8' Ikhlaskan

298 72 47
                                    

"Eh bisu"

Aku hafal sekali suara ini. Suara tetangga lelaki depan rumahku. Selalu kucoba acuhkan tapi memang dia sangat hobi menggunjing ku.

Lelaki itu tampan sayang mulutnya tak lebih baik dari cabai busuk.

Terdengar suara tawa memuakkannya, "hahaha kau punya teman?"

Ia masih memegangi perutnya, entah menertawakan apa.

"Apa dia bisu seperti mu? Kalo iya sih sayang mukanya cakep tapi ternyata gak normal."

Sebelum olokannya menjadi 'menyakitkan untuk didengar' aku menyeret tangan Julian untuk pergi.

Dia berteriak, "udah bisu aja masih sombong. Untung dulu lo sempet menangin lomba nyanyi hahaha."

Aku masih mendengarnya walau hanya tersedengar sayup-sayup.

Julian berhenti didepan vending machine lalu mengambil air mineral diberikan kepadaku.

Selagi aku minum ia mulai membuka suara, "kenapa malah berlari? Aku bisa membalasnya."

Aku tersenyum tipis ke arah Julian dan mengetik sesuatu pada note ponsel.

'apa dengan aku membalas semuanya akan membaik? Memangnya aku berhak marah?'

Julian mendengus kasar mengacak rambutnya, seperti sedang frustasi?

Ku tepuk pelan bahunya, 'aku tidak apa-apa. Semuanya sudah biasa untukku. Jangan menaruh benci pada sesuatu yang tidak berkaitan denganmu nanti jatuhnya ikut campur.' sembari memperlihatkan ponsel kepadanya.

Kutarik bibirku melengkung keatas, 'Toko senarnya dimana?' isyaratku dengan menunjuk tas gitar dibahunya.

Julian tersenyum. Tertawa. Wajah kesalnya sudah hilang. Belum sepenuhnya mungkin, tapi aku tak peduli yang terpenting ia jangan sampai ikut membenci tetangga bermulut cabai depan rumahku.

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Sekitar 15 menit kami berjalan di keramaian weekend

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Sekitar 15 menit kami berjalan di keramaian weekend.

Setelah menemukan toko tersebut kami tak membuang waktu lebih lama lagi dan langsung masuk.

Julian terfokus melihat-lihat isi toko tersebut. Kerutan di dahinya membuat raut wajahnya jadi lucu.

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


"Aku setampan itu ya? Melihatnya sampai tidak berkedip haha." Ujarnya dengan merusak poni pendekku.

Aku mencebik kesal. Jeno datang lagi kemudian merangkulku dan memberitahu beberapa macam gitar beserta fungsinya.

Namun kalian tahu,

Dari sepanjang penjelasan yang keluar dari mulutnya tak ada yang masuk kedalam otakku,





Aku terlalu sibuk mencerna kenapa degup jantungku tidak seperti biasanya.

- Cara terbaik untuk tenang setelah disakiti adalah ikhlas menerima takdir

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


- Cara terbaik untuk tenang setelah disakiti adalah ikhlas menerima takdir.

SILENT |• Lee Jeno (Lengkap)Onde histórias criam vida. Descubra agora