Ini adalah salah satu kenangan yang tak bisa dilupakan.Saat itu masih kelas 2 SMP,saat dimana aku kehilangan salah satu motivator ku untuk menjadi penulis.Dan saat itulah salah satu karyaku dimuat.
✨✨✨
Dengan semangat kulangkahkan kaki menuju kelas,senyum terukir jelas di wajahku.
Kata ustadzah Sari,aku merupakan salah satu murid yang memilik senyum permanen.Mengapa begitu? Karena senyumanku selalu ada seperti tak pernah luntur dari wajahku,ah..walaupun begitu,mereka kan hanya melihat dari luarnya saja.Tidak tahu bagaimana hati ini terus memintaku untuk menyerah.
"Hai Niya" sapa Kak Dany
"Hai kak!"
"Mau eskul?"
"Iya,emang kakak nggak eskul?"
Kak Dany merupakan salah satu kakak kelas yang mengikut ekskul sama sepertiku,kami juga cukup dekat karena memiliki hobi yang sama.Tak jarang kami saling bertukar surat dikarenakan Kak Dany merupakan salah satu anggota OSIS.Waktunya dihabiskan untuk mengontrol pondok,karena itu kami tak bisa saling mengobrol seperti biasa.
"Kakak mau ke kamar dulu,loh Syifa mana? Biasanya dia selalu sama kamu"
"Lagi mandi dia,nanti nyusul"
Kak Dany mengangguk "Kamu datang selalu awal sekali"
"Hehehe..mau curhat sama ustadzah Illa"
"Yaudah kakak ke kamar dulu"
Aku mengangguk lalu mempercepat langkah ke kelas 2A,tempat dilaksanakannya ekskul Jurnalistik.
"Ustadzah Illa!!" Teriakku
Perempuan di depanku itu terlonjak kaget sambil mengelus-elus dadanya
"Astagfirullah...Niya,nggak usah teriak teriak ustadzah masih punya kuping"
Aku hanya nyengir kuda.Ah,akan kuperkenalkan dulu siapa ustadzah Illa.
Beliau adalah salah satu lukisan universitas Islam riau.Beliau juga merupakan guru bahasa Indonesia di kelas 2,lebih tepatnya angkatanku.Beliau juga menggantikan ustadzah Tri dalam membimbing jurnalistik.Sifatnya yang gaul dan ramah menarik perhatian para siswa.Siapapun akan senang dengan beliau,termasuk aku.Ah..beruntung sekali aku dipertemukan dengan sosok beliau
"Sudah datang aja" celetuk ustadzah
"Lah biasanya kan Niya emang datang cepat"
"Nggak apa,bentar lagi Syifa juga da..."
"Assalamu'alaikum...!" Suara lantang memotong perkataanku,siapa lagi kalau bukan Syifa.Ia segera duduk di sampingku
"Sore Ustadzah"
"Sore juga Syifa"
"Ustadzah kita mau buat majalah kan ya,aku pingin dimuat nih"
"Yah nanti ustadzah pertimbangkan dengan pondok juga,Oh iya ustadzah ada kabar gembira.."
"Apa?" Tanyaku dan Syifa berbarengan
"Hmm..nanti aja deh pas udah kumpul semua"
"Ih ustadzah!" Kami berteriak kesal
"Udah udah mending kalian bantu ustadzah pasang layar"
Aku dan Syifa baru sadar jika Ustadzah Illa sedang memasang layar dan Infocus.
Segera kami membantu ustadzah Illa sambil sesekali memaksa ustadzah untuk memberitahu kabar gembira yang ingin beliau kabarkan.Namun hasilnya nihil! Ustadzah Illa hanya memeberikan senyuman sebagai jawaban.
YOU ARE READING
Al Bosch
Non-FictionSebuah kisah yang akan menjadi sebuah sejarah nan mengukir indah di hati...membuat sang waktu tak punya daya tuk mengukir kembali Hei! Selamat datang di kehidupan ALBOSCH CERITA NYATA! Non fiksi~ Selamat membaca ^_^~✨ Semoga kalian menyukainya ❤️