SURAT MISTERIUS

14 2 0
                                    

Kalian pasti tahu betapa sulitnya melupakan orang yang kita cintai, aku pun benar-benar merasakan kesulitan itu. Namun aku harus berpura-pura tegar di depan Leo dan Mami. Mungkin jika bersama mereka aku bisa melupakan Ditho, namun bagaimana jika aku sedang sendiri? Bayangan Ditho selalu hadir, bayangan itu kembali menumpahkan air mataku. Dan aku hanya bisa menahan sesak tersebut di dadaku agar Leo tak menaruh curiga padaku.

Malam ini cuaca benar-benar buruk, padahal malam ini aku dan Leo akan pergi menonton film. Sambil menunggu hujan reda, aku menonton serial tv kesukaanku.

Dup! Lampu padam, tak ada cahaya sama sekali, rumahku benar-benar gelap. Dengan bantuan cahaya handphone ku, aku berteriak memanggil Mami. Namun sama sekali tak ada balasan. Aku baru ingat bahwa Mami ada acara bersama teman-temannya dan akan pulang larut. Aku berteriak memanggil Mbok Yem, Namun juga tak ada balasan. Aku benar-benar takut, aku mencoba menelepon Leo, namun handphone Leo tidak aktif. Aku semakin takut ketika mendengar suara gemuruh, hujan pun turun semakin deras. Aku memutuskan untuk masuk ke kamarku dan bersembunyi di dalam selimut.

Krekkk! Terdengar suara pintu terbuka. Aku bersyukur bahwa mami sudah pulang. Aku berteriak memanggilnya, namun ia sama sekali tidak membalasku. Firasatku buruk, sepertinya itu bukan Mami. Aku mendengar suara langkah kaki menaiki tangga, langkah kaki itu semakin dekat dan semakin dekat. Jantungku terasa ingin copot, keringat mengucur dengan deras padahal saat itu aku sedang kedinginan. Suara kaki itu menghilang, tiba-tiba...

Krekk!! Krekk!! Krekk!! Ada seseorang yang mencoba untuk membuka pintu kamar ku. Aku sangat takut. Tidak ada benda apapun yang bisa dibuat untuk perlindungan di kamar ini, aku memutuskan untuk bersembunyi di bawah ranjangku.

Duurr!! Durr!! Durr!! Orang gila itu kini mencoba untuk mendobrak pintu kamar ku! Mami! Leo! Siapapun! Tolong aku!!!

Brak! Tak kusangka pintu kamarku yang kokoh bisa di dobrak olehnya. Aku ingin berteriak, namun aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Terlihat dari celah kolom ranjangku, orang itu mengenakan pakaian serba hitam, benar-benar menyeramkan!

Ia membuka kamar mandiku, lalu melihat ke luar jendela, lalu ia duduk diatas tempat tidurku, cukup lama. Setelah beberapa saat ia kembali berdiri, dan berjalan ke luar kamarku, syukurlah ia tidak bisa menemukanku.

Tunggu, tunggu. Ia kembali masuk kamarku dengan jalan yang cukup cepat. Kini ia berada tepat di depanku, dan..

Ia mencondongkan muka nya tepat ke arahku!! Ia menarik tanganku!!! Tuhan! Tolong aku!!

"Tolonggg!!! Siapapun tolong akuu!!!"

"Lib, tenang! Ini gue Ditho."

(ia melepaskan masker dan topi hitam yang masih menutupi wajahnya)

"Ditho? Ini beneran Ditho kan?"

"Ini gue lib, jangan takut."

Aku langsung memeluk Ditho, aku tak menyangka pria yang telah ku tunggu selama 2 tahun itu kini berada di pelukanku. Taka da yang berubah darinya, hanya model rambutnya saja yang berubah dan kulitnya juga menjadi sedikit kusam.

"Lu jahat banget sih dit, kemana aja lu! Gue nyariin elu tau ga!"

"Gue bener-bener kesulitan nyari lu lib."

"Gue menderita dit ga ada lu disisi gue."

"Gue juga lib."

"Dit! Lu masih hidup dit, lu masih hidup!"

"Tentu gue masih hidup, Karena yang pantes mati itu elu!!!!"

Pisau menancap tepat di dadaku, aku tak menyangka Ditho melakukan setega ini. Apa salahku?

LEO & LIBRAWhere stories live. Discover now