14 0 0
                                    

Selepas malam berganti pagi, lelaki bertubuh kecil dan mungil harus melakukan aktivitas yang menurutnya membosankan, yaitu berangkat kesekolah. Ia bersekolah di sebuah SMA yang tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Namun sekolah baginya adalah penjara, bagunan-bangunan dan orang-orang didalamnya mengajarkan bahwa berbeda adalah hal yang menyeramkan dan tidak layak untuk dijalani. Gurunya pernah memberinya sangsi karena dia tidak dapat mengerjakan soal fisika, bukan dia tidak bisa tapi dia tidak suka dengan pelajarannya, dia lebih tertarik di mata pelajaran Ekonomi. Kemudian dia juga pernah dihukum karena waktu istirahat dia pergih keluar sekolah tanpa ijin kepada guru piket, yang sebetulnya dia hanya ingin makan siang di warung depan sekolah, karena dia tahu bahwa uangnya tidak cukup banyak untuk makan di kantin sekolah, yang harganya diperuntukan hanya untuk orang-orang yang memiliki banyak uang.

Ia juga bukan murid yang cerdas apalagi pintar, ia tidak begitu pandai, ia sering keluar masuk ruangan BP karena kejailannya, ia juga sering dimarahi guru kelasnya karena tunggakan absen tak hadir yang begitu berlebihan, ia juga sering dihukum karena sering datang terlambat kesekolah. Itulah keseharian lelaki bertubuh kecil disekolah yang menurut anggapannya adalah jalan menuju pekerja yang dibanggakan orang tuanya. Karena sekolah baginya selalu menuntut nilai dalam segala hal, walau ada beberapa yang tidak ia sukai. Tidak ada pembentukan karakter dan kemandirian bagi murid-muridnya dan seperti harus selalu sewarna atau sama. Itulah pemikiran yang selalu berkecamuk dalam benak lelaki bertubuh kecil dalam hal sekolah.

Pagi itu lelaki bertubuh kecil dan mungil untuk kesekian kalinya datang kesekolah dihadapkan dengan gerbang masuk tertutup. Ia bersama temannya yang kebesaran tak mau ambil pusing. Ia segera berjalan menyelinap kearah belakang sekolah yang dipenuhi rumput liar yang merambat ke tembok sekolah, disitu sudah ada kursi yang tersedia untuk memanjat tembok. Tak lama kemudian lelaki bertubuh kecil segera membantu temannya yang kebesaran itu naik ketembok menggunakan kursi yang sudah ada disana.

"Bagaimana, aman?" tanya lelaki bertubuh kecil dalam keadaan membungkuk sambil memegang kursi.

Sambil mengintip ke sekolah dari balik tembok yang lumayan tinggi, dan dengan suara berbisik "tidak begitu aman. Banyak perempuan di halaman musolah."

Dengan tegas lelaki bertubuh kecil bersuara. "Langsung loncat aja. Nanti keburu ada Guru yang melihat."

Setelah memanjat tembok yang lumayan tinggi di belakang sekolah, lelaki bertubuh kecil dan temannya yang kebesaran sampai dipelataran musolah. Lelaki bertubuh kecil melebarkan pandangannya ke bagian-bagian tertentu, dan seketika terhenti pandangannya pada paras wanita yang tersipu malu karena kedatangan lelaki bertubuh kecil tersebut, yang datang dengan tiba-tiba dari balik tembok belakang sekolah. Sambil malu-malu wanita itu memberikan senyum kepada lelaki bertubuh kecil yang masih mematung memandanginya.

Ya, wanita bermata indah, dengan bibir mungil yang juga indah dan ditambah kulitnya yang putih, membuat lelaki bertubuh kecil menjadi kikuk. Mata mereka saling memandang beberapa detik, sebelum kembali tersadar oleh temannya yang kebesaran.

●●●

Orang Orang Yang TerabaikanWhere stories live. Discover now