8

519 143 21
                                    

Dejun memarkirkan mobilnya di depan rumah Arin. Sesuai janjinya, ia akan menjemput Arin pukul delapan malam. Ketika arloji Rolex nya menunjukkan tepat pukul delapan malam, Dejun turun dari mobil.

Ting tong

Bel rumah Arin berbunyi kala Dejun membunyikannya. Tak lama kemudian pintu terbuka dan menunjukkan seorang wanita, sepertinya Mamanya Arin.

"Selamat malam, Tante. Saya Dejun. Saya mau jemput Arin." kata Dejun sambil membungkuk sopan kepada Mamanya Arin.

"Wah, selamat malam juga Nak Dejun." sapa Mamanya Arin kembali. Di dalam hati, Mamanya Arin terkagum-kagum melihat Dejun. Gile anak gue temenannya sama yang tajir ye.

"Sebentar ya, Arin nya masih siap-siap. Tante panggil dulu." kata Mamanya Arin.

"ARIN BURUAN. INI TEMEN LU UDAH NUNGGU." teriak Mamanya Arin yang membuat Dejun terlonjak kaget.

Tak lama kemudian Arin keluar dari kamarnya dan menghampiri pintu rumah. Seketika Dejun termenung ketika melihat Arin.

Dejun boleh jujur nggak sih? Arin terlihat sangat cantik dengan gaun panjang tak berlengan berwarna navy blue. Rambut panjangnya terurai dengan poni andalan yang menutupi keningnya. Arin tidak seperti biasanya.

"Sorry, lama nunggu ya?" tanya Arin yang membuat Dejun sadar dari lamunannya.

"Nggak." jawab Dejun.

Arin menoleh ke arah Mamanya lalu mencium tangannya "Pergi dulu ya, Ma." pamit Arin.

Dejun juga melakukan hal yang sama sembari tersenyum ramah. "Pergi dulu, Tan."

"Iya, hati-hati di jalan ya!" balas Mamanya Arin.

Arin langsung menarik Dejun pergi dari teras rumah. Lalu Arin melongo ketika melihat mobil Dejun yang terparkir di depan rumahnya.

Nggak, Dejun nggak bawa BMW yang biasa. Tapi ia bawa Ferrari.

"BUJUG INI BENERAN FERRARI??????" tanya Arin sembari memandang mobil Dejun kagum.

Dejun yang awalnya berpikir kalau Arin sangat cantik malam ini dan berbeda dari biasanya merubah pikirannya. Norak banget.

"Kenapa? Gak pernah naik Ferrari?" tanya Dejun.

"Ya kagak lah!" jawab Arin yang masih melihat ke arah mobil Dejun dengan tatapan kagum.

Dejun membuka pintu depan mobilnya untuk mempersilahkan Arin masuk. "Cepat masuk." ujar Dejun.

"Sweet amat pake dibukain segala." goda Arin sembari masuk ke dalam mobil Dejun.

Dejun menutup pintunya sembari memutar kedua bola matanya. "Terserah."

Katakan lah mereka sudah sampai di parkiran hotel bintang 5 yang super duper mewah di Ibu Kota. Jujur, hampir 21 tahun hidup Arin, baru kali ini Arin ke hotel ini.

"Ingat tugas lo. Jangan lupa senyum. Dan di depan orang tua gue, kita manggil satu sama lain aku-kamu, bukan lo-gue. Ngerti?" kata Dejun sembari menutup pintunya mobilnya.

"Iye." balas Arin singkat.

Mereka berjalan memasuki pintu masuk hall. Di saat itu juga, Dejun langsung menautkan tangan Arin pada lengan kekarnya. Lalu mereka berjalan masuk ke dalam hall.

Baru saja melangkah masuk, hampir seluruh mata tertuju kepada Arin dan Dejun. Ada yang menatap kagum, da yang menatap bingung, ada yang menatap sinis. Baru kali ini, seumur hidupnya Arin merasa canggung karena tatapan orang.

¹ the perfect match ㅡ xiaojun,arin ✓Where stories live. Discover now