LTWYA - bagian enam

29 6 1
                                    

"WOY BRIAN! GAWAT!"

Brian berdiri dan berjalan menuju lelaki yang tadi berteriak. Ia memasang wajah bingung dan hanya menatap temannya yang sedang menetralkan nafasnya.

"Tian…" ucapan temannya ini terhenti karena nafas yang tersengal-sengal setelah lumayan cukup jauh berlari.

"Dia berantem…"

Brian berlari meninggalkan rooftop. Clara yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka ikut berlari menyusul Brian dan temannya. Ia berhenti di kantin yang ramai ditutupi oleh murid. Menerobos di antara murid-murid yang tengah menonton. Melihat Tian yang berada di bawah tubuh seseorang dengan wajah yang terdapat luka. Dan Brian, berdiri di antara mereka dengan lengan yang ia masukan ke dalam saku celananya.

"Wah... Lo lagi," ucap Brian datar.

Tian menyingkirkan tubuh lelaki itu dan berdiri. Ia memegangi bibirnya yang nyeri dan berjalan meninggalkan kantin.

"Urusan gue sama Tian, bukan sama lo!" ucap lelaki itu dan berniat pergi. Namun bahunya ditahan oleh Brian dan tubuhnya didorong sampai ia jatuh ke lantai.

"Urusan Tian, urusan gue juga! Lo lupa? Dulu Lo yang mulai masalah sama gue" ucap Brian dengan wajah seram sehingga yang melihatnya merasa takut.

Di sisi lain, Clara melihat Brian yang sedang berbicara dengan lelaki yang ia ketahui berada di kelas 11. Ia melihat Tian yang perlahan-lahan berjalan meninggalkan kantin.

"Oh iya, sekarang lo punya pacar ya? Gue bingung, tuh cewek kok mau ya sama lo yang pem-"

Bugh.

Brian meninju rahang lelaki itu sehingga membuat tubuh lelaki itu tersungkur ke lantai. Brian marah, ia berjongkok di atas tubuh lelaki itu dan mulai memukuli wajahnya. Berkali-kali ia memukul wajah lelaki itu hingga dirinya merasa puas. Brian mendekatkan wajahnya ke arah telinga lelaki itu dan berbisik.

"Disini yang pembunuh itu lo! Gue sama Tian cuma niat bantuin dia. Dan lo penyebab dia mati" bisik Brian kemudian ia bangkit dan meninggalkan kantin. Dengan pandangan yang menatap Clara tajam.

•••

Clara berjalan kaki menuju rumahnya. Ia tidak bertemu Brian sejak kejadian di kantin itu. Lalu ia memilih untuk berjalan pulang sendirian dan tidak menunggu Brian.

Langkahnya berhenti. Sebuah mobil berwarna putih berhenti tepat di pinggir nya. Clara menatap mobil itu dan menunggu seseorang keluar. Ia melihat lelaki memakai seragam yang sama keluar dari mobilnya. Ravin. Ia berjalan mendekat ke arah Clara.

"Mau bareng? Nanti biar supir gue anterin sampe rumah lo" ajak Ravin.

"Gak usah, rumah gue gak terlalu jauh kok" tolak Clara lembut sambil tersenyum.

"Tapi langit sudah gelap, sebentar lagi hujan turun. Lo bawa payung?" tanya Ravin, Clara menggeleng sambil melihat awan yang sudah mendung.

"Nih pake aja payung gue,"

Ravin memberikan payung berwarna biru kepada Clara. Clara mengambil payung tersebut dan kemudian ia membuka resleting tas nya mengeluarkan headset milik Ravin yang belum dikembalikan.

"Thanks ya," ucap Clara kemudian berjalan meninggalkan Ravin. Ravin masuk kedalam mobilnya dan pergi meninggalkan jalanan tersebut.

Clara hanya menatap kepergian mobil berwarna putih itu sambil memegang payung biru yang diberikan Ravin. Berjalan cepat agar hujan tidak turun sebelum ia sampai rumah.

Namun, takdir berkata lain. Gerimis mulai turun perlahan-lahan. Ia menepi dibawah pohon dan membuka payung tersebut. Kembali berjalan ke arah rumahnya dengan kondisi sepatu yang basah.

Love The Way You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang