Chapter 16: Duo G

246 8 1
                                    

10 Bulan setelah pertengkaran

Achmad menatap anaknya yang baru saja dilahirkan oleh istrinya, Syira. Anak laki-laki dengan bulu mata yang lentik serta wajah yang mirip dengannya.

"Arthur," gumam Achmad seraya mengelus kepala bayi itu.

"Arthur?" tanya Syira, Ibu Arthir.

Achmad menatap Syira dengan senyumannya, "Ya, aku akan memberinya nama Arthur. Arthur Achmad lebih tepatnya." Jelas Achmad.

Syira tersenyum mendengar nama itu. Nama yang mirip dengan nama anak laki-laki pertamanya, Arthir Achmad.

"Yasudah, aku mau pulang hari ini ya. Kasihan anak-anak dirumah nggak ada yang jaga." Ucap Syira sembari berusaha duduk di ranjang rumah sakit.

"Tidak," Ucap Achmad sembari mengusap kepala Syira, "Kau baru melahirkan kemarin, pulihkan dulu keadaanmu." Lanjutnya.

Syira lalu mengelah nafas kecewa, "Baiklah, tapi ada kak Syura kan yang jaga mereka?" tanya Syira.

"Iya, kakak ipar bermalam dirumah kita hari ini. Jadi kau tak usah khawatir, Giva dan Gia juga bisa menjaga dirinya mereka serta Arthir dengan baik kok." Ucap Achmad.

Syira lalu meminta Achmad untuk memberikan Arthur kepadanya.

"Aku harap anak ini bisa jadi alat untuk menyadarkanmu, Pa." Ucap Syira kepada Achmad.

Sedangkan Achmad yang mendengar hal itu lantas menoleh dan melihat kearah Syira, "Kamu masih membahas hal itu?" tanya Achmad tersinggung.

Syira menarik nafas mereka, "Haaa..mau bagaimana lagi mas. Aku mau menyuruhmu untuk menceraikannya juga tak bisa karena kau sangat mencintainya." Jelas Syira sembari mengelus kepala Arthur.

"Syira, bisa tidak kita tak membahas hal ini sekarang? Aku baru saja bahagia karena kelahiran anak kita dan kau sudah mengundang pertengkaran." Ucap Achmad memperingatkan.

Syira berdecak kesal, "Pertengkaran? Aku hanya berbicara apa adanya, Pa. Itu semua memang fakta kan?" kali ini Syira membalas ucapan Achmad dengan agak kasar.

"Syira!" teriak Achmad sembari mengangkat tangannya berniat ingin menampar istrinya.

Namun, tangannya tertahan seakan-akan menahan dirinya untuk menampar sang istri.

"Kenapa? Lanjutkan saja." Ucap Syira mengejek kelakuan kasar Achmad.

Ya, beginilah mereka semenjak Achmad memaksa Syira untuk mengizinkannya menikah lagi. Namun, karena izin Syira tidak juga ia gapai, akhirnya pernikahan mereka dilakukan secara sirih, tidak sah secara Negara namun sah secara agama.

Akhirnya, Achmad lebih memilih tinggal bersama istri sirihnya dan jarang pulang menemui ketiga anaknya. Kelakuan kasar pun sering di lakukannya kepada Syira saat ia pulang kerumah pertamanya.

Tanpa mereka sadari, Giva dan Gia berapa di depan kamar inap tersebut dan mendengar serta melihat kelakuan kasar dari sang Papa.

"Syira, jangan membuatku melakukannya." Ucap Achmad menurunkan tangannya sembari meredakan amarahnya.

"Sudah lah, Pa. Kau tidak usah sok menahan dirimu untuk memukulku. Aku sudah terbiasa dengan pukulanmu itu." Ucap Syira sembari meletakkan Arthur di ranjang bayi. Ia lalu beralih ke arah suaminya, "Ayo, tampar aku supaya kamu puas." Ucap Syira menantang Achmad.

Melihat hal itu, amarah Achmad memuncak dan membuatnya hampir menampar Syira sesaat sebelumnya tangannya kembali tertahan. Kali ini bukan karena keinginannya, namun karena tangan Giva yang menahan tangan Achmad.

SadBoy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang