5. Rahasia

117 4 10
                                    

***

Jam pulang sekolah sudah tiba, namun Alea masih harus mengerjakan tugas piketnya yaitu menyapu kelas.

Entah dimana teman piketnya yang lain berada, karena saat ini hanya ada Alea dan Faren dalam kelas X IPS 2 itu.

Alea menyapu sedangkan Faren merapikan meja serta menghapus papan tulis.

"Tangan gue pegel nih bersihin papan" keluh Faren sambil memegang lengan atasnya.

"Jadi lo mau liat gue lompat-lompat kayak kelinci buat bersihin papan? Sorry ya, mending gue nyapu aja" balas Alea. Tubuhnya memang tidak sampai hingga ke bagian atas papan.

Faren yang mendengar perkataan Alea hanya tertawa, ia tidak terpikirkan hal itu sama sekali.

"Eh, besok kita ekskul ya?"

Alea hanya menjawab pertanyaan Faren dengan satu anggukan.

"Gak sabar liat kak Keano"

"Kak Keano punya gue, Faren!!!" teriak Alea dengan suara maksimal.

"Gue bercanda elah" Faren tertawa puas setelah menjahili Alea. Sedangkan Alea hanya mendengus kasar dan berusaha sabar menghadapi kelakuan sahabatnya yang memang hobi mengganggu dirinya.

Setelah merasa kelas sudah cukup bersih, Alea dan Faren pun mengambil ransel mereka lalu meninggalkan kelas.

"Gue duluan ya, Le. Kakak gue udah di gerbang" ucap Faren pamit lalu melambai-lambaikan tangannya.

Alea ikut melambaikan tangannya lalu melanjutkan perjalanannya sendirian.

"Alea!" teriak seseorang dari belakang.

Alea yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah pun berbalik. "Kenapa kak?"

Jonah berlari mendekati Alea lalu ia mengeluarkan sebuah buku dari tasnya.

"Nih, yang lo minta"

Alea dengan senang hati menerima pemberian Jonah tersebut. "Cepet banget ada"

Alea membolak-balikkan beberapa halaman buku tersebut dan tersenyum bahagia. "Makasih ya kak! Udah aku maafin"

Alea segera memasukkan buku tersebut ke dalam tas ranselnya lalu berjalan meninggalkan Jonah, ingin segera pulang.

"Tunggu!" Jonah lagi-lagi berteriak yang membuat Alea terpaksa berhenti dan memutar kembali badannya.

"Kenapa kak?"

"Lo bisa janji ke gue gak?"

"Janji? Janji apa kak?"

Jonah sempat terdiam, menghembuskan nafasnya pelan. "Janji ama gue, lo gak bakal bilang ke siapa-siapa tentang buku itu"

Alea sendiri tidak yakin kalau ia bisa merahasiakannya, tetapi ia mengangguk saja.

"Oke kak!" Alea menjawab dengan tersenyum. Alea memang selalu terlihat bahagia dan riang.

"Emangnya kenapa kalau orang lain tau?" lanjut Alea.

Jonah berpikir sebentar. "Ya gak papa sih.. Pokoknya rahasiain aja deh, gak usah banyak tanya"

Alea hanya tersenyum dan menuruti permintaan kakak kelasnya itu.

Jonah menyodorkan tangan kanannya dan langsung disambut oleh Alea.

"Senang berbisnis dengan anda" ucap Jonah yang langsung dibalas tawa oleh mereka berdua.

"Sekarang aku pulang boleh?"

Jonah hanya menganggukkan kepalanya sekali lalu membiarkan Alea pergi.

Kedua tangan Alea menggenggam tali ranselnya. Ia berjalan sambil sesekali melihat ke arah kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang.

Dalam setiap langkahnya, ia bersenandung kecil, nyaris tak terdengar.

"LEPASIN!" teriak Alea tertahan karena mulutnya di bekap dan tubuhnya di tahan.

Alea berusaha memberontak namun kekuatan kedua pria berbadan kekar disamping nya jauh lebih besar dibanding dirinya. Ia tak berdaya.

Sebuah motor berhenti tepat disamping Alea. Tanpa melepaskan helmnya, lelaki tersebut langsung memukul kedua preman tersebut tanpa ampun.

BRUK BRUK

Setelah merasa cukup, lelaki tersebut segera menarik Alea untuk duduk diatas motornya dan memberikan sebuah helm pada Alea.

"WOI! BALIKIN TUH CEWEK!" teriak salah satu preman yang sedang berusaha bangkit berdiri.

Untungnya lelaki yang menolong Alea langsung bergegas melajukan motornya, membonceng Alea.

Alea memicingkan matanya, berusaha melihat wajah sang penolong melalui kaca spion.

"Kak Keano?" Alea terkejut sekaligus bahagia.

"Gue Keenan, bukan Keano"

Itu sama sekali bukan jawaban yang Alea harapkan. Alea kecewa namun tetap tersenyum.

"Makasih udah nolongin kak"

"Rumah lo dimana?" Keenan bertanya, tak memperdulikan ucapan Alea. Ia terlalu fokus dengan jalanan yang cukup ramai.

Setelah menunjukkan arah beberapa kali, kini motor Keenan pun berhenti tepat didepan sebuah rumah yang sederhana namun terlihat elegan.

Alea turun dari motor dan melepaskan helmnya lalu memberikannya kepada Keenan. "Makasih kak"

Keenan menerima helm tersebut. "Sama-sama, lain kali hati-hati, kalau bisa jangan pulang sendirian dek. Apa perlu gue sewain Keano sebagai sopir lo?" ujar Keenan bercanda.

Alea hanya tertawa kecil, malu.

"Gue duluan" Keenan ikut tersenyum lalu melajukan motornya, menjauhi rumah Alea.

Alea terdiam didepan pagar rumahnya. Memikirkan perbedaan sikap antara Keano dan Keenan yang sangat berbanding terbalik.

Keano yang cuek, galak, dan jutek. Dibandingkan dengan Keenan yang ramah dan perhatian.

Seandainya bisa, ingin rasanya Alea menukar sifat Keano dengan Keenan agar dirinya bisa diperhatikan oleh Keano.

***

AleanoWhere stories live. Discover now