menyerah dan izin

464 113 92
                                    

Una menuruni taksi yang di tumpanginya dan mengernyit saat melihat sebuah mobil menghalangi pintu gerbangnya. Siapa yang tengah malam seperti ini menghalangi gerbang rumahnya? Ia segera menghampiri mobil tersebut dan mengetuk kaca mobilnya. Tak ada jawaban. Ia melongok ke dalam mobil, melalui kacanya dan terkejut kala mendapati lelaki yang telah memporak-porandakan hatinya.

Jeka tertidur di dalam mobil, tampak terlihat lelah dengan luka lebam yang membalur di sekitar wajahnya. Una mengetuk kaca mobil kembali.

"Jeka! Jek!" Teriak Una.

Jeka yang berada di dalam mobil mengerjap. Dirinya melihat Una yang tengah memukul-mukul kaca mobilnya. Dengan sigap, Jeka membuka kunci pintu mobil miliknya. Tak lupa, ia pun membukakan pintu yang berada di depan Una. Sedetik kemudian, Una langsung masuk ke dalam mobil.

"Kamu ngapain, Jeka?" Tanya Una.

"Saya mau bicara sama kamu, Una."

Kini posisi keduanya tengah berhadapan di ruang tamu milik Una. Jeka akhirnya memutuskan masuk setelah ternyata di rumah itu ada Bi Euis yang baru datang saat Una memanggilnya.

"Harus banget kamu ke rumah aku selarut ini?" Una memulai topik pembicaraan.

Jeka dapat mendengar suara gadis itu yang mengalun dengan lembut, memang sedikit lirih serta serak. Ingin rasanya Jeka melihat ke arah gadis itu. Ingin memastikan penampilan gadis itu secara langsung. Apakah gadis itu tetap cantik? Atau mata indahnya membengkak karena menangis? Jujur saja, perkataan dari Mingyu tak bisa membuat Jeka melupakannya begitu saja. Ucapan Mingyu menyadarkannya, dirinya memang terlalu lemah sebagai lelaki.

"Saya sudah sedari tadi ada di sini. Bahkan ketika matahari masih menampakkan wujudnya, saya sudah berada di depan gerbang rumahmu."

"Maaf, aku tadi lebih memilih Bersama Kak Sha, daripada harus pulang ke rumah yang sepi ini."

Jeka hanya terdiam, tak membalas ucapan dari Una.

"Ekhm. Sebaiknya kamu minum teh hangatnya dulu."

Jeka hanya menurut dan mulai meminum teh hangat yang telah disediakan oleh Bi Euis.

"Langsung to the point aja, Jeka. Kamu ke sini untuk apa?"

Jeka menghela napasnya, bersiap untuk mengambil suara.

"Saya mendengar dari Mingyu, bahwa kamu dan Jaehyun sepertinya memutuskan untuk berpindah agama. Apakah-"

"Jangan terlalu percaya diri. Aku pindah agama, bukan karena kamu. Jaehyun juga bukan karena Jiho. Semuanya murni dari hati. Aku emang cinta kamu, tapi aku tahu bahwa agama bukanlah suatu hal yang dapat dimainkan."

Jeka terdiam sendu. "Kamu menyerah untuk mendapatkan saya?"

"Dari awal juga, cuma aku yang berjuang. Kamu hanya diam di tempat. Perjuanganku sudah jauh, Jek. Apakah sekarang waktunya aku menyerah?"

"Menyerahlah."

"Maaf?"

"Jika kamu memang ingin berpindah agama menjadi seorang muslim. Maka, kamu harus menyerah mencintai saya. Kamu harus lebih mencintai Tuhanmu nanti, Allah. Karena bagaimanapun Dia berbeda dengan saya."

"Ya, Dia berbeda. Karena, Yang Maha Esa tak akan membiarkan hambanya mengalami sakit sendirian. Allah akan terus ada bersamaku nanti. Tidak seperti dirimu yang membuat aku sakit kayak gini."

Jeka menganggukkan kepalanya pasrah. "Kamu benar. Maka dari itu, menyerahlah."

Una mengeluarkan tawanya, lebih tepatnya tawa terpaksa miliknya. "Aku kira kamu ke sini, rela-rela nungguin aku sampe malem, mau minta maaf dan berjuang bersama. Ternyata, kamu minta aku buat nyerah."

Jauh ; j.jk x j.ehNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