semuanya kacau.

519 110 16
                                    

"Ga gitu, Jeff. Gue tau niat lo baik. Tapi kemarin tuh, lo salah dalam bicara. Keluarga gue bukan keluarga yang nganggep pacaran itu biasa. Itu fatal, Jeff." Jiho meluapkan amarah yang sejak kemarin ditahannya.

Kini Jiho tengah berada di ruangan Jeff, entah bagaimana gadis itu masuk ke dalam ruangan Jeffandra, saat Jeff tengah melakukan meeting di luar kantor.

"Ji, dengerin gue dulu. Itu lo lagi kesudut kan? Makanya gue mau nolongin lo." Jeff berusaha memberikan pengertian kepada gadis di hadapannya ini.

"Beruntung lo kemarin di telepon Una langsung di suruh balik. Gue ga bisa bayangin gimana kalo misalkan kemarin lo ditanya-tanya sama Ayah dan Ibu, gue. Dan lebih beruntungnya lagi ga ada Bang Theo." Ucap Jiho memelas dan terhempas duduk di sofa yang ada di dalam ruangan Jeffandra.

Jiho tak bisa melampiaskan amarahnya kemarin, karena lelaki itu terlebih dahulu pulang karena telepon yang berdering dari sepupunya. Dan juga, sudah sedari tadi pagi Jiho mencari data tentang Jeff dan akhirnya menemukan letak kantor milik lelaki itu.

"Ya gapapa, Ji, kalo misalkan gue di tanya-tanya sama ortu lo."

Jiho melirik Jeff dengan pandangan tak habis pikir. "Kita beda, Jeff. Meskipun mungkin lo lolos dalam tes fisik dan materi. Tapi, lo ga bakal bisa lolos kalo udah tes tentang keagamaan dari ayah gue."

Jeff terdiam sejenak, membenarkan perkataan Jiho yang menyadarkan dirinya. "Santai aja, Ji. Lagian ga bakal kali ada tes begituan. Kan baru pacaran, belum ada lamaran."

"Keluarga gue ga ngebolehin pacaran, Jeff. Itu haram dalam hukum kami sebagai umat Islam. Tolong dong, ngertiin gue." Ucap Jiho lirih.

Jeff yang melihat hal itu sontak tidak tega. "Sorry, Ji. Gue gatau tentang larangan itu."

Jiho menghela napasnya menetralkan emosi yang sedari tadi meluap. "Bukan salah lo. Lagian, gue udah banyak ngelanggar tentang peraturan agama kok. Cuma ya selama ini ga ketauan kalo gue pacaran. Ortu gue taunya, gue yang ga pake kerudung dan bersentuhan sama mahram."

Jeff pun yang sedari tadi berdiri memutuskan untuk duduk di depan sofa yang berhadapan dengan Jiho. "Sebelum itu, berarti lo udah pernah pacaran?"

Jiho mengangguk sekilas. "Dan itu hal terbodoh yang pernah gue lakuin."

"Kenapa?"

"Kayak jadi bucin. Lo tau lah, kayak di drama-drama gitu. Nangis gegara doi."

"Loh? Orang sejudes lo, nangis gegara cowok?" Jujur saja, saat ini Jeff mengeluarkan refleknya.

Jiho melirik sinis ke lelaki di hadapannya ini. "Bacot."

"Gue nanya ya, anjir. Malah di judesin." Sahut Jeff, sembari membuka jasnya karena merasa gerah.

"Wets, ngapain lo buka-bukaan di hadapan gue?"

"Apa banget, Ji. Tibang jas doang, gue make kemeja kali di dalemnya. Noh lihat!"

Jeff menarik ke atas kemeja yang digunakannnya dan sedetik kemudian melempar jas yang di bukanya ke muka Jiho, karena gadis itu mengeluarkan ekspresi seakan jijik.

"Heh anjing! Ya allah. Baru ketemu tiga kali sama lo, tapi tingkah ngeselinnya udah langsung ketauan." Geram Jiho sambil menarik kasar jas Jeff yang menutupi wajahnya.

"Mulut, Ji. Mulut."

"Ngapa mulut gue? Mau nyium?"

"Boleh, kok."

BUGH

"Anjing, Jiho. Tas lo isinya apa, bangsat?!"

Jeff meringis, mengusap pelan kepalanya yang terkena lemparan tas Hermes milik gadis itu.

Jauh ; j.jk x j.ehWhere stories live. Discover now