sembilan belas

64.7K 5K 23
                                    

Mentari terbangun dari tidurnya dia menoleh kesampingnya Benji sudah tidak ada.

"Dasar jelangkung" guman Mentari.

Semalam dia tidak berhasil mengusir Benji. Terjebak dengan ucapannya sendiri waktu itu.

Ngomong-ngomong gimana ke adaan Romi. Dia masih kepikiran walaupun dia benci sama pria itu, tapi tetap saja dia masih punya hati. Apalagi semuanya terjadi juga gara-gara dia.

Ting...tong....ting....tong...

Seseorang menekan bel dengan tidak sabar.

"Astaga siapa lagi.." ujar Mentari lelah, perasaan hidupnya tidak pernah tenang lagi akhir-akhir ini.

Dia turun dari ranjangnya lalu masuk ke kamar mandi untuk gosok gigi dan cuci muka.

Ting....tong.....ting....tong..

Orang itu terus menekan bell semakin tidak sabar.

"Iya bentar.." teriak Mentari dengan berlari turun ke bawah.

"Ya ampun Tari, lo lama banget deh buka pintunya" sembur Mila saat Mentari baru membuka pintu.

"Oh iya lo nggak papa kan"ujar Mila khawatir dengan memutar tubuh Mentari untuk memastikan apakah sahabatnya itu baik-baik saja.

"Apa sih Mil, kamu pagi-pagi udah heboh aja.." kata Mentari dengan menjauh kan tangan Mila dari tubuh nya.

"Beneran lo nggak papa gue khawatir banget sama lo" ujar Mila heboh.

Mentari meninggal kan Mila dia berjalan menuju dapur untuk minum.

"Tar lo denger gue nggak sih" ucap Mila dengan mengikuti Mentari.

"Aku nggak papa baik-baik aja, kamu tu yang kenapa aneh banget" kata Mentari heran. Dia menuang kan minuman lalu duduk di meja makan.

Mila juga ikut duduk di sebelah Mentari.
"Lo tau nggak tadi pagi banget...si Romi ke rumah gue"

Ucapan Mila membuat mentari terdiam.

"Kaget dong gue, apalagi dia babak belur gitu mukanya belum lagi tanganya di gips kayak nya patah deh"cerita Mila.

Ucapan Mila membuat mentari semakin khawatir.

"Terus dia bilang kalau semalem dia datang kerumah lo, dan ngeliat lo sama cowok yang katanya pacar lo. Dan cowok ini yang gebukin dia sampai babak belur, makanya dia nyuruh gue ke sini buat ngecek lo dia takut lo kenapa-napa, karena menurut dia cowok yang sama lo itu nggak baik.
Dan gue yakin cowok yang dia maksud itu pasti si tampan yang gila itu kan" tebak Mila.

"Kak Benji nggak mungkin nyelakain aku" ucap Mentari, ya walaupun Benji sering marah padanya.

Mila memicing kan matanya curiga
"Jadi bener lo udah jadian sama tu cowok, nggak salah dong gue bilang ke Romi kalau tu cowok beneran pacar lo"

"A...apa?" Tanya Mentari kaget.

"Iya Romi nanya cowok itu beneran pacar lo atau bukan, gue bilang aja iya biar dia nggak gangguin lo lagi"

"Tapi aku nggak pacaran sama kak Benji" jelas Mentari.

"Bohong lo nggak percaya gue, terus kemarin kalian darimana?" Tanya Mila.

"Dari makan malam di rumah kak Benji."

"Nah kan sampai udah di ajak kerumah gitu, mana mungkin nggak pacaran" ujar Mila tambah tak percaya.

"Emang iya kita nggak pacaran" kekeh Mentari.

"Gini deh lo cerita ke gue sebenarnya gimana antara lo sama dia, perasaan lo deh gimana?" Tanya Mila serius.

"Aku juga bingung Mil.. dia selalu bilang kalau kita pacaran dan dia nggak butuh jawaban dari aku, terus dia juga udah ngungkapin perasaanya. Tapi jujur aku masih ragu karena nggak mungkin cowok kayak Benji bisa suka sama aku yang kayak gini"

"Sssssstttt, gue nggak mau dengar omongan lo yang itu" potong Mila dia nggak suka kalau Mentari mulai menjelekan dirinya sendiri.

"Gue tau lo masih trauma dengan hubungan lo yang dulu, dan membuat lo jadi takut untuk menjalani hubungan yang baru lagi. Tapi Tar, nggak semua cowok itu sama, siapa tau dia beneran serius sama lo. Sampai kapan lo mau kayak gini"ujar Mila.

Mentari mengangkat bahunya, jujur dia masih ragu sama semuanya.

Mila merangkul bahu Mentari.
"Stop berpikir buruk tentang diri lo sendiri, dan stop ngerasa kalau lo nggak pantes untuk siapa pun. Lo itu baik dan lo itu juga cantik dengan cara lo sendiri. Orang yang ngatain lo mereka nggak tau gimana lo sebenarnya, jadi jangan dengerin omongan orang. Jujur gue juga ikut sedih kalau liat lo kayak gini terus" ujar Mila hampir menangis.

"Makasih Mil karena kamu selalu baik sama aku" ucap Mentari terharu dengan ucapan Mila.

"Ya tentu gue kan sahabat lo" ucap Mila dengan tersenyum.

Mila menghapus air matanya yang hampir jatuh.
"Oke sekarang saran gue lo mendingan bilang ke ibu lo, karena orang tua itu pasti tau yang terbaik"

Mentari menggeleng cepat.
"Kan aku udah bilang aku nggak mau buat ibu aku khawatir, lagian aku juga bisa hadapin ini sendiri"

"Justru lo harus bilang biar ibu lo bisa ngasih saran, dia kan pasti lebih pengalaman dari kita. Kalau lo nggak mau gue yang bakal bilang" putus Mila.

"Tapi Mil.."

"Udah titik pokok nya gue yang ngomong"kekeh Mila.

Mentari hanya bisa pasrah kalau Mila sudah begini.

"Tapi Romi baik-baik aja kan, jujur aku masih khawatir sampai sekarang. Karena gimana pun itu juga gara-gara aku"

"Ck lo ngapain mikirin Romi sih, justru bagus anggep aja itu balasan buat dia dulu. Malah itu kurang menurut gue harusnya buat dia sampai nggak bisa berdiri" ujar Mila geram.

"Mila..." peringat Mentari.

"Gimana pun itu juga salah aku" ucap Mentari.

"Salah lo dari mana? , itu salah dia sendiri kegatelan sama pacar orang"

"Ah udah lah aku pusing, mending kita makan aja " ajak Mentari mulai capek mendengar ocehan Mila.

SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUSWhere stories live. Discover now