Enigma 8

44 11 0
                                    

Hari ini aku berencana membeli beberapa perlengkapan untuk kegiatan Mapala karena acara bakal diadain 3 hari lagi. Aku minta tolong Nasya buat nemenin, terus dia mau. Jadi, sebelum ke tempat tujuan aku jemput Nasya dulu. 

"Aira" suara Nasya yang terdengar jelas dari kuping kiriku saat aku mengendarai motor

"Hmm" responku sambil melirik ke arah spion motor

"Cuma beli perlengkapan atau nanti mampir kemana lagi?" tanyanya

"Belom tahu, tergantung nanti"

Setelah itu aku kembali fokus mengendarai motorku. Kurang lebih 15 menit kami sampai di salah satu toko perlengkapan mendaki yang ada di pinggir jalan bukan di mall.

"Selamat siang, Kak. Ada yang bisa saya bantu?" sapaan sopan dari karyawan perempuan

"Siang, saya lagi nyari tracking pole. Ada kak?" tanyaku

"Ada kak, sebelah sini." tangan kanannya menunjuk ke sebuah sudut yang aku sempat lihat ada beberapa tracking pole tersusun rapi

"Saya beli satu yang ini, Kak." kataku sambil menunjukkan tracking pole pilihanku

Setelah membeli semua peralatan yang aku butuhkan, aku dan Nasya berjalan menuju parkiran sambil mempertimbangkan mau kemana lagi. 

"Beli eskrim aja yuk, Sya?" ajakku

"Ditempat biasa?"

"Iyaps. Mau kan?"

"Mauu dongg, cusss!!" jawaban Nasya bersemangat.

. . . .

Ini semesta lagi ada masalah apa si sama akuu!!Harus banget ketemu manusia ini disini?

"Mas sendirian aja?" pertanyaan Nasya ke Mas Langit yang sedang duduk disalah satu kursi yang ada dikedai eskrim. Kayaknya Mas Langit juga baru sampai soalnya aku lihat meja didepannya masih kosong.

"Hmm" responnya yang sempat melihat ke arahku sebelum akhirnya fokus ke ponsel yang ada ditangannya.

"Apa kita boleh duduk disini?" tanya Nasya, karena kebetulan tempat duduk yang tersisa cuma 2 yaitu di depan dan di sampingnya Mas Langit.

"Silakan" responnya 

Setelah mendapatkan izin Nasya langsung menduduki kursi yang ada di depan Mas Langit, sedangkan aku pergi sebentar untuk memesan eskrim dan beberapa camilan sebelum akhirnya kembali dan duduk di sampingannya Mas Langit. 

"Mas, saya boleh tanya?" setelah cukup lama diam akhirnya aku mencoba membuka obrolan.

"Tanya apa?" nadanya tenang dan sorot matanya melihat ke arahku

"Hmm soal mas nganterin saya pulang" pertanyaan yang seketika membuat mata Nasya sempat melebar, sedangkan Mas Langit terlihat tenang

"Permisi, ini pesanannya kak. Selamat menikmati"  kata pelayan yang menginterupsi saat mengantar makanan ke meja kami. 

"Mas kenapa tiba-tiba muncul dan nganterin saya pulang malam itu?" lanjutku sambil sedikit menghadapkan badanku ke Mas Langit

"Engga sengaja lihat kamu dan itu sudah malam. Karena aku punya hati nurani jadi aku kasihan." jawabnya tanpa melihat ke arahku

"Cuma itu?"

"Hmm"

"Tapi kenapa Mas panggil saya dengan sebutan Ai bukan Ra atau Senja? Padahal pas di ruang sekretariat, mas manggil saya Senja." ini juga salah satu hal yang pengen aku tanyain ke dia. Bukan aku ambil ribet masalah dia mau panggil aku apa, tapi aneh aja kalo orang yang belum deket banget sama aku manggil Aira. Ditambah lagi saat itu ada Aidan, bisa saja kan panggilan Ai itu bukan untukku?

Enigma | Manusia Seribu Rahasia. [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang