⚘Rencana Baru⚘

4.8K 44 2
                                        


“Caranya?” tanya Hyme sedangkan Affry mulai takut dengan apa yang akan direncanakan oleh mereka, dia juga tidak berani menolak. Alhasil dia harus menerima tantangan yang mereka berikan.

Mereka bertiga kemudian berdiskusi, Hyme tersenyum lalu tertawa sedangkan Affry malu, sedikit bingung. Wanita itu menjelaskannya lagi dan akhirnya Affry mengerti.

Dia menjadi sangat malu dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Wanita itu menyuruhnya melakukan sesuatu, Affry hanya berpikir sejenak. Apa Naoki akan mau melakukannya dan apa yang akan dikatakan Natsu nantinya.

Sepulang kampus Affry mendatangi Natsu dan Naoki di dalam UKS, sebelumnya dia sepat pergi ke kelasnya tapi temannya memberitahu bahwa tangan Natsu terluka dan Naoki membawanya ke ruang UKS.

“Naoki,” panggilnya dan Naoki memandangnya, Affry berjalan ke arahnya dan duduk tepat di salah satu kasur yang kosong sedangkan Natsu hanya memandangnya cuek tak peduli lalu mengobati tangannya lagi.

“Kenapa kamu ke sini? Gak pulang?” tanya Naoki berjalan mendekatinya.

“Gak, kemarilah ada yang mau aku katakan.” Naoki berhenti sejenak dia takut kalau Affry akan berpikir macam-macam, tapi tetap saja dia menghampirinya kalau tidak Affry akan mengadu pada orang tuanya.

Naoki kemudian duduk di sampingnya, pupil matanya menatap Affry dengan sangat heran. Affry hanya malu dan tersenyum sedikit, perlahan didekatkan tubuhnya.

Awalnya Naoki menjauh, tapi melihat pasangannya tersebut cemburu. Dia mematung dan membiarkan sang pasangan mendekati tubuhnya tersebut. Affry terseny7m melihatnya pasrah dan membiarkan tubuhnya didekati.

Dia sedikit berdiri mengarahkan wajahnya tepat ke telinga Naoki dan berbisik, pertama dia diam, tapi demi membantu Hyme dan temannya dia akan melakukannya. Lagian kan Naoki adalah tunangannya.

“Naoki.” Dia diam, tak berani melanjutkan katanya, napasnya semakin memburu cepat di telinga Naoki, Naoki mulai merasa panas dan risi. Sesuatu yang ada di tubuhnya seperti ingin keluar akibat perlakuan tunangannya itu.

“Itu.” Dia diam lagi, sampai Naoki tidak tahan dan mengarahkan wajahnya tepat ke wajah Affry.

“Katakan,” ucapnya dan Affry mulai gelagapan.

“Itu ... bagian ini gatal, aku tak bisa menggarutnya. Kamu bisa bantu aku kan, tangan kamu kan besar jadi kamu saja yang melakukannya agar lebih pas,” jawab Affry sambil menunjuk ke dadanya.

Naoki hanya memandanginya, kenapa dia yang harus menggarut itu? Bukannya itu adalah miliknya, kenapa tidak dia sendiri? “Kamu saja yang lakukan, aku tidak bisa. Kamu belum jadi istriku. Kata ibu tidak boleh menyentuh wanita lain,” balas Naoki.

“Kamu jahat.” Perlahan air matanya mulai turun, Naoki tak tahan menahannya. Perlahan dia mulai. Mengarahkan tangannya ke arah dada Affry, Affry senang dan semakin mendekatkan dadanya pada Naoki.

Dia melakukannya secara perlahan, sampai sebuah tangan besar itu menyentuh dada milik Affry. “Apa kau akan melakukannya? Dia kan buka istrimu?” tanya Natsu dan Naoki segera melepaskan tangannya.

Affry cemberut dan menjauhkan wajahnya. “Kamu lebih pilih dia dari pada aku!” Kini Naoki tidak tahu harus melakukan apa lagi? Memilih Affry sebagai tunangannya atau melakukan apa yang dikatakan Natsu, karena perkataan Natsu memang benar. Dia tidak boleh menyentuh wanita yang bukan istrinya.

Naoki pasrah dan mengikuti keinginan Affry, tangannya kembali menyentuh dada Affry. Affry hanya diam. “Bagian mana yang gatal?” tanyanya dan tangan tersebut tetap diam tak bergerak sama sekali.

Affry membimbing tangan Naoki, ke arah yang dikatakannya gatal. Jarinya mulai bermain meraba bagian yang gatal. Affry diam merasakan geli yang tak pernah dia rasakan.

Rasa geli yang dicampur dengan rasa ketakutan. Rasa yang ingin lebih tapi tidak tahu apa itu? Dia semakin menuntut tangan Naoki untuk meremas dadanya. Naoki menolak dan menjauhkan tangannya, Affry mantapnya dengan tatapan sinis dan pada akhirnya Naoki meremasnya secara perlahan.

Affry semakin menginginkan lebih sedangkan Naoki merasakan sesuatu yang kenyal, dia ingin meremas dada Affry lebih kuat lagi tapi ketakutannya melanda dirinya, bagaimana nanti jika Affry berteriak dan menangis, dia hanya bisa menahan nafsu tangannya saja.

Affry semakin gila, kini duduknya tidak stabil lagi, matanya kadang ditutup mengikuti irama  yang diberikan Naoki, dia menatap Naoki dan Naoki hanya diam. Naoki takut kalau bagian yang diremasnya itu terasa sakit.

Affry membimbing tangan Naoki yang satunya lagi untuk meremas dadanya yang masih kosong tanpa sentuhan tersebut, Naoki mengikutinya dan mulai meremasnya dengan sangat pelan.

Tapi, hawa nafsu yang melandanya berkata tidak. Naoki semakin keras meremasnya dan membuat Affry sedikit menahan desahnya, semakin lama semakin kuat dan dia tak tahan lagi menahan desahan.

“Akh!” pekiknya dan membuat Natsu menggelengkan kepalanya. Mereka berdua tetap melanjutkan permainnya, sampai tangan Affry memegang bagian sensitifnya dan Naoki yang selalu merapatkan kakinya merasakan sesuatu yang berniat ingin keluar.

“Apa kalian akan melakukannya lagi?” tanya Natsu dan mereka berhentikan aksinya, kelupaan mereka terhadap Natsu membuat mereka sedikit malu dan memalingkan wajah masing-masing.

Affry merapikan pakaiannya sedangkan Naoki menyatukan kedua tangannya lalu mengasahnya, dia sedikit kesal karena Natsu mengganggu adegan yang paling dia inginkan.

Benda kenyal dan besar yang dipegangnya tadi sangat lentur dan terasa lembut, jika Naoki bisa memegang dan meremasnya lebih lama lagi dia pasti akan merasa senang begitu juga dengan Affry.

“Naoki, cium aku,” rayu Affry melanjutkan misinya.

“Kalian tidak boleh melakukannya, kalian belum menikah!” tolak Natsu dan Affry memandang kesal Naoki.

“Tidak Affry, kata ibu tunggu menikah saja.” Affry mengangguk dan tersenyum, Naoki senang akhirnya pasangannya itu tidak marah lagi seperti tadi.

Affry terus menatapinya dan membuat Naoki serta Natsu yang memandang mereka berdua risi. “Dekatkan wajahmu,” perintah Affry dan Naoki menyetujuinya, wajahnya didekatkan perlahan dan ....

Chupp....

Naoki memegang pipinya, wajahnya terlihat merah sedangkan Affry mengusap bibirnya lalu menatap ke bawah. “Kalian berdua gila? Ciuman sebelum nikah?” Natsu yang melihatnya marah dan Naoki hanya bisa diam.

Bagi Affry itu tidak masalah, lagian Naoki akan menjadi suaminya juga. Itu sebabnya dia mau melakukannya, Hyme dan temannya memerintahkan Affry agar menyuruh Naoki meremas dadanya lalu menciumnya tepat di hadapan Natsu.

Affry sudah melakukan misinya dan kini dia menatap ke arah jendela. Di mana Hyme dan temannya bersembunyi melihat aksi yang dilakukan  Affry. Mereka hanya tertawa lalu tercengang.

“Mereka bertiga benaran polos,” ucap wanita yang ada di samping Hyme.

“Aku sudah mengatakannya, kalau mereka memang polos. Pasrah saja,” jawab Hyme kemudian tersenyum sendiri. Wanita yang di sampingnya hanya menatapnya dengan tatapan kesal lalu mereka pergi.

“Sudahlah ayo kita pulang,” ajak Natsu. Ketika dia keluar membuka pintu, sebuah ember berisikan tepung dengan air jatuh tepat di atas kepalanya. Hyme dan temannya tertawa, jika wanita itu tidak bisa membuatnya malu karena kebodohannya tersebut, dia akan membuat malu Natsu dengan cara apa pun agar dia marah.


Natsu menatap bajunya, baju yang baru saja dia beli sudah kotor dan dia harus mencucinya lagi. Ditatapnya Hyme dan temannya itu, matanya layas seperti tak orang polos lagi.

  Tatapannya begitu tajam, Hyme dan wanita itu ketakutan dan mereka pergi dengan sigap tanpa membereskan kekacauan yang mereka lakukan di depan ruang UKS tersebut


⚘Polos⚘Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz