Repeated;38

55 6 0
                                    

LavenderWriters Project III Present

Repeated © Group 3

Part 38 — Created by MandaVire redupadam_ Halu22

▪▪▪

"Jangan lupa besok, ya? Jangan terlambat!" seru Dokter Anton pada Azka.

"Emang Azka pernah terlambat, Dok?" balas Azka bercanda membuat dokter muda itu tertawa.

"Gak, dong. Kamu kan sekarang makin rajin berobat. Apalagi semenjak pacaran sama... siapa namanya, Ka? Jidan? Jiran?"

Azka berdecak sebal, "Jihan, Bang."

Dokter Anton tertawa mendengar nada kesal Azka. Ia jadi sadar kenapa pasiennya selama bertahun-tahun ini mengalami kemajuan dalam penyembuhannya.

"Iya, iya. Maafin dokter yang tampan ini, ya?" canda Dokter Anton sekali lagi.

Azka yang mendengar hal itu hanya dapat tertawa. Ia mengambil tasnya di kursi dan beranjak pergi. Setiap pulang sekolah harus kontrol adalah saat yang melelahkan.

"Hati-hati dijalan!"

Azka mengangguk dan hampir membuka pintu, namun ia hentikan karena tiba-tiba penasaran akan satu hal.

Azka kembali menghampiri Dokter Anton yang menatapnya dan duduk. "mau nanya sesuatu, Bang."

Dokter Anton mengangguk dan menumpu dua tangannya di meja. "Kenapa?"

Azka berdehem sejenak, menetralkan jantungnya yang entah kenapa jadi berdetak kencang. "eum..."

"Bilang aja, Ka," titah Dokter Rey membuat Azka memberanikan diri menatapnya.

"Buta wajah bisa sembuh, kan, Dok?"

Hening.

Dokter Anton menatap Azka yang berharap dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia menghela nafasnya dan memilih menjawab.

"Saya gak bisa jamin, Ka. Tapi kamu bukan prosopagnosia keturunan. Syaraf di mata kamu cuma ada yang rusak karena kecelakaan kamu waktu kecil. Jadi... kamu masih punya kemungkinan untuk sembuh. Walau kemungkinannya kecil."

Azka yang mendengar perkataan Dokter Anton sontak tersenyum lega. Tak apa, kecil bukan berarti tak mungkin. Ia masih punya beberapa persen kemungkinan untuk berpegang teguh pada kesuksesan itu.

Azka tersenyum, ia tiba-tiba mengingat wajah Jihan. Semua memang tak tampak jelas di mata Azka. Tapi dia ingin melihatnya semakin jelas.

Melihat secantik apa gadis kesayangannya itu. Gadis yang membuatnya merasa memiliki peluang baru. Gadis yang membuatnya bahagia. Gadis yang ia butuhkan.

Jihan.

"Makasih, Dok. Tolong bantu saya. Saya permisi." Pamit Azka yang diangguki Dokter Anton.

Azka menutup pintu dibelakangnya dan tersenyum lega.

"Gue pasti bisa. Tunggu gue, Ji. Tunggu gue sebentar lagi."

03;Repeated✔Where stories live. Discover now