10

506 140 20
                                    

Ternyata Dejun tidak bercanda mengirimkan supir untuk menjemput Arin. Arin menggerutu pelan ketika supir keluarga Xiao sampai. Seharusnya ia hari ini bisa bermalas-malasan, tapi karena Dejun rencana Arin untuk bermalas-malasan gagal.

Tapi ketika sudah sampai di kediaman keluarga Xiao, lagi-lagi Arin melongo. Melongo karena rumah keluarga Xiao sangat megah. Jauh lebih megah dari apa yang Arin bayangkan. Tempat ini lebih pantas disebut kastil daripada rumah.

Bahkan mungkin rumah Arin hanya sebesar halaman rumah keluarga Xiao. Benar-benar hanya halaman padang rumputnya, tidak termasuk garasi dan tempat parkir mobil.

Gila.

"Mari Nona Choi, saya antar ke dalam." kata supir keluarga Xiao.

"Eh, tidak usah, Pak. Saya bisa sendiri. Terima kasih udah menjemput saya." balas Arin sembari membungkuk sopan kepada supir keluarga Xiao.

Arin berjalan menaiki tangga yang akan membawa Arin ke teras rumah. Seketika Arin terlonjak kaget ketika melihat air membasahi padang rumput, ternyata air tersebut berasal dari alat penyiram rumput otomatis.

Sungguh. Baru kali ini Arin melihat penyiram rumput otomatis. Pantas saja rumput di rumah ini sangat hijau dan indah.

Ketika Arin hendak menghidupkan bel, tiba-tiba saja pintu rumah Dejun terbuka dan menunjukkan beberapa pelayan yang tengah menyambut Arin.

"Selamat datang, Nona Choi. Nona Choi sudah ditunggu oleh Tuan Muda Xiao dan Nyonya Xiao. Mari saya antar" ucap salah seorang pelayan.

Sungguh, Arin benar-benar tidak menyangka akan dilayani seperti ini. Arin hanya mengangguk lalu mengikuti pelayan tersebut.

Lagi-lagi ketika melangkah masuk, Arin terkesima melihat desain rumah keluarga Xiao yang megah dan penuh dengan nuansa emas. Arin kira rumah seperti ini hanya ada di sinetron atau film atau di rumah Musdalifah saja. Ternyata rumah keluarga Xiao... jauh lebih megah.

Pelayan tersebut membawa Arin ke sebuah ruangan yang sepertinya ruangan keluarga. Di situ ternyata sudah ada Dejun dan Mami nya.

"Nyonya Xiao, Nona Choi sudah tiba." kata pelayan tersebut.

Arin membungkuk sopan kepada pelayan tersebut sebelum akhirnya meninggalkan Arin bersama Dejun dan Maminya.

Dejun menghampiri Arin, dan berbisik tepat di telinga Arin. "Mami mau ngomong sesuatu ke lo. Tenang aja, lo gak akan dimarahin."

"Emang mau ngapain sih?" tanya Arin sambil berbisik.

"Gue juga gak tau." jawab Dejun.

Lalu Dejun merangkul Arin dan membawa Arin untuk duduk di sofa. Ya, saatnya memulai sandiwara.

"Selamat siang, Nyonya Xiao. Senang bertemu dengan anda lagi." kata Arin sembari tersenyum manis.

"Selamat siang, Nona Choi. Terima kasih udah menyempatkan diri untuk datang ke sini." balas Mrs. Xiao.

Arin semakin melebarkan senyum palsunya. "Ah, bukan masalah Nyonya Xiao."

"Sepertinya kita berbicara terlalu canggung ya, bagaimana kalau saya memanggil kamu Arin saja? Dan kamu memanggil saya Mami?" tanya Mrs. Xiao sembari meneguk segelas teh hangatnya.

Arin langsung melotot sambil melihat ke arah Dejun. Baru kenal masa udah manggil Mami?!

"Iyain aja, jangan kebanyakan mikir." bisik Dejun.

Arin langsung tersenyum lagi kepada Mrs. Xiao. "Ah, boleh Kok, Mami." balas Arin.

Mrs. Xiao tersenyum lebar. "Bagus, saya senang mendengarnya."

¹ the perfect match ㅡ xiaojun,arin ✓Where stories live. Discover now