twenty-four

3.3K 558 56
                                    

~ flashback ~




•°•




"Apa kabar, Jungkook?"

Adalah kalimat pertama yang diucap oleh Taehyung kala keduanya sama-sama mendudukkan diri saling berhadapan didalam satu ruangan yang sudah ia pesan sejak beberapa hari sebelumnya. Menyewa salah satu ruangan VIP direstoran milik kekasih sang kakak guna kepentingan pribadi yang sejak lama berlarian didalam mimpi.

"Baik, hyung."      Senyum manis tak luntur dari bibir indah sipemuda kala menjawab pertanyaannya.        "Kau sendiri bagaimana?"

Tarikan pada kedua sudut bibirnya kian melebar merasakan secuil perhatian dari sang mantan. Menjadikan seutuh hatinya menghangat serta gejolak menyenangkan yang seketika menyerang dasar perutnya.
"O-oh, baik, aku juga baik. Hanya saja agak sedikit sibuk belakangan ini, jadi ya begitu, kita jarang bertemu. Maaf?"


Lantas, kekehan pelan menguar dari belah bibir indah sang mantan. Rautnya tak sedikitpun menampakkan ketidaksukaan.       "Tidak apa-apa, hyung."



Beberapa menit berselang setelah keduanya saling melempar basa-basi ringan, seorang pelayang datang dengan dua buku berisi daftar menu masing-masing diletakkan dihadapannya juga Jungkook.
Ia memesan banyak sekali makanan, dimulai dari menu pembuka hingga pencuci mulut. Sebab ia memiliki tujuan, yaitu mengulur waktu hingga rasa gugup dalam dirinya mereda.

Sebab ia telah menunggu ribuan hari untuk semua ini, maka ia ingin segalanya sempurna tanpa ada cela.


Dalam keheningan kala keduanya saling bungkam, ada satu hal sejak beberapa saat lalu mengganggu pikiran. Cekungan pada kantung mata yang tampak sedikit lebih dalam, serta garis rahang yang tampak lebih menonjol dibanding pertemuan terakhir keduanya.
Tubuh Jungkook semakin mengurus? Sedrastis ini? Kenapa?


Ada hasrat ingin bertanya, namun ia sadar, hal tersebut tak pantas dilakukan sebab tidak menunjukkan bahwa dirinya memiliki etika. Privasi Jungkook dan tidak sopan.
Lalu ditengah lamunan, pintu ruangan terbuka, menampilkan dua orang pelayan dengan sebuah kereta berisi beberapa menu yang sempat ia pesan. Hingga seluruhnya dipindahkan diatas meja, kedua pelayan berpamitan setelah mempersilakan menikmati hidangan. Menjadikannya tersenyum puas melihat pujaan hatinya tampak begitu bersemangat menikmati makanan yang dipesan.

Dari kedua belah pihak, tak ada satupun yang bersuara. Keduanya sama-sama bungkam untuk menikmati makanan masing-masing. Hingga tersisa beberapa dessert sebagai makanan penutup, Taehyung lagi-lagi dibuat tertawa melihat tingkah mantan terindahnya yang meringis seraya mengelus perutnya. Menggumam kata kenyang beberapa kali hingga dirinya tak mampu menghentikan tawa. Manis sekali, pikirnya.


Dan inilah saat yang ia tunggu-tunggu. Adalah moment dimana Jungkook selesai dengan seluruh makanan dan pamit sebentar untuk ke toilet sebelum keduanya pulang. Sembari menunggu, detak jantungnya bergemuruh tak berirama. Terlampau kencang dan menyakitkan, seolah tengah berupaya mematahkan deretan tulang rusuknya.

Lalu ketika sipemuda favoritnya muncul dari pintu toilet, ia segera bangkit. Tak mempersilakan pemuda itu kembali duduk, menahan untuk tetap berdiri disisi meja sejajar dengannya. Perlahan, is mengulurkan tangan kanan untuk mengusap pipi Jungkook yang kini terasa begitu tipis diperabanya.

Dan ia sadar, pemudanya benar-benar lebih kurus dari terakhir kali pertemuan.

Ditengah kebingungan Jungkook, iapun tersenyum.  Satu tangan merogoh saku kemeja dan menggenggam apapun yang ia temukan didalam sana. Lalu berlutut, tepat dihadapan sang mantan yang tak menunjukkan reaksi terkejut atau apapun seperti ekspektasinya.

"Jeon Jungkook, hari ini aku ingin meminta maaf atas semua kesalahan yang telah kulakukan padamu dimasa lalu. Seluruh kesalahan fatal yang tak semestinya termaafkan. Aku memohon ampunanmu meski aku sadar dosaku padamu tak terampuni. Tetapi aku tidak perduli. Selama semesta masih mempertemukan kita, aku tak akan pernah lelah mengais maaf hingga kau rela menghapus luka dan memberiku maaf."

Ada genangan air mata yang bersiap mendobrak pertahanannya kala kata-kata itu terucap dari bibirnya. Sembari mengulurkan kotak kecil ditangan kanan, ia membukanya perlahan, menampilkan sepasang cincin perak yang tampak elegan, sebab Jungkook sendiri yang membantu memilih modelnya. Dan ia tau Jungkook masih menatapnya. Dengan raut yang sama, yang masih tak mampu ia mengerti apa arti dibalik tatapannya.

"Jadi, mau menikah denganku, Jungkook ah? Dengan ini aku siap bertanggung jawab atas hatimu kebahagiaanmu dan seluruh hidupmu. Aku rela menggadaikan nyawa untuk memuliakanmu disisiku."



Lalu satu senyuman yang ia lihat sebagai jawaban, diikuti satu kalimat yang nyatanya mampu menjadikannya nyaris hilang akal.
"Aku sudah menikah, hyung."
Ia melihatnya, sang mantan mengangkat tangan kanan seraya menggerakkan jemari untuk memperlihatkan satu benda kecil yang begitu indah melingkari jari manisnya.
Sejak kapan? Apakah dirinya terlalu bahagia berada didekat Jungkook sehingga tak pernah memperhatikan jikalau ada sebuah cincin tersemat dijarinya.

"Jimin hyung."


Bahkan bibirnya hanya terbuka dan menutup sebab lidah terlampau kelu tak mampu mengeluarkan jutaan pertanyaan yang berlarian dikepala. Dan Jungkook menyebutkan nama pasangannya siapa jauh sebelum ia sempat bertanya.

Jimin, Park Jimin, psikiater itu?

Oh, pantas saja.

Kekehan pelan menguar dari bibirnya. Terdengar putus asa dan teramat menyayat hati pendengarnya. Ia menunduk menyembunyikan air mata yang berlinang dikedua pipinya. Hancur. Dunianya runtuh, hatinya hancur menjadi kepingan tak tersentuh. Pandangan mata terasa gelap tanpa lagi mampu menerima sinar sang surya.


Kemudian, tiba-tiba dekapan hangat dirasakannya. Seraya mengusap halus punggungnya yang bergetar, sang mantan membisikkan kata-kata penenang yang menjadikannya kian terisak menyedihkan.



"Ssstt, tidak apa-apa, hyung. Dunia memang penuh kejutan kan, banyak sekali hal-hal tak terduga yang singgah dikehidupan kita. Ada yang datang membawa kebahagiaan adapula yang hanya singgah untuk menabur luka. Tetapi, hyung, kita bisa ambil hikmah dari semuanya. Dari luka-luka yang tertinggal, akan membuat kita sadar bahwa kebahagiaan butuh diperjuangkan. Jadi, mari berjuang. Tidak harus bersama, tetapi sama-sama memperjuangkan kebahagiaan kita masing-masing."
















To be continued



Wahh, niatnya mau sampai 30 chapter, tapi kaya nya bakalan tamat dichapter setelah ini.... Syedih :(





Sampai Jumpa dichap terakhir, besok ya 💜

HEARTBEAT      ||     [kth+jjk]Where stories live. Discover now