CHAPTER 4: Not A Punnishment

4.7K 558 50
                                    

Setelah menikah, Mingyu dan Wonwoo memutuskan membeli sebuah apartemen mewah namun tak begitu luas untuk mereka tinggali berdua. Lokasinya yang strategis memudahkan keduanya pergi kemana pun termasuk ke kafe Mingyu yang tidak terlalu jauh dari komplek apartemen mereka. Hanya saja, tempat tinggal mereka begitu jauh dari tempat kerja Wonwoo. Butuh waktu 2 jam di perjalanan untuk sampai kesana.

Awalnya Mingyu meminta Wonwoo berhenti bekerja atau minta dipindahkan agar lebih dekat dari rumah. Namun rasanya itu sangat mustahil mengingat pekerjaan Wonwoo yang tidak bisa sembarangan pindah markas.

Dengan banyak alibi yang diciptakan, pada akhirnya Mingyu tak bisa melarang suaminya itu untuk bekerja. Mingyu juga tidak ingin mengekang Wonwoo.

Jarak markas Wonwoo dari rumah yang begitu jauh terkadang membuatnya hampir tidak pulang selama dua hari-dan paling lama empat hari-kalau saja Mingyu tidak menerornya untuk segera pulang.

Belum lagi pekerjaannya yang melibatkan otot dan tenaga, tak jarang juga Wonwoo sering terluka akibat berkelahi disana-sini. Ia akan menginap di markasnya selama beberapa hari sampai lukanya sedikit sembuh baru kemudian pulang ke rumahnya bersama Mingyu.

Walau Mingyu tak tahu sama sekali apa yang sebenarnya ia kerjakan, suaminya itu masih dapat memaklumi jadwal kepulangan Wonwoo yang tidak menentu.

Tentu saja dengan menggunakan alasan bahwa pasien pada malam hari sangat banyak, Mingyu pastinya akan mempercayai itu karena ia juga pernah mengalaminya saat menjadi mata-mata dulu. Menjadi seorang perawat itu tidaklah mudah.

Aku akan mengingatkanmu bahwa Mingyu masih menganggap Wonwoo adalah seorang perawat rumah sakit.

Wonwoo adalah pribadi yang keras dan mampu membunuh siapapun hanya dengan sekali cekikan di leher. Bahkan saat Wonwoo marah, satu tamparan darinya membuahkan hasil pipi yang membiru dengan bekasnya yang tidak akan hilang sebelum dua minggu.

Itulah kenapa anak buah Wonwoo sangat menakuti kepribadiannya. Tenang dan pendiam tapi sangat mengancam nyawa.

Namun kepribadian Wonwoo akan berubah seratus delapan puluh derajat jika sudah bersama Mingyu. Ia akan sangat manja dan penuh pengertian, tak jarang Wonwoo juga akan menangis seperti bayi jika Mingyu memarahinya.

Tidak, Wonwoo bersikap manja tidak dibuat-buat tapi memang begitulah dirinya jika sudah bersama Mingyu. Saat berada bersama Mingyu ia bertingkah layaknya seekor kucing yang minta dielus dan kalau sudah di luar, ia akan berubah menjadi raja rimba yang disegani dan ditakuti.

Setelah Wonwoo memarkirkan mobilnya di basement, ia langsung keluar dari mobil dan berlari masuk menuju lantai apartemennya.

Wonwoo sekiranya dapat bernafas lega setelah melirik jam tangannya yang kini menunjukan pukul 12 dini hari dan ia sudah tiba di rumah sesuai janjinya.

Dengan nafas yang sedikit tersenggal-senggal, Wonwoo mendorong pintu rumahnya dan langsung disambut oleh suasana gelap.

Wonwoo mengernyit. Ia menoleh ke arah rak sepatu dan menemukan sepatu Mingyu yang tergeletak disana. Wonwoo yakin Mingyu sudah pulang. Namun kenapa keadaan terasa sepi?

"Mingyu?" Panggilnya barangkali ada sahutan.

Wonwoo memasuki rumahnya lebih dalam sambil tangannya meraba-raba ke dinding-mencari saklar lampu. Ia menekan salah satu saklar lampu dan suasana terang langsung menyambutnya tapi lagi-lagi Wonwoo tidak menemukan Mingyu di mana pun.

Ruang TV kosong, ruang baca kosong, dapur juga kosong.

"Gyuie? Kamu dimana?" Panggilnya lagi.

Langkah Wonwoo berjalan menghampiri pintu kamarnya lalu menarik gagang pintu itu perlahan. Ia memasuki ruang tidurnya dan lagi-lagi disambut oleh suasana gelap gulita.

(✔) The Greatest Showman × MEANIEМесто, где живут истории. Откройте их для себя