya dan Clara yang duduk di jok belakang.

"Jalan!" ucap Clara.

Brian mendengus. Ia mengusap hidungnya lalu menengok ke belakang. Mendapati wajah Clara yang tak jauh dari pandangannya. Brian tersenyum lalu memasukan permen lolipop yang sedari tadi di tangannya itu ke dalam mulut Clara. Lalu ia menyalakan mesin motornya dan berjalan menuju sekolah.

Di perjalanan, keduanya hanya diam. Tidak ada yang memulai percakapan. Keduanya hanya diam. Brian yang fokus menyetir dan Clara yang menikmati permen lolipop nya.

Tak lama, keduanya sampai di parkiran sekolah dan seperti biasa banyak pasang mata yang melihat mereka. Clara berjalan duluan meninggalkan Brian yang sibuk memarkirkan motornya. Ia berjalan cepat agar Brian tidak dapat menyusulnya.

"Gue mau ..."

Ucapan Brian tertahan ketika menyadari Clara tidak ada. Ia mencari disekelilingnya namun tak dapat menemukan Clara. Brian mengambil permen lolipop yang berada di sakunya dan memakannya. Ia berjalan santai ke kelasnya. Namun, melewati kelas Clara untuk memastikan bahwa gadis itu ada di kelas. Benar saja, gadis itu tengah mendengarkan musik menggunakan headset nya.

"Kak,"

Brian menengok ke belakangnya. Gadis cantik berkulit putih dengan rambut panjangnya berdiri di belakangnya. Gadis bername-tag Amanda Atisya. Brian menaikkan sebelah alisnya. Menunggu gadis itu berbicara. Namun, gadis itu tak kunjung bicara.

"Gue pergi," Brian melangkah berniat meninggalkan gadis itu.

"AKU SUKA SAMA KAKAK! JADI PACAR AKU YA!" Amanda berbicara dengan sedikit berteriak. Murid-murid yang tengah berada di balkon maupun tengah lewat berhenti dan memilih mendengarkan Amanda yang sedang menyatakan perasaannya kepada preman sekolah. Brian melirikan matanya ke arah kelas Clara dari jendela. Gadis itu masih fokus dengan musiknya. Dan Brian berharap, Clara tidak mendengarkan ucapan gadis ini.

"Udah?" tanya Brian. Ia kembali melangkahkan kakinya meninggalkan gadis itu yang menjadi tontonan murid-murid. Berjalan ke arah kelasnya dengan tangan kiri yang dimasukkan kedalam saku celananya.

Sesampainya di kelas, ia menaruh kepalanya di meja dan memejamkan matanya. Bel masuk sebentar lagi. Namun ia memilih untuk tidur. Tian, yang baru datang dari kamar mandi melihat Brian tengah tertidur masih dengan permen didalam mulutnya. Ia menyenggol bahu Brian dan membangunkannya.

"Apaan sih," ucap Brian kesal. Ia melirik Tian yang berdiri di sampingnya.

"Cie yang habis ditembak ..." Tian mencoba untuk menggoda Brian. Brian hanya memasang wajah malas.

"Lo pacaran kan sama Clara? Tuh cewek gatau kali ya kalo lu itu pacarnya Clara ..."

Brian memberikan permen yang masih lengkap dengan bungkusnya. Ia memiliki banyak stok permen di tasnya. Juga dirumahnya. Tian hanya tau bahwa Clara dengan dirinya berpacaran. Padahal sebenarnya tidak.

"Tau aja lo," ucap Tian mengambil permen tersebut dan memakannya.

"Gue takut dia jadi Cindy kedua yang gituin Clara," ucap Tian. Brian menghadap wajah Tian serius. Sedangkan Tian yang merasa ditatap serius oleh Brian hanya terkekeh.

Kringg...

Bel masuk telah berbunyi, murid-murid yang berada dikelas kembali ke tempat duduknya. Begitu juga Tian yang duduk di tempatnya. Murid-murid sudah bersiap dengan buku di mejanya dan menunggu guru masuk kedalam kelas.

Seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kelas dengan mengucapkan salam. Mereka semua yang berada di kelas berdoa untuk memulai pembelajaran. Sang guru tengah menjelaskan materi yang dipelajari. Sedangkan Brian, ia tidak mendengarkan. Ia hanya sibuk memutar-mutar pulpen nya.

•••

"Baik sampai sini dulu pembelajarannya, kalian jangan lupa kerjakan tugas dari Ibu ya,"

Setelah guru itu berbicara, ia keluar dari kelas dan disusul oleh murid-murid yang pergi ke kantin. Tian menghampiri Brian yang diam di kursinya dan mengajaknya ke kantin.

Mereka berdua pergi ke kantin dan seperti biasa memesan makanan. Mata Brian fokus menatap Clara, gadis itu tengah mengantri membeli minuman dengan sepiring nasi di tangan kirinya.

"Nih bro punya lo," ucap Tian. Brian mengambil makanan tersebut dan pergi ke tempat duduk tempat biasa ia duduki. Begitupun Tian yang mengikutinya dari belakang.

Mereka berdua memakan makanannya. Brian tak kunjung berhenti menatap Clara yang sedang makan di kursi miliknya. Ia sendirian, wajahnya tertutupi oleh rambutnya yang sebahu. Gadis itu terus memakan makanya sambil menunduk.

"Pindah," ucap Brian. Ia kemudian berdiri membawa makanannya dan pergi duduk di bangku kosong tempat Clara makan. Ia duduk di hadapan Clara, sedangkan Tian duduk di samping Brian dan tersenyum kepada Clara.

"Ngapain lo?" tanya Clara.

Brian tak menjawabnya dan sibuk memakan makanannya. Clara melihat sekelilingnya. Siswa siswi disana terus menatap mereka. Clara merasa risih dan memakan makanannya cepat.

"Lo kok sama pacar lo gitu, asal lo tau ya, Brian itu romantis" ucap Tian menggoda Clara.

"Pacar?"

Brian menatap seseorang yang barusan berbicara. Gadis yang tadi pagi berbicara dengannya kini sedang berdiri di hadapannya. Clara juga menatap gadis yang berdiri menatap Brian. Brian menaruh sendok makannya dan diam. Nafsu makannya seketika menghilang.

"Iya, kenapa?" tanya Brian.

"Dia pacar kakak?" Amanda bertanya meyakinkan Brian.

"Iya, kenapa hah? Jangan ganggu gua!" ucap Brian. Kemudian ia pergi menarik lengan Clara meninggalkan kantin yang sedikit ramai. Tian hanya menatap Amanda malas dan berdiri menatapnya.

"Sejak kapan mereka pacaran?" tanya Amanda. Tian mengepalkan tangannya kuat. Menarik bahu Amanda dan berbicara tepat di telinga Amanda.

"Lo bikin nafsu kita bertiga hilang aja tau gak!?!" ucap Tian pelan dan berniat meninggalkan kantin.

Namun baru selangkah, suara tepukkan tangan mengalihkan perhatian nya, seorang lelaki berjalan mendekat ke arahnya sambil bertepuk tangan pelan dengan wajah yang meremehkan.

"Ada babu nih? mana boss nya? cewek mana lagi yang jadi korban dia selanj–"

•••

Brian membawa Clara ke rooftop. Ia duduk di sofa yang terdapat di rooftop itu. Brian memejamkan matanya dengan kepala yang ia sandarkan ke punggung sofa. Clara hanya berdiri menatap Brian datar.

"Lo ngapain sih?" tanya Clara kesal.

"di kantin berisik"

Brian tersenyum kearah Clara dan menarik lengannya untuk duduk disampingnya. Clara hanya mendengus kesal kearah Brian dan memilih diam.

"Lo marah?" tanya Brian.

"Iya gue marah sama lo! Tangan gue sakit di tarik terus sama lo!" ucap Clara. Brian terkekeh melihat wajah Clara yang menurutnya lucu.

"Yaudah si maaf. Tapi bukan hal itu, yang tadi di kantin, lo marah ga?" Clara mengerutkan dahinya. Ia memasang wajah bingung kepada Brian.

"Orang-orang taunya kita pacaran," ucap Brian. Clara menguap malas mendengar ucapan Brian. Ia menyandarkan kepalanya di pinggir sofa dan memejamkan matanya. Brian dengan jahilnya memukuli bahu Clara. Clara membuka matanya. Menatap kesal Brian seperti ingin memukul lelaki itu. Brian memberikan permen lolipopnya kepada Clara.

"Di kasih makan permen terus lama-lama diabetes deh gue!" ucap Clara kesal namun ia mengambil permen tersebut. Brian tertawa dan memakan permen miliknya.

"WOY BRIAN! GAWAT!"

•••

See you to next chapter♡

Love The Way You AreWhere stories live. Discover now