19• Suci

1.2K 135 24
                                    



Pria itu melamun di kelasnya pada jam istirahat, dirinya menolak ajakan temannya untuk pergi ke kantin bersama. Sejak tadi pagi, mood Jeongin layak kapal yang berada di tengah ombak.

Ia hanya bisa mengingat perkataan Hyunjin tempo hari, saat itu Hyunjin sedang mengantarnya pulang setelah menginap di rumah milik pria yang tinggal sendiri itu.

-

Suasana di mobil itu penuh dengan rasa canggung, Jeongin bisa lihat raut wajah Hyunjin saat itu yang penuh amarah, mobil yang ditumpanginya pun terasa lebih cepat dari biasanya.

"K-kak Hyunjin, p-pelan pelan kak, nanti bisa nabrak."

Hyunjin tampak tidak menghiraukan perkataan Jeongin, iya terus mengebut sementara Jeongin kali ini menggenggam handle di langit-langit mobil untuk menyeimbangkan dirinya.

Hingga seekor kucing yang tiba-tiba menyebrang ke tengah jalan menginterupsi aksi Hyunjin, ia menghentikan mobilnya secara mendadak, membuat mereka berdua tersontak.

Tentunya makhluk berkaki empat itu baik-baik saja, beda dengan Hyunjin yang terluka di dahinya karena dengan keras menghantam setir mobilnya. Beruntung dengan Jeongin yang menggunakan sabuk pengaman dan menahan dirinya dengan menggenggam handle.

"KAKK HYUNJIN, kakak berdarahh.."

"M-maaf je."

"Udah gapapa kak, ayo cepet ke rumah jeje nanti jeje obatin."

Akhirnya Hyunjin menuruti perkataannya, ia meneruskan perjalanannya ke kediaman Jeongin. Jeongin turun dari mobil dan menunggu Hyunjin untuk keluar untuk pergi ke dalam rumahnya bersama.

"Ayo kak, masuk ke dalam, jeje cari kotak p3knya dulu ya."

"N-ngga papa je, kakak langsung pulang aja, kaka bisa ngobatin sendiri." Ucap Hyunjin dengan senyum terpaksanya.

Jeongin menatap Hyunjin dan merasakan ada sesuatu yang beda dari ekspresinya. Mata Hyunjin terlihat seperti berduka, dipenuhi rasa bersalah, akan tetapi Jeongin tidak tahu apa penyebabnya.

Kini mereka berdua sedang berdiri di depan mobil yang terparkir di depan rumah Jeongin.

"A-ada apa kak? J-jeje lihat, kakak gak kelihatan baik-baik aja. A-apa karena cerita jeje tadi? Bila kakak gak nyaman kakak bisa bilang.. jeje minta maaf udah lancang cerita seperti itu." Ucap Jeongin, menunduk.

Jeongin merasa ada yang beda dari Hyunjin semenjak ia bercerita tentang masa lalunya.

"K-kalau kakak jijik sama jeje karena jeje pernah diperkosa, jeje maklum kok kak, jeje juga jijik sama diri sendiri." Lanjut Jeongin, kini dengan air mata yang keluar dari kelopak matanya.

Hyunjin menarik pria yang ada di depannya itu, ia dibawa ke pelukannya. Menyenderkan tubuh mungil itu ke tubuhnya, membiarkan air mata pria itu membasahi pakaiannya.

"Ternyata itu ya kekurangan kamu je, kamu orangnya sok tau."  Ucap Hyunjin sembari mengusap punggung Jeongin.

"Maafin kakak je, kakak gabisa nutupin emosi kakak semenjak kamu cerita, jika bisa kakak bakal ngelakuin apa aja untuk bisa bunuh ayah angkat kamu." Lanjut Hyunjin, masih memeluk pria di depannya.

"K-kakak juga minta maaf kalau selama ini perlakuan kakak terlalu semena-mena ke kamu. Kakak gatau apa aja yang sudah kamu alami selama ini, kakak merasa bersalah je, kakak emang bangsat." Kini satu tetes air mata berhasil keluar dari mata kanan Hyunjin, namun dirinya terlalh cepat untuk menghapusnya.

R.E.M ; HyunJeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang