eight

5.4K 878 66
                                    

*Bukan kilas balik*

•••


Jungkook terduduk dengan kepala menunduk diatas lutut yang ditekuk. Frustasi kala ingatan yang dikubur dalam-dalam itu menghampirinya lagi. Rasanya tidak adil baginya jika harus kembali terjebak dengan segala omong kosong berkedok cinta yang pernah menghancurkannya dahulu kala.

Waktu masih menunjukkan pukul dua dini hari. Bambam, sahabatnya tampak terlelap nyaman diatas sofa empuk disudut ruangan. Sedang dirinya hanya melamun meratapi hati yang diombang-ambing oleh kenangan mematikan.

Suara kenop pintu ruangan terbuka, disusul munculnya sosok yang sedari tadi tak henti-henti berlarian dipikirannya. Sosok itu tersenyum tampan seperti biasanya. Begitu pintu ditutup kembali, sosoknya melangkah pelan dan hati-hati mendekat kearahnya. Melirik kearah sang sahabat yang tampak tak terusik oleh kehadirannya, jemari tangannya mendarat diantara helaian rambut halus pasiennya.

"Aku ingin bicara."       Suaranya mengalun lamban, terdengar seperti sebuah berbisik pelan.

Namun endikan bahu tak acuh Jungkook menjadi balasan. Sorot matanya tajam seolah menyuarakan persetujuan.          "Bicara saja."

"Tidak disini."         Kepalanya menoleh cepat diiringi satu tatapan jahat. Taehyung tahu, Jungkook tidak akan begitu mudah menerima ajakannya.
"Aku, ingin bicara banyak hal. Tentang kita."

Hanya dengusan yang Jungkook berikan. Sorot matanya memancarkan sebuah hinaan.
"Tidak ada lagi tentang kita yang harus dibicarakan. Sejak aku memutuskan pergi dari rumah, aku sudah menganggap semuanya selesai."


Hatinya tergerus nyeri, namun Taehyung tak ingin terpancing dan turut terbawa emosi. Sebisa mungkin tetap tenang tanpa menunjukkan kekecewaan yang hanya akan membuat seluruh kerja kerasnya sia-sia.           "Itu artinya kau mengambil keputusan sepihak. Kau memutuskan hubungan kita tanpa meminta persetujuanku?".

"Apa gunanya?!'           Jungkook menyalak tidak terima.

"Komitmen, Jungkook."

"Jangan sekali-kali berbicara tentang komitmen kalau kau sendiri tidak memilikinya, Taehyung!"
Sorot mata Jungkook berpendar nyalang, menyorotkan kebencian yang luar biasa dalam.           


Hening cukup lama setelahnya. Tak satupun dari mereka mencoba membuka suara. Hanya sorot mata saling mengunci, menjadikan keduanya terpaku dalam diam, terperosok jatuh dan tersesat tanpa tahu bagaimana cara untuk keluar.
Hingga satu desah napas kasar terdengar, Jungkook tersadar dan mengalihkan tatapan memutus kontak mata yang menjijikkan. Namun selanjutnya senyuman itu terukir dikedua sudut bibir Taehyung. "Aku, benar-benar hilang kata."       Lanjutnya dengan sorot mata terpesona.
"Jungkook?"       Pada akhirnya Taehyung kembali membuka suara.         "Aku pernah menyakitimu dan aku sadar itu. Tetapi, tidak pernahkah kau berfikir bahwa aku tidak pernah berniat menyakitimu dengan sengaja seperti yang selalu kau tuduhkan padaku?"        Menjeda ucapannya sejenak, Taehyung mengulurkan tangan mengusap pelan bahu kanan Jungkook yang masih enggan menatapnya.         "Apa kau tidak ingat aku selalu mengatakan 'aku mencintaimu' setiap waktu? Kalau kau berfikir kata cinta dariku hanya bualan, kau salah besar. Aku sungguh-sungguh mencintaimu, siswa sekolah menengah yang tak pernah gagal menjadi peraih peringkat satu meski harus susah payah membagi waktu untuk belajar sekaligus bekerja. Kau tidak pernah gagal membuatku jatuh cinta, Jungkookie."


Namun dengusan malas yang Jungkook berikan sebagai balasan.
"Jangan bicara padaku seolah-olah aku masih siswa sekolah menengah, brengsek! Aku bukan anak laki usia enam belas tahun yang mudah terhasut tipu daya mulut buaya."
Semakin menatap wajah Taehyung, rasanya Jungkook ingin memakinya dengan lebih banyak kata-kata menyakitkan. Sebab baginya, Taehyung pantas mendapatkannya. Segala umpatan dan makian kotor akan menjadi paduan yang sangat pas apabila disematkan ditengah-tengah namanya.


"Kau berubah sangat banyak, Jungkook."         Lantas satu senyum getir muncul diwajah tampan Taehyung. Rautnya berangsur sendu dengan tatapan mata berpendar sayu.
"Jadi, sudah tidak ada tempat untukku? Sedikitpun?"

Jungkook tidak menjawab. Sebab dirinyapun tak memiliki jawaban yanh harus dilontarkan. Otaknya seolah mengecil tak akan mampu untuk berpikir.

Lalu ditengah keheningan keduanya, satu suara tak asing datang menginterupsi. Suara serak khas bangun tidur yang datang dari arah belakang, merusak segala suasana berdua yang diidam-idamkan.

"Uhh, ada apa ribut-ribut?"
Bambam bersuara dengan nada malas yang mengantuk. Sebelah tangan bergerak teratur mengucek matanya bergantian untuk menghilangkan kantuk.         "Ow, dokter Kim? Ada apa malam-malam disini? Apa Jungkook kenapa-kenapa?"       Rautnya panik seketika begitu sadar dokter tampan itu berdiri didalam ruang rawat sahabatnya. Kepalanya dibawa menoleh kearah jam dinding yang tergantung diatas pintu, jam tiga dini hari. Maka ia segera melompat dari sofa dan melangkah cepat mendekati ranjang sahabatnya.


"Tidak ada apa-apa, tenang saja."
Hingga tiba pada saat dimana ia memahami kode sederhana yang Taehyung berikan melalui gerakan matanya, Bambam mengelus dada lega. Mengangguk tanpa suara sebelum memutuskan berbalik dan bersiap melangkah pergi memberi ruang untuk keduanya berbicara lebih banyak.


"Kemana?"       Jungkook yang bertanya.

"Toilet."      Disana Bambam menjawab sekenanya. Tidak berpikir panjang yang justru menjadikan Jungkook mengernyitkan dahi tidak paham.

"Toilet disini, kenapa keluar?" 

Maka Bambam segera berbalik seraya menggumam ohh pelan dan melangkah menuju toilet yang tersedia didalam ruangan.

"Besok siang kau boleh pulang."        Taehyung mengalihkan pembicaraan, masih berlagak profesional. Tidak ingin Jungkook menaruh curiga bahwa dirinya sudah menceritakan beberapa masa lalu mereka pada Bambam.           "Jangan khawatir, aku yang akan membereskan semua biaya tagihanmu nanti." 

Jungkook mengangguk acuh.       "Lunasi saja. Akan kuganti semuanya."

"Tidak, Jungkook, kau tidak perlu一"

"Aku tidak sudi berhutang budi dengan sampah sepertimu!"
Makian itu lagi. Entah mengapa, Jungkook selalu merasa puas melihat raut Taehyung yang terluka setiap menerima makian darinya.



Dari balik pintu toilet, Bambam meremas dadanya yang turut terluka mencuri dengar Jungkook yang memaki Taehyung membabi buta.
















To be continued

HEARTBEAT      ||     [kth+jjk]Where stories live. Discover now