10. The Name is Arga

88 27 6
                                    

Dia mengajarkanku untuk tidak berharap lebih kepada sebuah sikap yang bernama perhatian.

~Nuril's Page~

"Kalo kita mimpi dikasih hadiah sama pacar, itu tandanya apa ya?" Noval melipat kedua tangannya diatas meja. Dia menunjukan wajah seriusnya ketika kami berempat tengah berada dalam salah satu meja yang sama di Rumah Makan milik Abi.

"Belalti itu tandanya kita lagi ..." Putri menggantung kalimatnya, membuat tiga pasang mata menatapnya dengan serius, apalagi Noval. Gadis kecil itu mendekatkan wajahnya ke depan. Dan tanpa dikomando, aku dan dua saudara lainnya pun ikut merapat ke arah depan.

"Itu tandanya kita lagi tidul, kak!"

Glek

Aku menelan saliva dengan susah payah. Memang tidak ada yang salah dengan jawaban Putri. Hanya saja, bukan jawaban itu yang kami harapkan.

"Hahaha--hmft," aku langsung membekap mulut Nessa yang menarik perhatian pengunjung Rumah Makan ini.

"Bener Put, kamu pinter!" seru Nessa dengan suara yang lebih pelan. Putri menunjukan deretan giginya, merasa bangga karena jawabannya benar.

"Lagian mimpinya kak Noval itu fitnah banget!" ujar Nessa mantap. Aku masih setia mencomot kentang goreng yang tersedia di piring.

"Fitnah gimana?" tanya Noval dengan alis yang bertaut.

"Mimpinya kak Noval itu fitnah, soalnya kak Noval gak mungkin dikasih hadiah sama pacar,"

Aku hanya diam mendengarkan perdebatan kecil itu.

"Ya mungkin lah!"

"Ya gak mungkin lah!"

"Kenapa bisa gak mungkin coba?"

"Ya karna kak Noval jomblo, gak punya pacar. Bhahaha ..!" siapapun yang mendengar tawa Nessa, mereka pasti bisa menyimpulkan bahwa Nessa adalah gadis yang kejam.

Noval memberengut kesal sementara Putri hanya diam memperhatikan. Mungkin dia tidak mengerti apa yang kedua kakaknya bicarakan.

"Gak punya pacar bukan berarti gak laku, ya!" tegas Noval.

"Idih ... palingan kak Noval itu cuma dikejar-kejar sama adik kelas yang masih ingusan!"

"Temenmu, tuh! Ngebet banget pacaran sama babang ganteng ini!" Noval memegang kerah bajunya, menyombongkan diri.

"Temenku yang itu katarak kayaknya. Cantik-cantik kok sukanya sama jerapah kurus!" ledek Nessa.

Entah aku dan Nessa yang tergolong pendek atau memang tingginya Noval itu melebihi batas wajar, karena itulah kami berdua menyebutnya Jerapah Kurus.

Aku tidak lagi mendengarkan perdebatan keduanya karena Putri memintaku untuk mengantarnya ke toilet.

"Kak Syif ... ngantuk," rengek Putri ketika baru keluar dari toilet. Salah satu punggung tangannya mengucek mata. Malam ini sudah menunjukan pukul setengah sembilan. Pantas saja Putri sudah mengantuk.

"Tidur di ruangan Abi, mau?" tawarku. Pasalnya, Ummi dan Abi belum berniat untuk pulang karena ada beberapa hal yang harus diurus malam ini juga.

Putri menggeleng. Putri memang tidak pernah mau diajak tidur disana. Alasannya karena di ruangan Abi itu luas dan sepi. Akhirnya, Putri tidur di sofa dekat dengan meja kasir dan menjadikan pahaku sebagai bantal.

Meskipun Nessa dan Noval masih berceloteh tentang banyak hal, Putri tidak terganggu sama sekali. Dia masih lelap dalam tidurnya. Gadis ini memang cukup aneh. Dia tidak suka tidur dalam keadaan hening dan akan sangat lelap bila di sekitarnya banyak menimbulkan suara. Keramaian Rumah Makan ini bahkan tidak mengusik mimpinya.

Roda Kehidupan SYIFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang