149. Benang Merah

2.7K 200 8
                                    

🎶Natta Reza - Kekasih Impian

Happy reading guyss😁

Agri pov

Semenjak Kia dan Fairuz bertemu, sepertinya kapten Sofian yang tak lain ayah dari Fairuz berniat menjodohkan Kia dan Fairuz bila mereka sudah dewasa nanti. Hancur, hancur mereka iku sek cilik kapten.

"Boleh ya komandan, saya sudah kepincut semenjak Kia sering main kerumah saya. Istri saya juga suka dengan Kia" tak henti-hentinya ia meminta persetujuanku agar benang merah ini terwujud.

"Nanti malam, datang kerumah kita bicarakan dengan istri saya juga" ucapku, bosan juga aku lama-lama diteror oleh kapten ini.

"Siap! Terima kasih banyak komandan" jawabnya sambil memberiku hormat sebelum ia keluar dari ruanganku.

Memang sih kalau dilihat-lihat Kia dan Fairuz itu cocok, dari pertama kenal saja seperti sudah berteman lama. Apalagi bundanya, sepertinya juga suka dengan Fairuz. Ah, calon prajurit itu berhasil membuat istriku tertarik akan pesonanya. Jangan mau kalah komandan!

"Lapor komandan! Ada kericuhan di aula persit" ucap salah satu anggotaku

"Kericuhan apa lagi?" Tanyaku sambil berjalan ke aula persit asrama ini, jangan bilang mereka para ibu persit meninggikan kedudukan pangkat suaminya dan berprilaku senioritas kepada persit pangkat lain.

"Seharusnya bu Agri jangan mau disuruh-suruh persit kalangan bintara bu, kan pangkat suami bu Agri lebih tinggi dari pada suami mereka" sudah kuduga sebelumnya, sebagian persit disini hanya mendewakan pangkat suaminya saja.

"Seberapa tinggi pangkat seseorang, tetap saja menghargai orang itu perlu. Tak penting ia muda atau tua" ucapku, membuat istri dari kapten Roki itu terdiam tak berkutik.

Raut wajah terintimidasi seakan tergambar jelas di wajah istriku, pasalnya ia tak pernah mengalami hal ini sebelumnya di asrama tempat tinggal kami dulu.

"Bun, udah selesaikan? Yuk pulang" tak tega aku melihatnya menunduk kebawah terus.

Selesai masalah itu aku langsung mengantarkannya pulang dan menenangkannya dengan caraku sendiri. Mungkin jiwanya sedang tersentil sedikit melihat perlakuan ibu-ibu persit disini.

"Bunda gapapa kan?" Tanyaku, soalnya sedari tadi ia hanya diam tak seperti biasanya.

"Mas.." rengeknya sambil menangis

"Niat adek itu cuma ngebantuin dek Amri karena kondisinya sedang mengandung 7 bulan, tapi bu Roki ngelarang adek buat ngebantuin jadi selisih pahamlah ibu persit yang lain sama bu Roki" curhatnya "Kenapa sih selalu mengedepankan pangkat suami ketimbang solidaritas? Pangkat juga gak dibawa mati, perkara gengsi. Makanlah itu gengsi" maklum ibu tiga anak ini lagi pms, wajar meledak meletup ditempat.

"Jadi kenapa adek diam aja dihakimi kaya tadi? Kenapa didepan mas numpahin unek-uneknya?" Tanyaku santai, namun ia melirikku sadis. Sepertinya aku salah bicara.

"Kenapa mas juga ikut nyalahin adek? Mas ngebela bu Roki? Nikah aja sana sama bu Roki" itu bibir ya kalau emosi suka nggak difilter. Nanti ketika ucapan jadi doa baru tahu.

"Tenang sayang. Mas bukan nyalahin kamu dan bukan ngebela bu Roki juga, emang kamu mau mas nikah sama bu Roki emm? Mas aja wegah" jawabku, barulah ia sedikit tenang, ahh untungnya Gio, Kia dan Ira sedang diajak anggotaku keliling kota. Kalau tidak bisa ambyar aku dibuat mereka ini.

Jodohku Abdi Negara (SELESAI - PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang