📯Hah?📯

55 5 1
                                    

Keep reading guys😘

***

Kantor polisi

"Lo yakin gue nunggu di luar? Gue masuk aja deh, gue takut ada apa-apa sama lo," ucap gadis dengan rambut kuncir kuda itu.

"Katanya mau move on, kalau ketemu terus ya gimana?" jawab gadis yang satunya lagi.

Gadis kuncir kuda itu pun cemberut. Ia sangat sebal dengan sahabatnya yang satu ini. Melarangnya dengan alasan bahwa dia nanti susah move on, padahal itu semua hanya alibi sahabatnya yang ingin berbicara empat mata dengan Arziv.

"Oh ayolah Vida ku sayang, itu cuma Arziv yang konyol bukan predator. Jangan cemberut gitu dong, ayo senyum" ucapnya sambil menarik-narik pipi chubby milik Vida yang dibalas dengan dengusan tak suka.

Ia tau Vida juga ingin bertemu dengan mantan kekasihnya itu. Namun, ia juga akan berbicara secara pribadi karena ada sesuatu hal yang harus diselesaikan. Ia tak mau lebih lama memendam semua rasa bersalahnya yang sudah lancang terhadap cowok yang tengah menjalani hukumannya.

"Habis ini kan kita ketemu Kevin juga. Gue janji cuma bentaaaaar ketemu Arziv nya," gadis itu mengacungkan dua jari nya membentuk peace tanda damai sambil meringis menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Bentar menurut lo," cicit Vida yang masih di dengar oleh gadis itu.

"Seriusan, Vid. Gue janji bakal balik nggak lebih dari lima belas menit" jawab gadis itu.

Vida memutar bola matanya malas. Ia sangat ingin ikut dan melihat keadaan Arziv dan ini merupakan kesempatan yang tepat baginya untuk mengunjunginya bersama Derra agar tak begitu terlihat bahwa ia tengah merindukannya, walau memang semua itu benar. Tapi ia kecewa karena Derra secara tidak langsung mengharuskannya mengunjungi Arziv sendirian.

"Yaudah sana masuk," usir Vida sambil mendorong kuat punggung Derra agar segera memasuki bilik kecil itu.

"Kalau lo mau ketemu, lo boleh masuk pas gue udah keluar" ucap Derra sambil dipaksa masuk oleh Vida.

Vida mendengus pelan sambil memandangi sahabatnya yang masuk di ruangan kecil itu. Kenapa ia seolah tau apa yang tengah Vida pikirkan hingga ia bisa mengatakan hal demikian.

***

Kedua insan yang saling berhadapan itu saling diam dan belum memulai pembicaraan barang sehuruf pun. Yang satunya hanya diam menunduk sambil memainkan tangannya di atas meja dengan pakaian khas tempat itu dan yang satunya hanya memandangi lawan bicaranya itu.

"Gue cuma punya waktu lima belas menit buat ngomong sama lo. Jadi gue nggak mau bertele-tele," ucapnya.

Orang itu mengangkat wajahnya dan menatap gadis cantik di depannya yang tengah berbicara. Ia menghembuskan napas beratnya.

"Kalau cuma bentar juga berarti gue nggak bisa curhat panjang sama lo," jawabnya.

"Lah emang durasinya segitu buat ngomong sama napi kayak lo," ucap gadis itu yang membuat sang pendengar mendengus tak suka.

Ia muak berada di tempat seperti ini. Ia harus jauh-jauh dari makanan kesukaannya, lumpia isi rebung buatan mama Arvan. Mengingat itu, ia jadi memikirkan Arvan yang tengah koma.  Ia benar-benar merindukan sahabatnya satu itu. Ia memikirkan keadaan Arvan di rumah sakit. Ia ingin menjenguknya namun itu tidak akan mungkin terjadi setelah ia masuk ke dalam sini.

"Gimana kabar lo?" tanya gadis itu.

"Gue nggak mungkin baik-baik aja kan kalau berada di tempat kayak gini," jawabnya.

Kulkas VS Es Krim [TAMAT] ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora