sebelas

71.8K 6.2K 51
                                    

Hari sudah beranjak malam Mentari masih berada di apartemen Benji, pria itu tidak memperbolehkanya pulang. Pintu di kunci olehnya sehingga Mentari tidak bisa keluar.

Dia di biar kan duduk sendirian di sofa, sementara Benji sibuk di ruang kerjanya sedari siang tadi.

Terus ngapain dia di sini, perutnya sudah sangat lapar dia hanya makan mie tadi siang. Dan belum makan lagi sampai sekarang.

Benji benar-benar ingin menyiksa Mentari sepertinya.

Ting... tong...

Suara bel membuyarkan pikiran Mentari. Dan tak lama Benji keluar dari ruang kerjanya.

"Mandi sana di kamar tamu, di sana juga ada baju ganti" suruh Benji dengan melewati Mentari.

"Nggak aku mau pulang." ucap Mentari dengan berdiri, ini kesempatanya untuk bisa keluar. Saat Benji membuka pintu dia akan langsung berlari keluar.

"Mandi gue bilang" Benji menaikan nada bicaranya dan menatap Mentari tajam.

Kenapa sangat susah untuk Mentari menuruti kata-kata nya.

"Gue patahin kaki lo kalau sampai berani keluar."ancamnya dengan berlalu untuk membuka kan pintu.

Mentari terdiam, dia takut saat Benji sudah mulai mengeluarkan aura gelapnya.

Mentari masih diam di tempatnya, dan tak lama Benji kembali dengan membawa sebuah undangan di tanganya.

"Ngapain masih di situ" sentak Benji saat melihat Mentari masih belum pergi juga.

"A.. aaa iya" ujar Mentari gugup, dia membalikan badanya dan bergegas pergi dari sana.

Mentari bernapas lega saat sudah masuk ke kamar tamu.

"Gimana caranya bisa keluar dari sini..." ucapnya prustasi, tidak mungkin dia disini terus.

Lagian kenapa juga Benji harus mengurung Mentari seperti ini.

Mentari menghembuskan napas lelah. Udah lah lebih baik dia mandi saja lebih dulu.

Dia melangkah ke lemari untuk mengambil baju ganti yang di bilang oleh Benji tadi.

Dia menyipit kan matanya curiga saat melihat banyak baju wanita di dalam lemari itu, apa Benji sering bawa perempuan ke sini. Makanya banyak baju perempuan.

"Tapi tunggu dulu.." ucapnya saat melihat di baju-baju itu masih ada bandrol harganya.

"Berarti belum pernah di pakek dong"
Gumanya.

Ah udah lah, Mentari tak mau ambil pusing, dia mengambil celana trening warna hitam sama kaos abu-abu lalu bergegas mandi.

Setelah beberapa menit dia pun keluar dari kamar mandi.

"Hmmm seger banget" ucapnya.

Cklek

Pintu kamar terbuka.
"Ayo makan" ajak Benji yang baru saja masuk, kemudian dia keluar lagi.

Mentari mengikuti Benji dari belakang, ini yang dia tunggu dari tadi makan.

Mentari sudah sangat lapar rasanya.

Matanya berbinar ketika melihat banyak makanan di meja makan.
Dia buru-buru duduk.

Mengambil piring dan segera mengisinya dengan nasi dan lauk-lauk yang ada di sana.

"Ck jangan kayak orang nggak makan seminggu.."sindir Benji saat melihat Mentari makan seperti orang kelaparan.

"Maaf, habisnya dari pagi aku cuma makan mie aja.." ucap Mentari tak enak, dia lupa kalau ini di rumah orang.

Benji jadi menyesali ucapanya
"Makan aja ini emang buat lo" ujarnya.

Mentari tersenyum senang
"Makasih" ucapnya.

"Jangan ucapin terimakasih, gue nggak suka" ujar Benji tegas.

Mentari mengerut kan keningnya bingung.
"Kenapa?"tanya nya.

"Kesanya lo anggap gue orang lain" ucap Benji tak suka.

"Huh?" Ujar Mentari masih bingung dengan ucapan Benji.

"Ck udah lah capek ngomong sama orang bolot kayak lo" ujar Benji kesal.

Mentari menggaruk kupingnya bingung, bukan dia yang bolot tapi Benji yang nggak jelas.

Mereka pun melanjut kan makanya dan tak ada yang bicara lagi setelah itu.

***
Setelah selesai makan tadi Benji mengajak mentari duduk di balkon apartemenya.

"Besok pagi baru gue antar lo pulang" ujar Benji memecah kehening.

"Nggak aku mau sekarang" tolak Mentari.

"Ck gue bilang besok ya besok, lagian besok lo kan juga nggak kuliah" ucap Benji tak terbantah kan.

Mentari tak habis pikir dengan pria yang ada di sebelahnya ini.
"Kakak nggak berhak ngatur-ngatur aku, karena kamu bukan siapa-siapa aku"ujar Mentari mulai kesal.

Benji tersenyum miring.
"Kata siapa, lo pacar gue jadi gue berhak ngatur lo" Benji menekan setiap ucapanya.

"Aku nggak pernah setuju soal itu, lagian aku juga nggak pernah jawab apa-apa" ucap Mentari mulai kesal.

"Gue nggak pernah nanya, jadi nggak ada yang perlu lo jawab. dan gue juga nggak minta persetujuan dari lo" ujar Benji dengan wajah datar.

Mentari berdiri dari duduknya
"Apa mau kamu sebenarnya?" Tanya Mentari dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Dia takut Benji pasti punya maksud jelek kepadanya.

"Gue cuma mau lo jadi pacar yang penurut itu aja" ujar Benji ikut berdiri. Mereka berhadap hadapan sekarang.

"Udah di bilang aku nggak mau jadi pacar kakak" teriak Mentari.

Rahang Benji mengeras dia menatap Mentari dengan tajam.

Benji meraih pipi mentari dia mencengkramnya dengan kuat.
"Jangan pernah ninggiin suara lo depan gue, dan gue bilang gue nggak butuh jawaban dari lo" bentaknya dengan mendesis kesal.

Air mata Mentari pun mulai jatuh pipinya terasa perih.

"Hapus air mata lo gue nggak suka lihatnya." Ujar Benji dengan menghempaskan wajah mentari kasar.

Mentari memegang pipinya yang terasa perih.
"Kenapa kakak giniin aku hiks..., emang salah aku apa hiks.." ujarnya dengan menangis.

Benji mengacak rambutnya prustasi, dia lepas kontrol yang akhirnya menyakiti Mentari.

SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUSWhere stories live. Discover now