Part 4

1.7K 204 51
                                    

"Tumben kau mau berkencan dengan pria tua? Kau yakin dia tidak memiliki istri?" celetuk sahabatmu dengan mulut penuh makanan. Bisa dibilang saat ini kamu sedang curhat dengan Bonney. Perempuan berambut pink itu menatapmu dengan penuh selidik sambil terus memakan cemilannya, sungguh dia sangat suka sekali dengan makanan.

Kamu mengangkat sebelah bahu, "Dia tidak setua itu lagian dia memperlakukanku sangat baik dan aku belum pernah merasakan hal yang seperti ini sebelumnya, tapi seperti yang aku bilang tadi hubungan kami masih belum jelas. Dia belum pernah menyatakannya secara langsung dan untuk menjawab pertanyaanmu yang terakhir, iya aku yakin dan sudah jamin dia tidak memiliki istri." Kamu menghela nafas gusar sambil menyandarkan punggungmu di sofa. Kamu sangat bingung, Shanks dan kamu sudah berkali-kali kencan bahkan kamu pernah beberapa kali ke apartemen dan mansion mewahnya tapi hingga saat ini dia belum pernah sekalipun menyatakan kalau kalian adalah sepasang kekasih. Kamu takut dengan pikiran negatifmu kalau si rambut merah itu hanya mengambil keuntungan saja darimu tapi itu tidak mungkin, keuntungan macam apa yang akan dia ambil darimu?

"Coba kau tanya langsung saja deh!" seru sahabatmu setelah menegak air minumnya. "Melelahkan bukan kalau hanya terus-terusan memprediksi? Lebih baik kau tanya." Tambahnya.

"A-aku tidak berani, Bonney!"

"Dasar bodoh! Kau hanya bertanya, apa yang kau takutkan? Tidak mungkin selepas itu kau langsung dicampakkan." Kamu langsung bergidik setelah mendengar itu, "Tolong jangan mengatakan hal itu..." kamu menutup wajah dengan telapak tangan. Tiba-tiba Bonney duduk di sampingmu sambil menyandarkan sikunya di atas bahumu, "dengar, (Y/n)! Kau sedang berkencan dengan pria, ingat seorang pria bukan anak laki-laki yang baru pubertas. Sikapnya yang terlalu dewasa itu bisa menjadi misteri untukmu jadi selain kau pecahkan sendiri misterinya lalu apalagi yang bisa kau lakukan?"

Kamu memutar matamu tengah berfikir bahwa ada benarnya juga perkataannya. "Seperti biasa perkataan dari seorang jalang sepertimu selalu tepat." Cemohmu sambil tertawa. Bonney menjitak kepalamu sebagai balasan, "Siapa yang jalang di sini coba?" lalu kalian tertawa bersama. Tiba-tiba ponselmu bergetar pertanda pesan masuk.

RedHaired : Aku lapar ( ◜‿◝ )

Kamu tersenyum sambil membalas pesannya, setelah mengirimkan itu kamu langsung bersiap untuk pergi dari rumah sahabatmu. "Aku pergi dulu. Arigato, Bonney!"

"Oi, (Y/n) jangan lupa ajak pacar seksimu itu ke pesta ulangtahunku ya!" teriak Bonney yang kamu balas acungan jari tengah.

*

*

*

Bergumam ria seraya mengaduk-aduk hidangan yang ada di teflon di mana hidangan ini akan menjadi makan siang kamu dan Shanks. Kini kamu sudah ada di apartemen Shanks, sesuai dengan isi pesannya kalau ia lapar jadi kamu memutuskan untuk mengolah sendiri makan siangnya. Lagi pula ini sudah menjadi kebiasaanmu memasak untuk si tampan itu karena terlalu berisiko jika kalian terlalu sering pergi ke luar.

"Kau memang koki yang hebat." Puji Shanks yang tiba-tiba ada di belakangmu, dia mengecup punggungmu lalu menghirup aromanya dalam-dalam. Kamu tertawa geli akibatnya, "Aku tidak bisa memasak kalau begini!"

