Part 7 🍋

4K 190 58
                                    

Warning sexual content!!

***

Tangannya yang besar berada di area sensitif tubuhmu, nafasnya yang hangat dan aura dominan miliknya saja sudah cukup membuatmu basah. Bibirnya turun menuju payudaramu, di sana ia menghisapnya hingga meninggalkan tanda merah sedangkan tangannya yang lain sedang bekerja di balik punggungmu untuk melepaskan pengait bra, tak butuh waktu lama kain penutup itu sudah terlepas dan pergi meninggalkan tubuhmu. Tanpa perlu berfikir lagi, mulutnya langsung membungkus puncak dadamu, menghisapnya, menjilat kemudian menggigitnya sedangkan tangan yang satunya tidak tinggal diam langsung memainkan itu, mencubit lalu menariknya dengan jempol dan jari telunjuk. Mulutmu terbuka hingga menghasilkan desahan lembut dan tanganmu yang ada di kepalanya kian menekan hingga wajahnya semakin menempel di payudaramu itu.

Perlakuanmu ini membuat Shanks semakin bersemangat, dan di bawah sana ia kian berdenyut setiap kali kamu mengeluarkan desahan yang menurutnya sangat seksi. Ia memindahkan aksinya itu ke dada yang lain dan melakukan hal yang sama, tak lama ia menegakkan tubuhnya untuk melepaskan kancing kemeja putihnya itu kemudian ia melepaskan celana hitam panjang bersamaan dengan celana dalamnya. Sekilas kamu melihat miliknya yang besar sehingga kamu merasa sedikit takut, tentu ini bukan pengalaman pertamamu tapi tidak dengan ukuran yang dimilikinya, tubuhmu begitu mungil, kamu saja tidak yakin apa itu cukup kamu tampung.

Seakan bisa membaca isi pikiranmu, Shanks mengelus pipimu dengan ibu jarinya. "Kau takut?" bisiknya dengan nada seduktif ditambah permukaan bibirnya yang menghantui bibirmu membuat hatimu sedikit lebih tenang, dengan cepat kamu menggeleng untuk menjawab pertanyaannya. Shanks tersenyum lalu mencium bibirmu lagi dan langsung meneroboskan lidahnya untuk mengabsen tiap bagian mulut dalammu itu, tangannya menjulur ke bawah untuk meremas bokongmu di mana hal ini membuatmu memekik di tengah ciuman. Jarinya mulai menurunkan celana dalammu, kemudian melepaskannya. Kini sudah tidak ada penghalang apapun di antara kalian.

Ia melepaskan ciumannya menuju dagu, lehermu, dada ke perutmu lalu ia menahan kedua pahamu sehingga kemaluanmu kini terpampang jelas di hadapannya. Terlihat di sana kamu sudah sangat basah. Kamu mengerang ketika merasakan Shanks menjilat bibir vagina itu lalu menggodai klitorisnya dengan ujung lidahnya. Desahanmu kian mengeras saat ia melakukan itu. "S-shanks..." selagi melakukan aksinya itu, mata Shanks mengobservasi ekspresimu dari bawah sana, sedangkan tanganmu kian menekan kepalanya agar ia memperdalam jilatannya itu. Tak lama kamu merasakan sensasi kejang yang tak asing membuat tubuhmu mulai bergetar.

"A-aku...." dalam sekejap Shanks langsung melepaskan kegiatannya, ia belum mengizinkanmu untu keluar secepat ini.

"Shanks!!" kamu protes di tengah sesak nafas membuat pria itu tertawa kecil.

"Belum saatnya, baby girl." Ia menghadap wajahmu lagi dan dapat kamu rasakan kepala penisnya sudah ada di bibir vagina membuat matamu terpejam. "Buka mata dan lihat aku." Ia memerintah dengan nada dingin, membuatmu seketika membuka mata dan menatapnya. Kamu menggigit bibir bawahmu ketika ia mulai memasukinya, dengan sekuat tenaga kamu untuk terus membuka mata, kalian saling membalas pandangan dan dapat kamu lihat ia mendesis ketika ia sudah berhasil menyatukan diri kalian, hal ini juga membuatmu merasa penuh di bawah sana. Dalam beberapa waktu ia mendiamkan diri agar membuatmu terbiasa dengan ukurannya itu.

"Aku akan bergerak..." bisiknya di telingamu. Kamu mendesah ketika ia mulai mengerakkan pinggulnya dengan perlahan, kuku-kukumu mulai menancap pada punggung lebarnya itu.

Tangannya menahan pinggangmu agar memudahkannya bergerak, pun tanpa kamu sadari, kamu melebarkan jarak diantara kedua kakimu. Wajahmu yang memerah, payudaramu yang naik turun akibat guncangan dan betapa ketatnya kamu membungkus penis pria itu membuat Shanks seperti semakin berada di awang-awang.

"K-kau sangat rapat..." ia mendesis penuh nikmat merasakan kehangatan rahimmu yang membungkus penisnya dengan sempurna, pun pria ini mempercepat pergerakannya namun tidak secepat itu, ia tidak mau menyakitimu. Akibatnya desahanmu kian tidak terkontrol dan tanpa kamu sadari kamu mencakar punggungnya hingga meninggalkan bekas memerah yang banyak, kedua kakimu pun melingkari pinggangnya membuat Shanks kian dalam memasuki rahimmu. Suhu ruangan yang awalnya normal kini semakin memanas membuat kalian berdua di basahi oleh keringat. Suara tamparan tubuh yang saling beradu, desahan dan erangan mengisi ruangan ini menambah hasrat seksual kian memuncak.

Dapat kamu rasakan sensasi itu kembali tiba, Shanks menggiggit bibir bawahnya ketika kamu semakin meremasnya di dalam sana, ia pun tau kalau kamu semakin dekat pun ia meningkatkan kecepatan geraknya. Tangannya menangkup wajahmu sambil menempelkan dahinya ke atas milikmu.

"A-aku keluar..." Dengan segera Shanks menurunkan salah satu tangannya lalu menggesek klitorismu yang sudah basah dengan ibu jarinya, desahanmu kian menggila akibat aksi sadis pria ini. "Ah! Shanks!!" kamu menjambaknya dan mulutmu terbuka ketika cairan itu keluar dengan bebasnya dari dalam sana, Shanks yang merasakan cairan hangat itu membasahi miliknya pun dalam tiga kali sentakan dia langsung mencabut penisnya dan cairan sperma miliknya langsung terbebas menutupi perutmu."Ah... (y/n)...." Desahnya menyebut nama kamu, terdengar nada puas di sana.

Setelah sudah berhenti, pun ia membersihkan spermanya itu menggunakan tisu lalu berbaring di sebelahmu. Tangannya terjulur untuk memelukmu hingga wajahmu menempel di dada bidangnya yang basah akibat keringat, nafas kalian masih belum stabil saat ini. "Aku mencintaimu." Katanya lalu sedikit menurunkan wajahnya untuk mengecup bibirmu dengan sayang.

"Aku mencintaimu." Balasmu sambil tersenyum dan mengeratkan pelukanmu.

***

Suara lagu Taylor Swift yang berjudul ME! memasuki telingamu, kamu tau itu adalah nada dering ponselmu ketika ada yang menelepon, tapi siapa yang menelepon jam segini? Pun kamu membiarkannya dan melanjutkan tidurmu. Tiba-tiba nada dering itu menyala lagi membuatmu mengerang kesal, membuka mata lalu melepaskan pelukan Shanks agar bisa meraih ponselmu itu, tanpa melihat siapa yang menelepon kamu langsung menjawabnya dengan nada kesal.

"Ada apa?"

"Selain tidak ada di rumah untuk menyabut kepulanganku, kau juga sudah berani membuat nada seperti itu?"

Kamu membelalakkan mata dan langsung tersadar sepenuhnya. "O-oyaji? Ka-kau sudah pulang?" tanyamu terbata-bata. Pandanganmu mengarah ke jam dinding yang kini menunjuk pukul delapan malam.

"Sudah. Kenapa kau baru bertanya? Seharusnya kau yang paling tau hal ini, Nak." Gawat, nada bicara ayah sudah terdengar marah.

"Oyaji—"

"Kau ada di mana?"

"O-oyaji, aku akan langsung pulang." Katamu dengan nada sedikit panik, jantungmu semakin tidak terkontrol dan telapak tanganmu mulai berkeringat.

"Ya, lebih baik kau cepat pulang. Sekarang."

MR. SHANKS || Shanks x ReaderWhere stories live. Discover now