Ch. 2

794 97 5
                                    

Suara debuman pintu terdengar begitu keras, yang disusul merosotnya tubuh seseorang dibelakang pintu. Yoona yang mendengar anak semata wayangnya itu membanting pintu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Mungkin ia harus mencoret nama jeongin dari kartu keluarga habis ini.

"H-haah, malu bangett," Lirih jeongin sambil memukul-mukul kepalanya pelan. Paru-parunya berlomba mengais oksigen karena lelah sehabis berlari tanpa henti.

"Bisa-bisanya kamu bengong didepan kak sekala, harga diri kamu mana senja!" Sesalnya lagi.

"Duh, kak sekala inget senja ga ya? Semoga sih engga, kan senja cuma pernah ketemu sekali sama dia," cicitnya pelan. Geligi kecilnya bergerak menghancurkan kuku ibu jarinya, menandakan jeongin tengah gelisah saat ini.

"Ah gatau deh, pusing!" Ujar senja lemas, kemudian menjatuhkan tubuhnya ke ranjang empuk miliknya. Bed cover yang lembut, ditambah kondisi ruangan yang dingin membuat jeongin segera diserang kantuk hebat.

Baru saja bocah rubah itu memejamkan mata, sebuah teriakan memecah kantuknya.

"SENJA! NASINYA MANA?" Teriak bundanya dari lantai bawah.

Jeongin menggeram kecil. Bundanya ini suka sekali berteriak. Tak bisakah biarkan ia tenang barang sebentar saja. Dengan segera jeongin keluar dari kamar, dan berjalan menghampiri yoona, bunda tercantik yang melahirkan jeongin ke dunia.

"Bunaa, adek mau tidur, buna kenapa ga cari sendiri sih? Ada di meja tuh," ucap jeongin sembari menunjuk meja. Kedua kelopak matanya yang masih sayu tertutup. Kantuknya masih tersisa meski tak sepenuhnya ada.

"Adek nunjuk apa sih? Di meja ga ada apa-apa lho," tanya yoona sebal. Anaknya ini ngelantur atau apa sih? Jelas-jelas tadi yoona lihat, waktu jeongin berlari melintasi ruang tengah, bocah gembil itu tak membawa apa-apa ditangannya.

Mata jeongin langsung terbuka lebar, "ah bunda jangan bercanda, tadi adek taro di meja kok," ujar jeongin mulai panik.

"Adek, tadi adek tuh-" ucapan yoona terpotong oleh bunyi bel rumah.

Yoona menghela napas, "Coba adek lihat siapa yang datang. Bunda mau kekamar dulu sebentar ya," ujar yoona seraya berlalu ke kamar.

Jeongin berjalan lesu ke pintu depan, ingin membukakan pintu bagi siapapun yang datang.

Tangan mungilnya meraih gagang pintu, kemudian membukanya, " sia- LOH? KAK SEKALA?!" Jerit jeongin kencang, yang kemudian dihadiahi sebuah bekapan di mulut.

"Shh! Jangan teriak, ntar saya disangka apa-apain kamu," ujar hyunjin sembari melepaskan tangannya dari mulut jeongin.

"A-ah, oke, maaf. Kak sekala ngapain kesini? Tau dari mana rumahku disini? Kakak engga ngikutin aku, kan?" Jeongin cerca hyunjin dengan banyak pertanyaan.

"Saya tamu loh, engga dikasih masuk dulu nih?" Tanya hyunjin lembut.

"Ah, iya. Maaf kak, silahkan masuk. Sorry banget kalau rumahnya berantakan," ujar jeongin sembari menyingkir dari pintu, membiarkan hyunjin masuk.

"Ck, senja, kenapa ngomong gitu ke kak sekala sih," gerutunya pada diri sendiri. "Kan malu jadinya," lanjutnya lagi, kemudian menyusul hyunjin menuju sofa diruang tengah.

