Bab 6 (Dewa Narsis)

131 12 5
                                    

Dua tahun lalu merupakan awal bagi Zakky untuk pindah ke rumah barunya yang dia beli di Bandung. Dia memilih daerah tersebut berhubung karena Pak Wijaya memindahkan dirinya untuk menjadi CEO di WijayaTech yang juga berada di Bandung.

Dia berusaha keras dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya, sebab dirinya merupakan orang yang tidak suka bergaul dan tidak suka keramaian juga. Kini giliran Devi yang mengalaminya, mulai hari ini dia pindah ke salah satu kompleks perumahan elit di kota Jakarta.

Sejujurnya Devi tidak menyangka suaminya ini mampu membeli rumah baru dalam kurun waktu yang berdekatan. Bahkan rumah yang mereka tempati sekarang lebih besar dan mewah daripada rumah sebelumnya.

"Apakah Mas Zakky tidak menghamburkan uang untuk membeli rumah baru ini? Padahal kita bisa menyewanya saja," usul Devi sambil duduk di sofa rumah baru mereka.

"Tentu saja tidak. Membeli properti seperti rumah bukanlah suatu hal yang merugikan, justru ini akan menjadi salah satu aset investasi di masa depan," jawab Zakky santai, urusan bisnis apalagi investasi merupakan hal yang sudah dia pahami.

Devi memang tidak begitu mengerti tentang dunia bisnis maupun investasi, dia hanya fokus pada tugasnya dalam mengurus kebutuhan pribadi bosnya saja. Asalkan rumah ini dibeli oleh harta suaminya tentu saja tidak masalah bagi dirinya karena tidak mengeluarkan uang sepeser pun.

"Lagipula kenapa kamu khawatir, kamu kan sudah tahu bahwa suamimu adalah pria kaya raya yang hartanya tidak akan habis walaupun telah melalui masa tujuh turunan," ucap Zakky dengan pongah.

Sang istri langsung menyikut pinggang suaminya itu. Baik sebelum menikah maupun sekarang, tingkat kenarsisan pria ini tidak menghilang, bahkan semakin menjadi-jadi saja setiap harinya. Terkadang Devi merasa kewalahan sekaligus malu dalam menghadapi sikap narsis suaminya ini. Bagaimana jika Zakky mendapat azab atas kesombongan yang dia lakukan? Devi benar-benar tidak bisa membayangkannya. Semoga Zakky cepat insaf sebelum hal buruk menimpa dirinya.

"Mas Zakky dan Mbak Devi mau bibi buatkan minuman apa?" tanya Bi Anni langsung menghampiri kedua majikannya setelah selesai menata barang-barang dapur.

Yap, semua karyawan Zakky di rumah yang berada di Bandung pun turut diboyong ke rumah baru ini. Mulai dari dua asisten rumah tangga, sopir, satpam, bahkan tukang kebun. Mereka semua memang orang yang terpercaya dalam mengurus dan menjaga rumah. Selama ini belum ada keluhan yang berarti atas kinerja mereka semua.

"Jus mangga," jawab Zakky dan Devi bersamaan.

Bi Anni langsung pergi ke dapur untuk melaksanakan tugasnya membuat minuman. Tak lama kemudian muncul Mbok Niar dari arah belakang rumah.

"Permisi Mas Zakky dan Mbak Devi."

"Ya, kenapa Mbok?" tanya Devi heran.

Mbok Niar langsung duduk di lantai dekat kedua majikannya. Zakky langsung melarangnya dan menyuruh duduk di sofa saja. Biarpun hanya seorang asisten rumah tangga, tapi Mbok Niar adalah manusia juga. Begitulah salah satu cara bagi Zakky dalam memanusiakan manusia.

"Jadi begini eumm ... aduh Mbok merasa tidak enak untuk mengatakannya."

"Tinggal bilang saja Mbok, apapun yang Mbok minta akan dibelikan oleh Mas Zakky yang KAYA ini," sindir Devi dengan lirikan mata yang tajam ke arah suaminya.

"Ya, apapun akan saya belikan. Itu hal yang sangat mudah bagi saya." Zakky malah mengusap-ngusap wajahnya dengan ekspresi percaya diri, bahkan sindiran Devi pun malah dia anggap sebagai pujian.

"Eumm, jadi ... Mbok mohon kepada Mas Zakky dan Mbak Devi untuk menambah asisten rumah tangga lagi. Sebab rumah ini terlalu besar, Mbok yang sudah tua ini tidak sanggup untuk membersihkan seisi rumah ini sendirian."

Dream Zone: Wake Up (2)Where stories live. Discover now