Volume 54

1.3K 78 4
                                    

Tolong koreksi lagi ya kalau masih ada typo hehe♡

***

Dion menghentikan langkahnya saat ia sudah mengirakan jarak antara ia dengan orang yang berada di balik dedaunan,perlahan-lahan ia memegang daun yang menjadi penghalang antara ia dengan orang itu

Lalu tiba-tiba sebuah tangan menariknya dari belakang,membuat ia ikut terjungkal kebelakang,ia terkejut bukan main saat Aletta menggenggam tangannya,
" lo ngapain sih? " tanya Aletta dengan wajah khawatir

Dion menetralkan degup jantungnya,
" g-gue tadi denger suara napas seseorang terus gue ikutin sampai kesini lama-lama gue denger suara langkah kaki tiba-tiba lo narik gue pas gue yakin kalo itu beneran manusia " ujarnya sambil membersihkan bagian bajunya yang kotor

Aletta menatap Dion tak percaya,perlahan ia mendekat, " Yon,lo gak tahu ada apa aja di hutan ini jadi jangan macam-macam,jangan pergi sendirian lagi,jangan menghilang lagi dan jangan bikin susah diri lo sendiri. Gue benci. " jelasnya kemudian ia mundur beberapa langkah dan berbalik,ia bahkan tak tahu apa yang sedang ia lakukan sekarang

Dion berdiri,ia memperhatikan gerakan aneh Aletta yang justru membuatnya merinding, " aneh,lihat lo dalam mode menyedihkan kayak gini ko bulu kuduk gue berdiri ya? mendadak horor aja gitu "

Aletta berbalik, " ih gue seriusan tahu! " balasnya sambil sedikit merajuk

" yeu.. gue juga ga bercanda,by the way sorry ya.. gue gak tahu kalo lo bakalan sekhawatir ini ke gue "

" ya kan lo temen gue,kita tersesat bertiga keluar juga harus bertiga,gue gak mau kehilangan orang yang gue sayang lagi " balas Aletta,ia tak sadar bahwa ada kata yang terdengar ambigu bagi Dion

Mata Dion menyipit, " bentar bentar kok gue ambigu ya? " tanyanya

Aletta salah tingkah,ia segera memperjelas " sayang dalam artian teman,ya. " jelasnya

Tiba-tiba seseorang bergabung dalam interaksi mereka,siapa lagi kalau bukan Langit, " friendzone versi lo menyedihkan banget,Yon. Lo yang ngejalanin gue yang pengen nangis lihatnya " ujarnya sambil berjalan mendekat

Dion tersenyum miring, " diem lo empedu abalon "

Langit tertawa cool, " kalem bro,becanda doang gak usah baper muka lo gak cocok soalnya " ujarnya santai

"Lang,besok-besok lo nugas gak usah minta bantuan gue,ya. " sahut Dion sambil menatapnya datar

Langit berhenti tertawa,pandangannya kembali menajam, "Jangan dong,nanti gak ada lagi yang gue jadiin babu" balasnya

Dion berdecak, "Kalo aja ngebunuh gak dosa dan gak ada hukumannya,sabar Dion." Ujarnya seolah sedang menguatkan dirinya sendiri

****

Bintang semakin mempercepat langkahnya,namun beberapa kali ia merasa bahwa dirinya pernah melewati jalan ini berulang-ulang kali akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dan kembali memperhatikan keadaan sekitar lebih rinci dan benar saja tempat ini sudah berulang kali ia lewati

Bintang menepuk keningnya pelan, " ini mah tempat yang tadi " ia memutarkan tubuhnya dan menatap langit-langit, "bener ini mah,gue daritadi disini-sini aja" ia merutuki dirinya sendiri

Ia mencari cara agar ia mudah tahu bahwa tempat ini sudah ia lalui,akhirnya ia memutuskan untuk mencari beberapa ranting yang bisa di buat gelang untuk di kalungkan di beberapa dahan pohon untuk menjadi tanda bahwa ia sudah melewati tempat ini

Setelah itu ia kembali berjalan sebentar dengan mengandalkan kaki yang masih sakit akibat luka dari kecelakaan pesawat beberapa pekan yang lalu,ia berusaha mencari jalan keluar walau hasilnya nihil

LANGIT [✔] Where stories live. Discover now