Di parkiran sekolah, tepat di samping sepeda kesayangan Taejun yang berwarna abu-abu. Sebenarnya, beberapa kali dia berpapasan dengan teman sekelasnya yang menawarkan tumpangan. Namun dia sudah terbiasa berangkat pulang dengan Taejun. Taera tidak ingin merepotkan orang lain. Menunggu sebentar saja tidak menjadi masalah baginya.
Tak berapa lama pemuda tinggi yang notabene adalah kakak kelasnya itu menampakkan diri. Menghampiri Taera dengan senyum sungkan.
“Maaf, ya menunggu lebih lama,” ujarnya, meraih puncak kepala Taera dan mengusaknya gemas.
“Chi!” Percuma saja Taera protes berkali-kali, Taejun tetap akan melakukannya sesekali. Taera merapikan rambutnya dengan kesal. “Memangnya tidak apa-apa kau telat pertemuan klub hanya karena mengantarku pulang?”
“Tidak apa-apa. Biasanya juga kan aku mengantarmu pulang dulu baru kembali ke sekolah. Hari ini mereka memajukan jadwal latihan untuk persiapan turnamen.” Taejun mengeluarkan sepedanya dari area parkir, berjalan bersisian dengan Taera karena selama masih di area sekolah mereka dilarang menaiki kendaraan.
“Begitu? Kau tahu sekolah kita akan kedatangan murid baru?”
Taejun menggedikkan bahu. “Tidak ingin tahu lebih tepatnya.”
“Kudengar dia jago badminton tahu, mungkin saja dia akan masuk klub badminton sekolah kita kan?”
“Tetap saja, sejago apa pun dia, dia akan jadi juniorku.” Taejun membanggakan diri.
“Jangan sok tua.”
“Aku memang lebih tua darimu, ingat? Kau saja yang tidak mau memanggilku Oppa.” Taejun sudah akan mengangkat tangan untuk mengacak rambut Taera―
“Chi!”
―tapi terhenti sebab panggilan yang membuatnya menoleh.
Tepat setelah keduanya melewati gerbang utama, Seokjin yang telah menunggu dengan sabar berseru memanggil keduanya. Senyum lebarnya ia pamerkan, selalu seperti itu. Selalu lebih ramah daripada kakaknya.
Taejun dan Taera pun memutar arah, menghampiri dua saudara kembar yang tengah berdiri di samping mobil ayahnya. Pasti utusan Mommy Yejin.
“Hyung, ada apa?” tanya Taejun begitu sampai di depan mereka.
“Mommy menyuruh kami menjemput, Taera.” Namjin yang menjawab.” Sepertinya mau diajak jalan-jalan karena Minchan sedang ada urusan di luar kota.”
Taejun melirik Taera yang tampak biasa saja. Taera balas memandangnya dengan heran. Apa maksud Taejun?
“Apa kau mau ikut juga, Chi?” ujar Seokjin menawarkan tumpangan.
“Tidak, Hyung, terima kasih. Aku ada pertemuan klub sore ini,” tolak Taejun halus. “Aku hanya minta tolong jaga Taera untukku.”
Setelah mengucapkan kata-kata yang sukses membuat sebelah alis Seokjin terangkat, pemuda itu memutar arah sepedanya dan berpamitan, kembali masuk ke area sekolah.
“Memangnya dia siapa menyuruh-nyuruh kita,” gerutu Namjin datar, sebelum masuk mobil dan menempati kursi pengemudi. Seokjin mengikuti kembarannya duduk di kursi penumpang sebelahnya, sementara Taera duduk di kursi belakang.
Mengamati Namjin mengemudi adalah momen favorit bagi Taera yang jarang sekali dia temui. Namjin jarang sekali mau dijadikan sopir, biasanya Seokjin yang lebih sering. Padahal jika Namjin sedang mengemudi auranya keren sekali, setidaknya menurut Taera.
Memangnya bagi Taera apa yang tidak terlihat keren jika hal itu berkaitan dengan Namjin? Padahal Namjin sudah punya seseorang, tapi Taera tidak bisa menahan diri untuk tidak sayang.
“Apa kau perlu mampir sebentar ke suatu tempat, Taera-ya?” tanya Namjin, melirik Taera dari spion tengah.
Tiba-tiba ditanya begitu, Taera yang tidak fokus sedikit gugup. “Em, ti-tidak ada Oppa.”
Seokjin tertawa kecil melihatnya. “Kalau begitu kita mampir sebentar ke rumah Jinri ya?”
“Huh?”
“Pacar Namjin, yang kemarin diajak ke rumah. Mommy juga mengajaknya.”
“Ah … Ne.” Taera tersenyum kaku. Setelahnya gadis itu lebih memilih memperhatikan jalanan.
Tahu begini ceritanya, Taera pikir, lebih baik tadi dia pulang dengan Taejun saja.
----tbc---- 12 Juli 2020 -------
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
