5 : balik

920 109 31
                                    

Day - 5

Hari ini, pasangan Hyunjeong tidak berkencan di luar setelah 4 hari tidak bertemu. Karena kesibukan masing-masing. Mereka berdua sepakat untuk cuddle seharian di rumah Jeongin.

Tentunya hal itu ditolak mentah-mentah oleh Chan. Dengan alasan, nanti akan menggangu ketenangan Chan saat membuat lagu.

Padahal sebenarnya, Chan berbicara seperti itu karena tidak mau menjadi nyamuk di rumah.

"Kalian berdua kencan diluar sana. Jangan di rumah, ntar gue nggak konsen buat bikin lagu," usir Chan.

"Males! Di luar panas kak. Lagian kemarin kita berdua seharian di luar cuma karna Kak Chan kedatangan tamu. Sekarang, kalau mau Kak Chan aja yang buat lagu di cafe," ujar Jeongin.

"Keluar sana lah, gua kasih uang deh."

"Nggak mau titik. Kak Chan aja yang keluar."

Jeongin berjalan ke kamarnya. Dia menghiraukan Chan yang masih mengomel tidak jelas karenanya.

Sementara Hyunjin, laki-laki itu hanya diam menatap perdebatan kakak-beradik di depannya.

"Alasan gue di sini... Apa cuma nontonin mereka bertengkar?" batin Hyunjin.

"Kak Jin! Ayo sini, kenapa masih di sana?"

Hyunjin menolehkan kepalanya ke atas. Jeongin, anak itu memanggilnya dari lantai dua tepat di depan pintu kamar.

"I-iyah.."

Hyunjin melangkahkan kakinya menaiki tangga. Tapi, di tengah perjalanan menuju ke atas. Chan mengancam dirinya.

"Kalau lo jalan selangkah lagi. Bakal gua patahin itu kaki."

Hyunjin menoleh ke bawah. Dia memandang Chan bingung. Lalu, tidak lama dia tersenyum seringai.

"Silahkan kalau itu mau anda. Tapi inget, kalau anda macam-macam dengan saya. Jeongin pasti akan marah besar dengan anda, Tuan Bang."

Chan terkejut melihat Hyunjin mengancam balik. Dia tidak membalas kalimat laki-laki berperawakan pangeran itu. Cukup mengumpat dalam hati dan berdoa semoga adiknya baik-baik saja.

"Semoga si memble itu nggak apa-apain Jeongin."

--

"Kak Jin hebat!" pekik Jeongin girang.

Hyunjin tersenyum malu mendengar pujian Jeongin. Tidak disangka-sangka, dia mampu mengancam balik kakak Jeongin. Yang bahkan, Jeongin sendiri tidak bisa menutup mulut kakaknya itu.

"Udah-udah, itu cuma sisi dominan gua aja kok."

"Tapi Kak Jin keren! Gue aja nggak bisa jadi dominan murni kayak Kak Jin."

Hyunjin tersenyum gemas. Dia mencubiti pipi Jeongin yang mengembung itu. Baginya, Jeongin sangat imut sekarang. Meskipun, badannya berbeda sekali dengan wajahnya.

"Aduh-aduh, sakit Kak," ringis Jeongin.

"Salah siapa ngembungin pipi. Kan jadi gemes guenya."

"Ah, terserah kakak deh. Oh iyah, gue ke dapur bentar yah. Mau ambil cemilan buat nobar," izin Jeongin.

"Iyah, gue tunggu di sini."

Jeongin tersenyum sekilas. Laki-laki itu langsung keluar dari kamarnya dan menuju dapur.

Sementara, Hyunjin memilih untuk mengelilingi kamar Jeongin. Kamar laki-laki itu begitu luas bagi Hyunjin. Meskipun kamar Hyunjin lebih luas sedikit dari kamar Jeongin.

Kamar Jeongin, bernuansa cerah. Dinding-dinding kamar itu dipenuhi dengan coretan yang indah. Berbeda telak dengan kamar miliknya yang bernuansa suram dan memiliki dinding hitam polos.

"Ah, sekian lama gue nggak ngerasain berada di tempat yang bernuansa cerah. Apa karena gua terlalu menutup diri ya?"

"Iyah, Kak Jin terlalu menutup diri. Kak Jin bahkan rela jadi posisi bawah karena satu wanita saja!"

Hyunjin menoleh ke arah pintu. Di sana, ada Jeongin dengan nampan yang berisi makanan ringan dan dua gelas teh dingin.

"Jeongin?"

Jeongin tersenyum kemudian mengangguk. Laki-laki manis itu menaruh nampannya di meja. Lalu beralih memeluk sang dominan.

"Kak Jin, Jeongin udah kalah. Jeongin luluh karna kakak. Jeongin berharap, Kak Jin nggak bakal ninggalin Jeongin kayak Kak Jen."

Tes

Hyunjin bisa merasakan bahunya basah. Dia tau, laki-laki yang memeluknya ini menangis. Karena, mengingat masa lalu. Hyunjin merasa bersalah. Dia membuat Jeongin menjadi ingat pada masa kelam.

"Hiks.. hiks.."

Hyunjin mengelus rambut Jeongin dengan pelan. Agar, laki-laki manis itu tenang. Dan, berhenti untuk menangis.

"Jeonginnie, jangan menangis lagi. Kakak akan nemenin kamu sampai kapanpun. Kakak janji, nggak akan ninggalin kamu."

Siang itu, menjadi hal yang paling indah bagi mereka berdua. Di mana, jati diri masing-masing telah kembali pada mereka. Tanpa menunggu waktu 30 hari berlalu.

Di waktu yang bersamaan...
Matahari tenggelam dalam awan hitam. Dia tidak sanggup untuk menahan awan hitam menangis. Sebab, takdir sudah mengatur hidup mereka.

Begitu pula dengan Hyunjin dan Jeongin. Sesusah apapun mereka mengubah posisi ataupun jati diri. Semuanya akan kembali pada masing-masing, ketika rasa mulai di dapat.

End

Hai!

Kaget yah udah end:")

Mon maap, karna emang tujuan cerita ini dibuat cuma sebentar. Nay bikin untuk selingan aja sih.

Ceritanya bisa dilanjut kok. Tapi, untuk sementara season pertama end sampai di sini yah!!

Karna, aku mau fokus ke SHOOT ME sama BLUEPRINT.

Setelahnya, ketika dua cerita itu end. Nay bakal vakum hehe. Vakum menulis maksudnya. Nay mau balik ke first akun hehe. Di sana masih ada urusan.

Terima kasih udah dukung cerita ini!

See you next time!

[✓] Change [hyunjeong]Onde histórias criam vida. Descubra agora