"Kak sekala ada apa kesini?" Tanya jeongin penasaran. Tak perlu suasana canggung atau apalah itu, jeongin terlampau penasaran hingga ingin langsung menemukan jawaban atas kedatangan hyunjin ke rumahnya.

"Ah iya, saya mau anterin ini," ujar hyunjin sembari menaruh sebuah bungkusan hitam diatas meja. "Punya kamu, kan?" Tanya hyunjin memastikan.

"Nasi bungkus aku!" Ujar jeongin senang. Lega sekali hatinya mengetahui bahwa nanti yoona tak punya alasan untuk memarahinya atas kecerobohannya.

Jeongin asik dengan euforianya sendiri. Hyunjin yang merasa canggung kemudian berdeham pelan.

"Ekhem,"

"Eh? Aduh kak sekala, makasih, ya! Adek jadi engga dimarahin bunda nanti!" Seutas kalimat bernada gembira meluncur bebas dari mulut jeongin tanpa hambatan.

"Adek?" Ulang hyunjin, tak ingin salah dengar.

"Adek? Siapa adek?" jeongin diam sebentar mencerna apa maksud hyunjin. Tak lama berselang, ia segera menyadari maksud hyunjin.

"M-maksud aku itu tadi, uh, adek itu aku kak. Maaf bikin kakak bingung hehe," cicit jeongin garing.

"Duh, mulut, kenapa kamu keceplosan sih?" Batinnya pelan.

"Oh, oke. Berarti urusan saya selesai ya, senja" tukas hyunjin sambil beranjak dari sofa ruang tengah.

"Kak sekala, Tunggu! Senja masih mau nanya ini!" Kalimat jeongin mencegah hyunjin bangkit dari sofa ruang tengah. Meski sempat mengangkat alisnya sebelah, hyunjin tetap menuruti kemauan senja.

"Kamu mau tanya apa sama saya, senja?" Ujar hyunjin.

"Kak sekala bukan penguntit kan? Kok bisa tau rumah senja disini?" Tanya jeongin polos. Kedua matanya memancarkan binar penuh tanya, sedang kepalanya miring tanpa sadar.

Hyunjin yang melihat jeongin bertanya hanya bisa tersenyum tertahan. "Gemas sekali," batinnya memuji sosok didepannya.

Hyunjin menghela napas pelan. Kemudian mengeluarkan jawaban untuk pertanyaan jeongin.
"Senja, saya bukan penguntit. Saya terlalu sibuk buat jadi penguntit, apalagi jadi penguntit orang yang saya ga tahu sebelumnya."

Aw, hati jeongin serasa dicubit. Hyunjin bahkan tak pernah tahu ia ada.

"Kedua, saya tahu rumah kamu dari mang jajang. Beliau yang beri alamat rumah kamu ke saya sewaktu saya sadar kalau kamu engga bawa bungkusan milikmu. Sebenarnya saya udah coba teriak nama kamu, tapi kamu ga dengar," kalimat panjang itu hyunjin selesaikan hanya dalam satu tarikan napas. Hyunjin yakin, ini adalah kalimat terpanjang yang ia keluarkan kepada orang lain dalam enam bulan terakhir.

Kalimat yang hyunjin keluarkan hanya dijawab anggukan lucu oleh yang bertanya. Surainya terlihat begitu lembut hingga bergoyang sewaktu jeongin mengganggukan kepalanya.

"Oh, begitu. Kalau gitu, kak sekala tau nama senja dari mana?" Tanya jeongin lagi.

"Mang jajang," jawab hyunjin singkat.

"Oke oke. Kak sekala boleh pulang sekarang. Ade- eh, senja udah selesai kok nanyanya hehe," tukas jeongin sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Kamu pikir saya antar bungkusan ini ke kamu gratis, ya?" Hyunjin melipat kedua tangan di dada.

"Eh?"

872 kata buat part ini! Hope y'all like it!

Jangan lupa press bintang, ya!

𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢 ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora