Sebelas (waktu yang berlalu)

12 0 0
                                    

Saatnya melangkah, entah melewati lembah atau lautan.
Siapa perduli, akan kulakukan semauku
Dan ku usahakan semampuku.

♡♡♡

Kata orang waktu tidak pernah mau menuruti kemauan. Karna kadang jika kita menginginkan waktu untuk lambat berjalan, maka ia akan terasa sangat cepat. Dan jika kita ingin waktu agar cepat berlalu maka dia akan terasa lambat.

Lea berada pada keadaan dimana dirinya ingin waktu agar lambat berjalan tapi malah terasa sangat cepat. Entah memang karna waktu yang tidak pernah menuruti keinginan atau Lea sendiri yang terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk berfikir sampai tidak menyadari beberapa hari sudah berlalu dan besok adalah hari pertamanya masuk kuliah, setelah melengkapi beberapa prosedur pendaftaran, tidak termasuk matrikulasi karna para pendaftar gelombang kedua mengikuti matrikulasi di tahun berikutnya bersama angkatan baru.

Sampai kini jawaban dari pertanyaan yang sedari kemarin di carinyapun tidak ada.

'Apa yang akan dilakukannya jika bertemu Agas besok?'

Ada lagi satu pertanyaan yang takut untuk ia fikirkan, karna pertanyaan yang satu ini mungkin saja tidak memiliki jawaban 'kenapa keadaannya jadi seperti ini'

Lea tidak ingin mencari tau, Tidak ingin terlibat lagi dalam drama yang mungkin akan sama. Dan tidak ingin terjebak lagi pada ketakutan yang mungkin akan datang lagi.

Minggu pagi ini, Lea habiskan dengan berbaring terlentang di atas kasur dengan mata yang tak lepas memandangi langit-langit kamar yang polos berwarna putih. Tidak ada yang menarik di atas sana, hanya palpon tua yang hampir rusak oleh air hujan yang sepertinya terlalu lama menggenang di atasnya.

"Lea!" Itu bunda, masuk ke kamar Lea dengan membawa kertas di tangan kanan.

Lea tidak menjawab beralih menjadi duduk dan memandang bundanya yang langsung duduk di tepi kasur.

"Nih, tolong beliin beberapa bahan di minimarket depan"

Lea fikir yang bunda bawa hanya kertas kosong, tapi ternyata kertas itu sudah di isi dengan beberapa daftar bahan-bahan makanan yang mesti Lea beli dan juga uang yang terlipat bersama kertasnya.

"Sekarang bunda?" Lea bertanya dengan memelas, dirinya masih ingin berbariang ria di kasur setelah kelelahan membereskan cucian yang banyaknya minta ampun setelah di tumpuk seminggu, Itupun masih harus membereskan sedikit rumah meski dibantu oleh bunda. Nasib anak perempuan satu-satunya ya begini, apa-apa dikerjakan sendiri.

"Iyalah sekarang, bunda mau coba bikin kue ikutin tutorial"

"Sebenarnya bunda mau suruh Agas aja datang kesini sekalian nitip beliin bahan-bahan itu, tapi akhir-akhir ini Agas susah di hubungi, kamu tau kenapa? Kamu ketemu Agas di kampuskan?"

Sekarang Lea bingung harus jawab apa, jika dirinya berbicara jujur, itu bukanlah hal yang bagus. Lea tidak ingin bunda kepikiran dengan masalahnya, biarkan Lea yang membereskan masalahnya tanpa melibatkan orang lain lagi.

"Lea juga ngak tau bunda, mungkin Agas sibuk sama kuliahnya"

Yahh, begini Lebih baik, meski Lea tidak tau apakah ini bisa dikategorikan berbohong atau tidak, tapi setidaknya Lea masih bisa menghindar sekarang.

Biarkan Agas sendiri yang akan mencari alasan jika anak itu sudah ingin menampakkan diri. Dan lagi-lagi Lea tidak yakin apakan Agas masih mau menampakka wajahnya di depan mereka atau tidak.

"Yaudah, Lea pergi sekarang" Lea akan rela mengorbankan waktu berbaringnya hanya untuk menghindari kemungkinan adanya pertanyaan yang tidak bisa terjawab.

I need youWhere stories live. Discover now