Bab 18 (Peristiwa Tak Terduga)

94 9 8
                                    

Suasana kantor terlihat sibuk seperti biasanya, ada yang sedang fokus mengetik sesuatu di komputernya, ada yang sedang mengantre di tempat fotokopi, adapula yang sedang santai-santai saja dikarenakan tugasnya sudah selesai.

Seperti halnya Devi dia sedang sibuk menyiapkan berbagai keperluan suaminya untuk bekerja. Memesan beberapa pakaian dari toko online dengan merek resmi yang tidak murah pastinya. Stok pakaian kerja suaminya memang terbilang banyak namun pria itu menginginkan penampilan baru.

Dia pun harus merevisi beberapa berkas milik suaminya sebab seharusnya berkas itu sudah selesai besok hari namun tampaknya Zakky terlalu sibuk sehingga Devi harus dengan sukarela membantunya. Hari ini pun adalah tanggal muda, sudah seharusnya para karyawan di rumah mereka mendapatkan gaji, maka dari itu Devi pun harus mentransfer sejumlah gaji untuk mereka.

Dengan telaten Devi mengurus pekerjaannya satu persatu, tugas ini diusahakan harus selesai hari ini. Sebab besok hari akan ada tugas lain dan dia tidak ingin menundanya. Tangan Devi yang semula mengetik revisi berkas di komputer sejenak berhenti, ada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya.

"Ya, silakan masuk," ucap Devi tanpa mengalihkan pandangannya dari monitor.

"Permisi, Mbak Devi di panggil oleh Pak Wijaya untuk ke ruang rapat sekarang," ucap sekretaris Zakky yang bernama Ditha itu.

Devi terdiam sejenak memikirkan kenapa mertuanya memanggil dirinya untuk ke ruang rapat. Bukankah sekarang dirinya hanya sebagai asisten pribadi Zakky mengurusi setiap keperluan pribadi pria itu sehingga tidak ada hubungannya dengan tugas perkantoran.

"Baiklah, saya akan kesana sekarang."

.

.

.

Seorang satpam sedang berjaga di pintu masuk ruang rapat, menandakan bahwa orang tidak boleh sembarangan masuk ke ruangan ini kecuali yang bersangkutan dengan agenda rapat. Sejenak Devi menjadi ragu, apakah dirinya memang berhubungan dengan agenda rapat hari ini, rasanya tidak.

Dengan perlahan wanita ini berjalan ke arah pintu masuk ruang rapat, dia ingin bertanya dahulu pada satpam apakah benar dirinya harus masuk ke dalam ruangan tersebut. Namun, justru satpam itulah yang berbicara duluan.

"Silakan masuk, Mbak Devi sudah di tunggu di dalam."

Devi menjawab dengan cara mengangguk, dia sampai bingung untuk mengatakan apa. Kenapa dia di tunggu di ruang rapat seperti ini. Dulu, saat dirinya masih menjabat sebagai staf komunikasi di WijayaTech memang sering ikut rapat bersama staf lain yang dipimpin oleh Mbak Widia. Namun, rasanya dia tidak pernah ditunggu seperti ini. Pernah satu kali dirinya terlambat sepuluh menit untuk ke ruang rapat, bukannya ditunggu dirinya malah dimarahi oleh kadiv Komunikasi.

Satpam membuka pintu ruang rapat, terlihat banyak orang penting disana. Tampaknya ini bukan sekedar rapat biasa, hanya orang-orang yang sudah mendapat jabatan tinggilah yang berada disini.

Ruangan rapat ini terbilang berukuran kecil hanya 7×7 meter berbeda dengan ruangan rapat saat pertama kali Zakky kesini. Terdapat meja oval yang sangat besar, kursi-kursi diletakkan mengelilingi meja tersebut. Ada beberapa orang yang sudah Devi kenal bahkan akrab dengannya yaitu Pak Surya, Emma, Pak Wijaya, dan tentu saja suaminya Zakky. Sisanya hanya Devi kenal secara selintas saja, kenal nama dan tahu wajah namun tidak terlalu dekat.

"Silakan duduk Dev," ucap Emma menunjuk bangku di sebelahnya.

Devi mengangguk kemudian duduk di sebelah teman barunya itu. Dengan pandangan yang masih bingung, dia hanya bisa diam tanpa banyak bertanya. Kepalanya menelusuri setiap papan nama yang diletakan di depan masing-masing orang. Ternyata rapat kali ini didominasi oleh direktur utama perusahaan cabang Wijaya Group dan juga berbagai direktur di Wijaya Group. Rapat ini dipimpin oleh Pak Wijaya selaku Pimpinan Direksi Wijaya Group, beliau sebetulnya belum hadir di ruangan ini.

Dream Zone: Wake Up (2)Where stories live. Discover now