Ke-1

18 0 0
                                    

Ketika malam menjelang pagi, di sebuah perkampungan yang jauh dari kota, sepasang mata lelaki bertubuh kecil dan mungil tertuju pada satu titik cahaya yang begitu terang dari barisan titik cahaya yang berada di atap semesta, dari balik jendela menerbangkan buah pikir nan jauh disana, dari raut wajah tertanda Tuhan sedang rindu dengannya; rindu agar hambanya ini mau berdo'a dan meminta pertolongan. Gelapnya malam seperti warna kaos yang digunakan lelaki bertubuh kecil dari balik jendela.

Di sebuah rumah sederhana, di dalam kamar yang tidak begitu besar. Lelaki bertubuh kecil dari balik jendela sedang berpikir sesuatu sambil menggenggam kertas dan terus menulis itu masih mengerjakan tugas-tugas yang diberikan gurunya disekolah. Kamar yang berukuran tiga kali empat meter itu begitu bersih dan sejuk. Pemandangan di luar jendela begitu menenangkan karena hanya ada semak belukar dan pohon-pohon tinggi tanpa cahaya lampu yang menerangi. Memang di waktu malam disekitaran rumahnya tak pernah ada orang yang melaluinya, mungkin suasananya terlalu mencekam untuk dilalui dengan berjalan kaki maupun menggunakan sepeda motor.

Beberapa hari belakangan ini ia memang disibukan dengan tugas sekolahnya, ia begitu lelah dan sangat kesepian, setiap hari waktunya dihabiskan dengan sekolah dan menggerjakan tugas yang tampak seperti beban, cuma agar mendapatkan selembar kertas yang kata ibunya "untuk bekal masa depannya nanti", entah begitu pentingkah kertas itu untuk masa depannya nanti, ia pun tidak begitu peduli. Baginya masa depan tidak dapat ditentukan dengan hanya selembar kertas.

●●●

Orang Orang Yang TerabaikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang