03»[Delusion]

1.5K 165 7
                                    


Iridescent

The story Pure from_©Alula_as Author.

●●●


Last take, and done.

Cahaya matahari memang sudah seharusnya menuju puncak. Arah jarum jam menyinggung angka balasan, sedikit menggangu beberapa orang-orang lighting player tak jauh di sudut. Bias teriknya benar-benar menusuk background dengan warna gradasi terang, dimana seorang Chimon Wachirawit tengah berdiri dengan beberapa pose.

Sudah sepatutnya, anggap saja resiko pemotretan outdor di tengah musim kemarau yang parah. Mau seperti apapun, produk minuman isotonic jelas tak mungkin pantas di peragakan dalam suasana indoor yang santai. Project kali ini mengusung tema semangat menggelora, yang benar saja. Semangat terbakar sengatan matahari adalah definisi sesungguhnya dari tema konyol pemotretan hari ini.

Jangankan semangat, jika bukan sebab tentang kata 'profesional' mengangkat sebelah sudut bibirpun ia enggan.

Namun untungnya semuanya telah selesai, tak tepat waktu! Tiga jam waktu terulur percuma. Menimbulkan desahan jengah serta erangan frustasi dari beberapa kru, begitupun dengan si bintang model saat ini.

Chimon menghela nafas panjang. Keadaannya benar-benar kacau—otaknya terutama. Pagi ini jadwal pemotretan menghadangnya. Menghancurkan rencana bersantai serta healing-nya selepas pertunjukkan live, di depan kedua mata. Pertikaian menyebalkan kemarin malam. Pikirnya hari ini ia berniat mangkir dari sekolah, dan yeah, lagi-lagi realita benar-benar kurang ajar! Sejujurnya hal itu sungguh mengganggu. Ia tak tidur dengan benar, pikirannya kacau dan banyak kehilangan kendali fokus.

Ditambah udara yang serupa dengan terik gurun sahara.

Lelaki manis itu tetap betah terduduk di salah satu kursi santai, tanpa berniat berbaur—seperti biasa, bukan Chimon sekali. Moodnya benar-benar hancur. Jika bisa, ia akan dengan mudah menumpahkan emosi di tempat-tempat tak terduga.

Angin kencang dengan dahsyat menghantam beberapa properti pemotretan, benar-benar kencang. Dan Chimon bahkan tak berniat membuka suara sekedar menyemangati beberapa petugas kebersihan.

Tak lama, mungkin hanya sekitar lima belas menit kemudian, Phi Kwang datang. Wanita itu terlihat kusut—pasti karena penataan jadwal lagi. Dua tas ransel besar di tenteng penuh semangat, tetap melangkah dengan terburu-buru menuju ke arahnya.

“Menyebalkan ...” gerutunya.

Kemana saja wanita tua itu? Chimon malah merasa teramat jengkel. Persetan dengan segala macam tata krama. Pihak agensi hari ini yang mengantarnya menuju tempat pemotretan, sekaligus menjemput sekalian. lengkap dengan segala macam wejangan. Panggilan telepon silih berganti tiada henti sejak pagi. Memangnya bagaimana ia bisa ada di sini dan tiba dengan selamat, sedangkan ia hampir tenggelam dalam aktifitas pribadi atas dasar ekspektasi. Sementara semua jadwalnya selalu menjadi tanggung jawab phi Kwang.

Chimon hanya paham beberapa, dan sering tak mau tau apa-apa saja yang ada dalam list kegiatan hariannya. Seperti saat ini salah satunya.

“Hay boy! Astaga ya ampun. Aku benar-benar berantakan.”

Chimon berdecak ringan. Ia tak ingin tau omong-omong. Mengangkat setengah alis ketika wanita dengan setelan dress panjang merah gelap itu menatapnya dari atas dan bawah lalu kembali ke atas lagi, bagai sinar scanner canggih masa kini, seperti tengah memindai sesuatu yang salah.

IRIDESCENT [END]Where stories live. Discover now