Lima puluh satu

1.3K 113 11
                                    

Vote and comment ya!
Happy reading❤️








"Mau pake selai coklat atau kacang?"

Jennie bertanya pada sang suami yang kini sedang menyesap teh manis nya. Oh biasanya Hanbin meminum kopi. Tapi, Jennie melarangnya sering sering, Jennie menyelang nyeling dengan Air Teh atau susu.

"Apa aja sayang" jawab Hanbin seadanya. Lelaki itu sekarang sedang merapihkan Dasi nya.

Jennie meraih sehelai roti lantas mengolesi nya dengan selai kacang dan Coklat.
Lalu, menaruh nya di atas piring juga menyodorkan nya kepada sang Suami.

Sudah Hampir dua minggu mereka berdua cuti dari pekerjaan. Kini, waktu nya kembali pada rutinitas biasanya. Sudah cukup bulan madu nya.

Ah bicara bulan madu. Mereka belum pergi ke tempat tempat yang khusus. Mereka sengaja menunda, tidak ada alasan spesifik sih. Cuma, mereka belum mau saja.

Menelan kunyahan nya, lantas menatap sang Istri yang kini sedang meminum susu pisang kesukaan nya itu.
"Kamu mau kemana pagi pagi udah rapih?"

Jennie mengernyit, memperhatikan sekilas pakaian nya, lalu mendongak dan menatap sang suami.
"Mau ke kantor lah, mau kerja"

Seketika Hanbin langsung menggelengkan Kepalanya. "Nggak-nggak! Jangan kerja"

"Hah?!maksud kamu?"

"Aku mau kamu berenti aja kerjanya"

Jennie membulatkan matanya besar, menatap sang suami keheranan.
"K-kok gitu?"

Hanbin menghembuskan nafasnya jengah, lalu lelaki itu mengelapkan tissue ke permukaan bibir nya. Kemudian, beranjak dari duduknya, berdiri menjulang di sisi meja makan.

"Ngapain kamu kerja hm? Trus gunanya aku sebagai suami kamu apa? Aku gak mau kamu cape sayang. Kalau mau apa apa tinggal bilang aku"

Tutur Hanbin pelan. Nada nya begitu lembut.
Lelaki itu sungguh tak akan mengizinkan Istrinya pergi bekerja. Lagi pula, pekerjaan dia sudah lebih dari cukup. Bisa menghidupi keluarga kecil nya itu.

Jennie memerosotkan bahu nya.
Menghembuskan nafasnya sekilas.
"Iya aku nanti ngomong sama Kai buat berenti kerja. Yaudah kamu berangkat sekarang, udah siang"

Hanbin mengangguk lantas meraih Jas nya yang tersampir di bangku lalu berjalan menuju pintu utama rumah.

Jennie mengekori nya di belakang.
Ini akan menjadi salah satu rutinitasnya nanti. Mengantar sang suami berangkat kerja ke depan rumah nya.

"Sebentar deh"

Suara Jennie menginterupsi, menghentikkan tungkai Hanbin yang sedang melangkah. Laki laki itu kembali membalikkan badannya, berjalan menuju sang Istri yang masih berdiri di depan pintu.

"Dasi kamu belum rapih. Ntar kata orang masa punya Istri tapi berantakan" Ujar Jennie pelan seraya kedua tangan setia merapihkan Dasi sang suami.

Menepuk nepuk pelan Jas Hanbin lantas mendongak. "Udah selesai, hati hati di jalan. Pulang mau di masakin apa?"

Hanbin tersenyum Hangat.
"Apa aja, aku berangkat ya"

Setelah mengatakan itu, Hanbin mengecup kening sang Istri singkat. Lalu, kembali berjalan menghampiri Mobil nya yang bertengger di garasi.

Sedangkan Jennie, wanita itu sudah merah padam. Pipi nya memanas. Mau bagaimanapun juga, mereka masih terbilang pengantin baru, Semua perlakuan manis Hanbin masih sukses membuat nya berdebar.

"Hati hati!"

Ucap Jennie sekali lagi saat sang suami membuka kaca mobil nya dan melambaikan tangan ke arahnya. Lalu, setelah selesai Mobilnya mulai berjalan meninggalkan pekarangan rumah.

My Precious Jennie||JenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang