Kembali Mengundang Petaka ❀

54.9K 6.4K 129
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa follow dulu akun wp ini gengs biar nggak ketinggalan informasi ;)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jangan lupa follow dulu akun wp ini gengs biar nggak ketinggalan informasi ;)

Pembaca yang baik dan budiman pasti ninggalin jejak berupa vote dan komentar.

Kenan mengulas senyumnya melihat Ayana baru selesai berdoa. Melihat Ayana memakai mukena membuat hatinya tenang dan damai. Dia beranjak mendekati Ayana, sedikit tercengang ketika Ayana meraih tangannya lalu menyalaminya.

"Maafin aku  Ya, aku belum bisa jadi imam yang baik. Janji deh aku bakalan belajar jadi imam, setidaknya untuk keluarga kecil kita." Kenan merasa bersalah, seharusnya dia berada di depan Ayana menjadi imam di setiap ibadah mereka.

"Hehe, nggak apa-apa kok."

"Balik ke kasur atau duduk di sofa?" tanya Kenan.

"Sofa aja Ken, capek baring mulu. Tapi dipapah ya jangan digendong," pinta Ayana ingin belajar berjalan.

Kenan membantu Ayana berdiri dari kursi roda yang digunakan untuk mempermudah Ayana melakukan gerakan shalat. Tangan kanan Ayana melingkar di pundak Kenan, perlahan tapi pasti Kenan sangat sabar membantu Ayana berjalan. Berangsur-angsur kaki Ayana bergerak, sesekali dia meringis menahan sakit.

"Aya aku gendong aja ya," tawar Kenan tidak tega. Ayana terlalu memaksa, sedangkan kakinya butuh banyak waktu untuk menyesuaikan.

Ayana menggeleng, dia menggigit bibir bawahnya saat merasakan ngilu yang menghujam kakinya. Dia tidak boleh menyerah, dan tidak boleh merepotkan Kenan. Dia terpekik saat Kenan malah menggendongnya dan mendudukan dia ke sofa di kamar inap.

"Kok kamu gitu sih?" gerutu Ayana tidak suka.

Kenan berdecak. "Kamu kira aku diam aja gitu lihat kamu kesakitan? Kayana Calista Anindira, target pengobatan kamu dua bulan sedangkan kita baru beberapa hari disini. Iya aku tahu kamu mau usaha, aku apresiasi kegigihan kamu. Tapi tolong jangan nyiksa diri sendiri."

"Ak...aku nggak mau kamu repot. Selama i-ini aku nyusahin kamu mulu," tunduk Ayana menyesal.

Dada Kenan naik turun menahan amarah. Dia tidak suka Ayana terlalu memaksa, masih panjang waktu untuk terus berusaha yang terpenting berangsur-angsur. Dia beranjak menjauh, melihat ibu kota Singapura dari jendela kamar inap. Sesekali dia mengusap wajahnya, apa Ayana kira dia menyusahkan? Sama sekali tidak, Kenan tidak pernah berfikir seperti itu.

KENAN [LENGKAP]Where stories live. Discover now