Setelah selesai, kalian makan bersama dengan tenang. Makan siang berakhir lalu kamu membereskan meja makan kemudian ikut bergabung dengan Shanks yang sedang membuka laptopnya di atas kasur. Kamu sedang mengumpulkan keberanian untuk menanyakan hal itu ke Shanks, pun kamu bersandar di bahu lebarnya dan disambut dengan hangat oleh pria itu.

"Shanks, aku ingin bertanya..." kamu bergumam sambil mengambil posisi bersandar ke kepala tempat tidur.  Shanks yang awalnya fokus ke layar laptopnya kini memutuskan untuk meletakkan benda elektronik itu ke meja yang ada di samping ranjang lalu dia mengambil posisi setengah memelukmu. Tangannya membelai rambut hitammu dengan lembut, "Apa itu?"

Kamu menelan ludah susah payah sambil memijit jari-jarimu pertanda gugup. "Se-sebenarnya kita apa?" Shanks yang mendengarnya langsung mengernyitkan dahi tanda tidak mengerti. "Kau tau, kit-kita sudah berkali-kali berkencan dan kita sudah sedekat ini tapi aku masih tidak tau hubungan jenis apa ini..." kamu menunduk terlalu malu untuk melihat wajah Shanks.

Si rambut merah menghela nafas sambil tersenyum, dia tau pembicaraan ini mengarah ke mana. Tangannya yang ada di kepalamu kini berpindah ke milikmu yang masih sibuk saling memijit, lalu dia menciumnya. "Gomen... aku kira dengan tindakan dan perlakuanku selama ini sudah cukup menegaskan kalau kau adalah milikku dan aku adalah milikmu, ternyata kau masih bingung. Baiklah, aku akan mengatakan sekaligus menanyakannya." Kedua tangannya menangkup pipimu, kini pandanganmu tertuju pada matanya yang tajam membuat jantungmu berdetak kencang. "Aku mencintaimu, (Y/n). Maukah kau menerima pria tua ini?" Terdengar nada bercanda ketika dia menyebutkan 'pria tua' lalu kamu merasakan tangannya yang membungkus pipimu terasa dingin, dia sama gugupnya denganmu.

"Kau tidak setua itu Shanks dan ya! Tentu saja!" kamu langsung memeluknya dengan melingkarkan tanganmu ke lehernya dan dia membalas pelukanmu.

Kalian berada di posisi itu untuk sementara waktu sambil menikmati irama kedua jantung kalian yang terpacu, lalu Shanks melepas pelukannya dan langsung mencium dan melumat bibirmu. Tentu kamu membalasnya dan membuka bibirmu untuk memberikan ruang kepada si tampan ini untuk menelusuri mulut bagian dalammu. Kamu melepas ciuman untuk mengambil oksigen, tapi Shanks tetap melanjutkan aksinya dengan mencium rahangmu lalu turun ke leher. Ketika bibirnya berada di sisi kanan, kamu langsung mendesah serta menolehkan kepalamu ke arah kiri agar ia mendapat akses yang lebih bebas dan dapat kamu rasakan Shanks sedang tersenyum melihat reaksimu lalu dia mencium dalam-dalam area yang sama membuat nafasmu tercekat. Kamu mencengkram dan sedikit menjambak rambut merah pria ini  akibat sensasi yang ia berikan di tempat sensitifmu itu, "S-Shanks...."

Tidak sampai di situ, tangan kanannya yang bebas bergerak turun untuk membuka dua kancing teratas kemejamu, dan ciumannya kian menjalar ke area bahu hingga ke tulang selangka, di situlah ia menghisapnya hingga menghasilkan warna kemerahan, setelah itu ia melepaskan diri. Shanks tersenyum melihat keadaanmu yang sekarang yang sedang susah payah mengambil oksigen sebanyak mungkin, tangan kanannya menangkup pipimu dan mengeluskan ibu jarinya di sana.

Wajahmu masih memerah dan tanganmu bergerak ke tanda merah yang ada di tulang selangkamu, terasa masih sedikit lembab area itu. "Lihat, pembicaraan kita tadi serta tanda ini sudah menguatkan hubungan kita, jadi jangan salah paham lagi...." Shanks tersenyum lalu mengecup keningmu dengan rasa sayang.

MR. SHANKS || Shanks x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang