9. Ayahanda

2.8K 694 136
                                    

Sebelum lanjut, sempatkan diri menekan tanda bintang yaa... jangan lupa tinggalkan komentar <3

...

Rait's Present

...

Derap langkah kaki memenuhi indra pendengarannya. Kaki yang dibalut boots kulit itu ditarik secara paksa sebab beban berat yang tengah dipikulnya ini sungguh tak main-main, dua buah kantong besar berisi ikan-ikan hasil tangkapannya hari ini. Bisa untuk dijadikan makananan sepuluh keluarga beranggota lima. Niatnya memang begitu, sih.

Deru napas yang disertai asap tipis menerpa wajahnya tiap kali napasnya berhembus. Surai seputih salju itu sesekali disibakkannya sebab poninya yang mulai memanjang berjatuhan menutupi matanya. Dirinya menambah list hal yang harus dilakukannya dalam kepala, memotong sedikit bagian dari rambutnya yang dirasa begitu menganggu.

Di tengah kerja kerasnya memikul dua kantong sarat akan ikan itu, telinganya menangkap suara yang amat sangat dikenalnya. Berasal dari depan tak jauh dari tempatnya berada. Dilihatnya sosok pemuda bertubuh jangkung lewat irisnya yang berwarna kelabu. Sosok itu tengah berlari kecil menghampirinya. Surai berwarna biru pucat itu bergoyang-goyang pelan mengikuti irama kakinya.

Lucunya Jungwoo, mirip anak anjing.

"Ku kira kau tidak akan datang membantu, hampir saja sebagian ikan aku pulangkan lagi sebab ikan-ikan ini terlalu banyak." Lelaki bersurai putih yang sedari tadi bekerja keras memikul kanton-kantong ikan itu membuka suara setelah Jungwoo sampai dan berhenti di hadapannya.

"Ey, jangan begitu Jeno. Tadi di jalan aku bertemu tamu dadakan."

Sosok yang dipanggil Jeno itu hanya mendengus malas dan melemparan salah satu kantong ikan pada Jungwoo yang secara sigap ditangkap pemuda berperawakan tinggi namun berwajah lucu itu. "Lagipula kenapa kau menangkap ikan sebanyak ini? Mau kita habiskan bagaimana?"

Jeno hanya mengendikkan bahunya acuh dan kembali melangkahkan kakinya. Jungwoo yang merasa diabaikan tak ayal merasa geram namun dirinya tetap mengikuti Jeno dari samping. Anak ini, kemana sih sikap lucu Jeno saat kecil dulu? Dibawa terbang angin selama pubertasnya?

"Hey Jeno, jawab."

Jeno menghela napas pelan. Sebenarnya dirinya sangat lelah saat ini. Namun Jungwoo akan terus mengoceh jika dirinya tak memberi jawaban. Cukup lelah fisik, tak mau sampai lelah batin. "Ayahanda memintaku menangkap lebih. Lima kepala keluarga ada yang cedera akibat badai seminggu yang lalu dan mereka tidak dapat bekerja."

Jungwoo kemudian menggangguk paham. Ayahanda –Kepala Suku mereka- kerap kali meminta bantuan kepada para pemuda saat ada beberapa warga yang mengalami kesulitan. Namun tentu saja siapapun yang dimintai pertolongan akan dengan senang hati dan tulus membantu sebab Ayahanda adalah orang terbaik, terkuat, terlembut dan sosok yang paling mereka hormati dan segani dalam suku.

Jeno menolehkan kepalanya kepada Jungwoo yang berjalan di sampingnya. "Ngomong-ngomong, kau bilang tadi ada tamu dadakan, siapa?"

"Dua orang penduduk Suku Air yang dihadang serigala di dekat pintu gerbang suku. Katanya sedang dalam perjalanan mencari jati diri."

Jeno terkikik geli seketika. Alasan macam apa itu?

"Orang-orang aneh." Tanggapnya.

Jungwoo menatap Jeno sengit. Alisnya mengerut seperti hendak membuat jembatan baru di dahinya. "Mereka sangat manis. Apalagi yang rambutnya hitam. Kau akan terdiam melihat parasnya! Dia lucu sekali aku ingin mencubitnya! Ah! Aku mau menggigitnya!"

HORIZON : Markhyuck ✔Where stories live. Discover now