🍂[Fear]🍁

41 10 5
                                    

...

Putih...
Dan hanya ada seseorang yang berdiri dihadapanku.

...Lucu, aku tidak siap... Tapi...

"Hey..."
Dia menyapaku.

"Are you sure... Doing this..?"
Dia sedikit menunduk.

Aku mengangguk perlahan.

"Sebelum itu, aku ingin memberikan satu pertanyaan untuk mu..." Tiba tiba dia mengulurkan tangannya padaku.

"Are you...afraid? Or do you have something you afraid of...?" Dia menunggu jawabanku.

Yah, setelah aku menjawab ini, mungkin aku akan menghilang dari dunia ini, untuk selamanya... Menakutkan, kan?

"I always afraid... Of death... Even that can't be real... For me..." Kurasa inilah akhirku.

"Lalu kenapa? Kau mendatangi ketakutanmu sendiri... Kau masih memiliki banyak waktu." Ah, aku salah. Aku masih belum berakhir, dan dia? Kenapa dia peduli?

Dia tidak mengerti. "You don't know, I'm ran out of ti–"

"Kau sendirian..."

Apa?

"Kau sendirian kan?" Dia memalingkan wajahnya dariku... Apakah dia sedih? Tidak mungkin.

"Kurasa, aku memang sendirian..."

...

Hari itu adalah hari terburuk bagiku, yah siapa sangka aku akan berpiknik dimusim seperti ini, musim yang menyebalkan.

"Ibu... Tidak bisakah kita pulang saja." Aku mengeratkan ikatan syal merah kesukaanku.

"Ah, sayang. Sabar ya, kita hampir sampai, ibu yakin, pasti menyenangkan disana." Ibu menggenggam tanganku erat.

"Ibu tau, ini berangin dan daun daun berguguran. Ini adalah waktu dimana aku harus hibernasi." Ibu mengusap kepalaku pelan.

"Sayang, MoV bukan beruang, MoV adalah anak paling baik didunia ini." Ibu tersenyum padaku.

"Ibu aku bukan anak kecil lagi." Ibu tertawa.

"Baiklah, ayo cepat. Ayah menunggu kita. " Ibu berlari tiba-tiba. Aku terkejut, tapi berusaha menyusul.
Ibu tertawa, aku ikut tertawa. Kurasa musim gugur tidak terlalu buruk juga.

Tapi...

Aku salah.

Ciiiitttt!

Brakk!

"Suaranya terdengar dari arah sini!"

"Seseorang panggil ambulan!"

"Adik, adik tidak apa-apa?"

"Kasihan sekali."

"Iya kasihan ya."

"Padahal tadi, kulihat mereka sangat bersenang senang."

"..I-ibu?"

...

"Apakah kau takut kehilangan seseorang?"

"Tidak..."

....

"Si-siapa.." Disamping mayat ibu, ada seseorang berpakaian serba hitam. Siapa dia?

"Tempat dimana jiwa yang telah kehabisan waktu tinggal. Sora." Dia mengeluarkan sabit besarnya. Bersiap untuk mengambil jiwa ibu.

Aku menangis, memohon pada Sora untuk tidak membawa ibuku pergi. Tanpa aku sadari, ada seseorang yang berdiri di sampingku. Berpakaian putih hitam dengan motif emas.

"Tolong, selamatkan ibuku..." Aku memohon padanya. Dia hanya diam.

"Kumohon! Aku tidak ingin kesepian!" Aku menggenggam tangannya memohon sekali lagi.

...

Sora telah mengambil jiwa ibuku dan bersiap pergi. Orang berpakaian putih hitam itu mendatangi Sora.

"Kau tidak seharusnya melewati garismu, Zeit." Sora mengarahkan sabit besarnya pada seseorang, tidak makhluk bernama Zeit itu.

"Ini bukan waktu Nya, tapi Dia." Zeit menunjukku.

Apa ini? Aku tidak mengerti. Tapi ibu harus selamat! Aku mengusap air mataku dan bersujud pada dua orang itu, memohon sekali lagi.

"Kumohon, aku..aku...ingin ibu kembali." Air mataku mengalir lagi.

Hening...
Mereka terdiam...
Tidak ada jawaban...
Aku takut...

"Tidak ada jalan... Aku harus mengambil jiwanya, ini tugasku." Sora mulai bicara. Aku bangkit, dari sujudku. Seolah tubuhku tidak punya tenaga setelah mendengar perkataan Sora.

"Tapi..." Sebelum Zeit melanjutkan, Sora menatapnya tajam.

"Jangan melakukan hal bodoh." Sora mengeluarkan nada bicara yang tidak bisa kujelaskan. Sedih? Marah? Senang? Tidak tidak satupun.

Seolah tidak memperhatikan, Zeit melanjutkan. "Aku bisa memperlambat itu." Ucap Zeit dengan santai.

Sora terdiam. Aku tidak mengerti.

"Heh, terkadang kita juga harus bersenang senang." Zeit menghampiriku dan mengusap kepalaku.

"Sangat menyedihkan, bukan? Seseorang yang sangat kau sayangi meninggalkanmu di waktu yang paling kau benci." Dia tersenyum.

"Apa yang akan kau–" Zeit memelukku erat, dan membisikkan sesuatu. "Selamat malam." Lalu tiba-tiba Zeit menghilang. Aku merasa pusing, aku tidak paham. Kulihat Sora shock dengan kejadian itu... Tapi kenapa? Aku...hanya...ingin...tidur sebentar saja...

...

09.35 PM.

"Sayang!" Teriak ibu dari ruang tamu.

...Ibu?!
Aku melompat dari kasurku dan berlari keruang tamu.

"Eh sayang... Baru saja ibu mau kekamarmu." Ibu benar benar hidup, air mata keluar dari kelopak mataku, aku memeluk ibu dengan sangat erat.

"Aku...pikir..ibu...sudah..." Ibu mengelus kepalaku lembut.

"Maaf, ibu tidak bermaksud makan makanan pedas tadi."

Apa?

"Yah, ibu merasa sakit tadi, tapi sekarang sudah baikan." Bukan, bukan itu.

"Oh yah! MoV pasti rindu pada ayah. Besok ayah mengajak kita berpiknik, MoV pasti suka." Ini... Apa ini...

*Aku bisa memperlambat itu...*

Memperlambat yah... Atau mengulang...

"Tidak, bisakah kita tunda itu." Aku tidak ingin menanggung resiko.

"Ehh TwT ibu kira anak ibu rindu ayahnya."

"Maaf ibu." Aku tidak ingin kehilangan apapun.

...

–In distance... There's someone that heard all of your Thought but never or can't do anything with it....

...

Enjoy my story (ノ◕ヮ◕)ノ❤️
–Akima

\\Auntumn// MoV / [Completed✓]Where stories live. Discover now