Pengkhianatan adalah hal yang paling menyakitkan
Didalam sebuah hubungan
Yang semulanya saling suka
Bisa timbul saling membenci
Sukar menerima sulit mengerti
Jika sudah begitu seribu tangkai bunga pun tak kan mampu
Mengganti setiap beling pecahan kaca gelas yang sudah berserak.Hujan lebat malam itu dirumah sakit didekat kota, ini malam ke 5 setelah Ibu dirawat inap dirumah sakit setelah penyakit misterius yang singgah ditubuh Ibu.
Tubuh ibu yang dimasukkan selang infus, tubuh yang semakin menyusut, tubuh yang semakin lemah tengkulai."Hanya keajaiban yang bisa menyembuhkannya." Kata Dokter yang menangani Ibu.
"Apakah tidak ada cara lain Pak Dokter?" Tanya Bi Marni.
"Kami sudah berusaha, semua kita kembalikan ke sang pencipta."
Reza hanya terduduk terdiam di kursi ruang tunggu diuar kamar Ibu dirawat. Reza dari siang belum ada makan apa-apa, melihat keadaan ibunya ia kehilangan selera makan, kehilangan sebuah kebahagiaan, Kehilangan semangat untuk melanjutkan hari-harinya.
"Den makan dulu ya, biar Bibi cari makanan, Aden belum makan dari siang." Kata Bibi Marni.
"Gausah Bi biar Reza cari sendiri makanannya, Bibi disini saja temani Ibu, kalau ada apa-apa kasih tau Reza."
"Baik den."
Reza pergi kesebuah cafe didekat rumah sakit tersebut, disitulah ia melihat pengkhianatan yang dilakukan Ayahnya.
"Siapa dia Yahh?" Tanya Reza terlihat begitu marah.
"Ayah bisa jelasin Reza, Ayah mohon Reza tenang dulu." Ucap Ayahnya.
"Ayah sadar apa yang Ayah perbuat? Ibu sedang dirawat seharusnya Ayah disana menemani Ibu, memberikan Ibu semangat. Bukan disini bersama wanita jalang iniii!" Reza tak tahan dengan kejadian yang ia lihat hingga membuatnya menitik kan air mata.
Lalu Reza pergi meninggalkan cafe itu Ayahnya berusaha mengejar Reza yang sudah pergi keluar dari cafe.
Reza kembali berdiri didepan pintu kamar tempat Ibunya dirawat, ia lihat Ibunya yang belum sadar tengah terbaring tak berdaya disana. Sementara Bi Marni tengah tertidur di kursi tunggu.
Pukul 3 pagi dini hari seorang perawat membangunkan Reza dan Bi Marni. Mengatakan bahwa Ibunya sudah siuman dan ingin bertemu dengan anaknya.
Reza masuk kedalam melihat Ibunya yang sedang tersenyum sambil mengeluarkan air mata, Reza duduk disebelah ranjang Ibunya dan menggenggam tangan Ibunya yang dingin.
"Ibu.. gimana keadaan Ibu?" Tanya Reza dengan suara parau.
"Baik sayang." Jawab Ibunya sambil mengelus kepala anak kesayangannya.
"Boleh kah ibu bercerita sayang." Tanya ibunya, Reza mengangguk.
"Kehidupan ibarat seperti sebuah Anak tangga sayang, kehidupan ini engkau harus melalui berbagai macam rintangan dan ujian yang berat, rintangan ujian berat itu seperti setiap anak tangga yang semakin tinggi. Semakin tinggi engkau menaikinya semakin tinggi pula cobaan, rintangan yang akan kau hadapi."
"Di atas sanalah, diatas itulah tempat yang harus kau capai. Cita-cita, impianmu, mungkin Ibu tidak akan lagi menjadi tiang penyangga yang membantumu untuk naik keatas anak tangga itu, namun percayalah doa-doa ibu akan menjadi pendorongmu dari belakang."
"Namun saat kau sudah berada di atas kau bisa saja terjatuh kembali kebawah, Ibu pesan agar kau tidak berdiri di tepi agar tidak jatuh. Maksud Ibu berdiri di tepi itu seperti jauhilah hal-hal yang bisa menjerumus mu kedalah bahaya seperti Narkoba, Berzina, mabuk-mabukan, dan hal-hal yang dilarang agama."
"Agar kau kuat dan tidak terjatuh jangan lupa pesan Ibu untuk selalu sholat dengan begitu kau bisa mendoakan kebahagiaan Ibu jauh disana, selalu memberi sebagian Rezeki mu karena semua itu akan kembali ke sang pencipta sayang."Hujan kembali mengguyur pagi ini, terlihat embun menutup jalanan. Pukul 5 pagi Ibu pergi untuk menemui sang ilahi.
Ayah datang kerumah sakit dan menitik kan air mata berdiri disamping mayat Ibu.Pagi ini jenazah Ibu langsung dikuburkan, Reza tak mau memperlambat Ibunya. Sudah cukup beberapa bulan ini Ibu menderita sakitnya, untuk kali ini Reza akan membantu meringankan Ibu dengan cepat mengubur kannya.
Gerimis saat proses penguburan jenazah Ibu, langit seperti sengaja ikut larut dalam suasana kesedihan yang ku alami.Reza pulang kerumah setelah beberapa hari tidak pulang, Reza terus menemani Ibu selama dirumah sakit.
Banyak kenangan dirumah saat bersama Ibu, setiap mengingat kenangan itu Reza tak kuasa menahan air mata yang perlahan meleleh dari pelupuk matanya.Dirumah mereka hanya berdua Reza dan Ayahnya, namun terkadang Ayah nya harus keluar kota untuk beberapa hari. Jadilah Reza selalu ditemani Bi Marni.
★*★*★*★*★
Setelah 2 bulan kepergian Ibu berlalu, namun Reza masih merasakan kesedihan didalam hatinya, hari-harinya kurang bersemangat. Ditambah kabar yang harus ia dengar kali ini.
"APAA?" Sentak Reza kaget mendengar kabar dari Ayahnya, "Ayahnya ingin menikahi wanita jalang itu."
"Dia bukan wanita jalang, namanya Tante Siska, Ayah pinta kamu menghargai keputusan Ayah, dan ikut Ayah pindah kerumah baru."
"Tidak yah, sampai kapan pun aku tidak akan menerima wanita itu sebagai Ibuku, dan aku tak akan meninggali rumah Ibu." Ucap Reza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Tinggal & Selamat Datang
Teen FictionUnsur intrinsik kekecewaan hati yang dialami oleh Reza, ia harus melihat pengkhianatan cinta dari seorang ayahnya dan juga dari kekasihnya. Bagaimana kah Reza melalui semua itu?