DELAPAN

12K 1K 158
                                    

Happy reading ;)

***

Grizelle melangkahkan kakinya cepat-cepat. Setelah mendengar namanya di panggil langsung oleh pak kepala sekolah menggunakan pengeras suara, ia langsung meninggalkan kegiatannya saat itu juga. Di perjalanan Grizelle merasa aneh di sapa oleh murid-murid yang sedang berlalu lalang. Sejak kapana Grizelle setenar ini? Entahlah, Grizelle pun hanya membalasnya dengan senyum tapi tetap buru-buru.

"Grizelle, Kepala sekolah udah nunggu," kata Bu Aish seraya menyentuh lengan Grizelle yang baru saja muncul dari balik pintu kantor. Grizelle hanya memberi anggukan lalu berjalan lagi menuju ruangan khusus kepala sekolah yang sebenarnya.

Gerakan tangan Grizelle yang hendak menyentuh engsel pintu terhenti kala ia mendengar namanya di sebut-sebut dari dalam ruangan itu. Siapa yang merengek? Yang pastinya membuat Grizelle penasaran dan tidak ragu membuka sedikit pintu untuk mengintip. Itu 'kan namanya, wajar saja Grizelle perlu mengintip seperti itu.

Rupanya ada Haki si cowok sok keren yang sedang merengek langsung oleh kepala sekolah.

"Ayo lah, Om, masa gak bisa sih keluarin Grizelle Ayudia dari sekolah?Dia itu musuh kami, Om, musuh Daniar juga," ujar Haki, ia sepertinya mulai lelah karena sudah dari tadi memohon agar Grizelle di keluarin dari sekolah. Grizelle bergumam, licik.

Pak Atta yang sedang duduk di kursinya memijat pangkal hidungnya. Baru kemarin Daniar memohon agar Grizelle di keluarkan, sekarang ada Haki lagi. Entah apa salahnya Grizelle.

"Bisa ya om? Demi kami," mohon Haki penuh keseriusan.

"Nggak bisa. Sekali pun para guru yang meminta, om tidak bisa mengeluarkan Grizelle begitu saja. Dia adalah murid berprestasi pilihan sekolah. Asal kamu tahu, saat itu ada tiga sekolah yang memperebutkan Grizelle, syukurnya sekolah kita yang di pilihnya," ujar Pak Atta, ingin Haki tahu seberapa inginnya sekolah memiliki Grizelle.

Haki mengusap wajahnya kasar. Memikirkan bagaimana cara mengeluarkan Grizelle dari sekolah. Ternyata sungguh sulit. Sial! Ia pikir dengan adanya Ayah Daniar akan memudahkannya membalas dendam, ternyata hasilnya ini.

Grizelle menutup pintu setelah puas mendengar rengekan cowok yang Farina katakan keren. Grizelle tertawa pelan, menutup mulutnya dengan punggung tangannya. Tawanya cukup sinis, ingin tertawa sungguhan di hadapan Haki, tapi kasihan. "Ada yang gagal tapi bukan ginjal."

Tak lama Haki keluar. Grizelle sudah waspada dengan menghadapkan tubuhnya ke arah papan informasi khusus guru. Setelah Haki benar-benar pergi, barulah Grizelle bergantian masuk ke dalam ruangan Pak Atta. Pura-pura tidak tahu pura-pura tidak dengar.

"Permisi."

Pak Atta mengalihkan pandangannya dari laptop. "Silahkan duduk. Bapak mau ngomong sebentar."

Grizelle mengangguk lalu duduk di kursi yang bersebrangan dengan kursi Pak Atta, di batasi meja kerja. "Maaf pak, lama. Tadi saya kebetulan lagi di toilet."

"Tidak apa-apa," jawab Pak Atta sembari menutup laptopnya.

"Ada apa ya, Pak?"

"Saya mau tanya-tanya saja tentang hidup kamu di Jakarta gimana? Kalau misalnya kamu sungguh kekurangan, mungkin sekolah bisa membantu," ujar Pak Atta.

KENZELLWhere stories live. Discover now