~23. Gadis mematikan

2.2K 153 99
                                    

Gak semua yang kita liat itu kenyataan nya"

🌹🌹🌹

Matahari dengan malu-malu mengintip di balik groden berwarna pink. Berniat membangunkan sang empu kamar agar tak telat untuk menuntut ilmu.

Tapi sepertinya matahari terlambat untuk membangunkan si pemilik kamar. Karna sang empu kamar sekarang sudah siap dengan seragam putih abu nya.

Clara. Menyisir rambut panjang nya yang di hiasi poni itu dengan wajah ceria.

Tak biasanya gadis itu bangun tanpa ada teriakan di pagi hari. Biasa nya setelah melaksanakan solat subuh dia akan tertidur lagi tapi sekarang tidak. Ada apa gerangan?.

Dengan cepat kilat ia mengambil tas pink yang sedang tertidur di kasur mpuk nya.

Berlari dengan sedikit cepat untuk menuruni tangga.

Anisa yang melihat anak nya itu lari-lari menuruni tangga melotot tak percaya. Apa gadis itu ingin terguling lagi?.
"Clara! Udah berapa kali mamah bilang jangan lari-lari kalo ada di tangga"

Seakan tuli gadis itu tetap menuruni tangga dengan berlari.

Clara menarik bangku kemudian menuduki bokong nya. Tangan mungil itu mengambil roti dan mengolesi nya dengan selai lalu melahap nya dengan semangat.

Sekarang ada pelajaran yang sangat ia sukai. B.Indonesia. pelajaran yang sedikit menggunakan otak. Mangkanya sekarang ia begitu bersemangat.

Sani yang duduk di samping nya hanya geleng-geleng kepala.

Beberapa menit kemudian dia bangkit dari duduk dan mengambil segalas susu kemudian meneguk nya dengan cepat.

"Astagfirullah clara!! Minum itu sambil duduk!" lagi-lagi anisa mengomel.

Clara mengambil tangan anisa lalu mencium nya tanpa mengubis omelan mamah nya itu.

"Kak! Anterin clara! cepet!" dengan sekuat tenaga gadis itu menarik sani untu segera bangkit dari duduk.

"Emwang swi erwang gak ngawantriwin kawu?" tanya nya dengan mulut penuh roti.

"Ck! Ngomong apa sih kak?"

Dengan susah payah sani menelan roti yang masih berada di mulut nya. "Emang si erlang gak nganterin kamu?"

Mendengar pertanyaan sani sontak saja clara terdiam. Sekilas ia terbayang dengan kejadian kemarin. Setelah clara mengungkapkan bahwa ia membenci laki-laki tersebut, erlang berlalu begitu saja meninggalkan nya dengan seribu tanda tanya.

Melihat adik nya yang diam bak pantung ancoran membuat sani mengerutkan dahi. Apa gadis itu kerasukan patung?

Sani melambaikan tangan nya di depan wajah clara. "Hello? Apa anda masih di sana wahai adik ku?"

Clara tersadar dari lamunan nya lalu menghempas tangan kakak nya itu dengan sedikit kuat. Bibir gadis itu kemudian mengerucut.
"Apaan sih kak?"

"Jih harus kakak yang tanya sama kamu. Kenapa kamu malah diem aja? Kerasukan patung ancoran?"

Bukk

"Aww"

Anisa tersenyum jahat. "Kalo ngomong itu di saring dulu sanii"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Si Polos Dan Si DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang