15 : menikah

906 78 4
                                    

Setelah kejadian beberapa hari lalu. Hyunjin dan Jeongin memutuskan untuk menikah untuk menghindari cibiran tetangga.

Ya meski tetangga Chan dan Jeongin suka julid. Sebenarnya mereka fine-fine aja. Takutnya aja, dipandang buruk sama orang-orang sekitar.

Mana udah kawin sebelum nikah. Ntar kalo ngisi dulu gimana? Bisa-bisa jadi buruk di mata masyarakat.

Dan ya, hari inilah waktu pernikahan mereka dilakukan. Di rumah Chan dengan altar indah yang menghiasi ruang tamunya.

Sebenarnya, Chan sedikit tidak rela adik angkatnya itu menikah dan mendahului nya. Tapi demi kebahagiaan Jeongin. Dia rela melepas laki-laki manis itu. Berharap, adiknya bisa selalu bahagia dengan Hyunjin.

"Hyunjin"

Yang dipanggil menoleh. "Iya, Kak Chan?"

"Gue titip Jeongin ya? Jangan sakitin dia. Jaga dia baik-baik. Cukup masa lalunya saja yang bikin dia kehilangan semuanya, jangan lagi. Lo satu-satunya orang yang udah bangkitin rasa cinta nya yang udah lama mati."

Hyunjin tertegun mendengar kalimat Chan. Ia tidak menyangka laki-laki berdarah Australia itu sangat menyayangi adik angkatnya.

Meski hanya adik angkat, laki-laki itu tidak pernah merasa bahwa hubungan mereka harus berjarak.

Malah sebaliknya, hubungan mereka sangat dekat hingga diselingi canda tawa setiap harinya.

Hyunjin jadi teringat saudara kembarnya, Yeji.

"Gue bakal jaga dia kak. Kalau gue ngelakuin kesalahan, lo bisa bawa adik lo pulang."

Chan tersenyum tipis. "Gue pegang ucapan lo, Hwang."

((()))

"Gini amat dah mau nikah. Ribet ahh," keluh Jeongin ketika pakaian yang dipakainya sedikit kaku dan tidak nyaman.

"Sini gue bantu." Yeji yang tadinya memperhatikan di ujung pintu pun akhirnya masuk dan menolong calon adik iparnya itu.

"Makasih kak Ji. Maaf udah bikin kak Jin ngelangkahin kakak, hehe."

Yeji menggeleng pelan sembari terkekeh. "Nggak papa kali Je. Daripada endingnya lu bunting duluan kan nggak lucu."

"Kak Ji bener. Btw ada Jisung nggak? Gue mau bicara sama dia."

"Ada, dia di luar lagi pacaran. Mau gue panggilin?"

Jeongin mengangguk pelan.

"Nah udah, gue panggil dulu dia. Lo pake itu dasi kupu-kupu nya."

Yeji keluar dari ruangan dan bergegas untuk memanggil Jisung agar masuk ke dalam.

"Ada apa Je?"

Usai memasang dasinya. Jeongin langsung memeluk laki-laki semirip tupai itu tanpa berkata apapun.

Jisung paham apa yang dirasakan oleh Jeongin. Meski dia hanya kenal sebentar, ia bisa merasakan Jeongin ini sebenarnya lemah.

Laki-laki manis itu dulu menjadi seme hanya untuk menutupi kekurangan dan masa lalu kelam miliknya.

"Nggak papa, Hyunjin baik kok." Jisung mengelus pelan punggung Jeongin yang terbalut jas putih itu. Berharap laki-laki yang memeluknya bisa tenang.

"Sayang—"

"Stt!"

Minho yang tadinya mau berbicara pun terdiam. Kalimatnya dipotong oleh Jisung.

"Itu, penghulunya udah dateng. Aku tunggu di luar ya sama Hyunjin. Kamu bawa Jeongin keluar."

Jisung mengangguk paham. Kemudian Minho pergi dari sana dan menyisakan kedua laki-laki tadi yang masih damai berpelukan.

"Ayo, dia sudah menunggu."

Jisung melepaskan pelukan Jeongin dan menghapus jejak air mata yang terpatri di pipi laki-laki manis itu.

"Jangan menangis, ini hari bahagia. Kamu harus nya senang."

Jeongin mengangguk pelan. Laki-laki itu menggandeng tangan Jisung dengan erat sampai membuat empunya terkekeh.

"Ayo, kuantar kamu menuju dunia yang baru."

End

Hawooo!!

Tidak terasa book ini sudah end༎ຶ‿༎ຶ

Maaf untuk kekurangan book ini ya. Dan juga terima kasih buat yang udah ngikutin dari awal sampai akhir. Meskipun ini book isinya gajelas banget.

Terimakasih juga buat kalian, siders maupun voters yang mampir kesini.

Jangan hapus dulu dari perpustakaan. Epilog + Extra chapternya masih ada lhoo^^

[✓] Change [hyunjeong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang