Tujuh

748 131 59
                                    

"Nah ini mereka teman-temannya kakak."

Semenjak Rehan berbicara seperti itu pada Nusa dengan menunjuk dua orang yang sudah sangat ia kenali, disinilah ia sekarang. Berada di antara perang mulut yang dilakukan Mario dengan Reza.

"Kan tadi gue udah bilang kalau gue tuh mainin ludo yang warna merah. Lo yang warna biru." Ucap Mario sambil menatap sebal ke arah Reza. Ia menatap layar ponselnya dengan tidak bersemangat. Bayangkan saja, giliran dirinya bermain di ambil alih oleh Reza tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Reza menatap Mario dengan cengiran khas miliknya. "Gue gak suka warna biru. Warnanya lembut banget, jadi gue jalanin juga lah yang warna merah karna warna merah itu berani." Jelasnya dengan alis yang naik turun. Ia merasa sangat bangga dengan dirinya. Toh siapa juga yang ingin menyukai warna biru yang terkesan lembut seperti itu? Lebih pantas jika cewek yang menyukai warna tersebut.

Nusa terkekeh kecil melihat perdebatan tidak berbobot itu. Ia mengambil segelas minuman matcha yang selalu di pesankan Rehan untuk dirinya jika berkunjung kesini. Ia pecinta kopi, tapi entah kenapa hari ini ia hanya ingin menikmati matcha dengan campuran fresh milk di dalamnya.

"Kalian kayak anak kecil."

Mario dan Reza sontak langsung menoleh ke arah Nusa, mereka menunjuk dirinya masing-masing. "Kita?" Ucap mereka dengan kompak.

"Maaf ya Nusa, gue sama Reza tuh beda. Bagaikan kupu-kupu dengan ulat. Yang jelas gue adalah kupu-kupunya." Ucap Mario dengan senyum kebanggaan sambil menepuk dada bidangnya dengan perlahan.

Astaga kenapa hanya El yang memiliki selera humor berbeda di antara sahabatnya?

Reza menjitak kepala Mario dengan lumayan keras. "Gue selalu aja dapet bagian gak enak. Besok lo mulai drama teater di kelas sendiri aja deh. Gue pensiun jadi sutradara lo."

"Baper di gedein, kalo bermanfaat kayak rumah El yang segede istana presiden mah gak apa-apa. Lah ini, boro-boro bermanfaat."

"Astaga Mario, malu ada Nusa disini."

Nusa lagi-lagi terkekeh melihat interaksi mereka berdua. Bahkan saat ini ia jadi berpikir, apakah Mario dan Reza pernah bertengkar hebat?

"Kalian berdua humoris banget." Ucap Nusa sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.

"Kita mah emang humoris dari lahir, kalau El mah gak tau tuh anak kapan bisa senyumnya. Beda banget sama Alvira yang manisnya kelewatan." Ucap Reza sambil menumpu wajahnya dengan tangan kanan. Ia mulai membayangkan jika dirinya mendapat restu dengan sangat mudah dari El untuk mendapatkan hati Alvira. Ah sayangnya itu hanya bisa menjadi bayangan untuk selama-lamanya.

Nusa menaikkan satu alisnya. Lalu dengan cepat meraih ponsel miliknya dan langsung membuka aplikasi sosial media yang sangat banyak peminatnya.

Ia segera mengetik nama 'Alvira' di kolom pencarian akun. Kini, ia benar-benar penasaran setengah mati. Ada apa kira-kira antara cewek itu dengan El?

Ia tidak berniat untuk stalk Alvira. Tapi ia hanya penasaran saja, tolong bedakan.

"Sa, lagi ngapain lo?"

Ikut penasaran dengan apa yang di lakukan Nusa, Mario dan Reza mendekatkan diri pada cewek itu.

"Lo ngapain stalk primadona sekolah?" Tanya Reza ketika Nusa dengan sangat teliti melihat satu per satu postingan yang menurut Mario dan dirinya sangatlah menawan.

Nusa menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Gak boleh ya? Kemarin aku ketemu sama Alvira sempat ngobrol tentang ekstrakurikuler dance." Ucapnya dengan jujur. Toh memang benar dirinya bertemu Alvira yang berdiri di dekat mobilnya, sampai mobil tersebut sudah di derek oleh mobil lain, sepertinya sih mogok.

"Dia primadona paling sempurna, apalagi Alvira satu-satunya orang yang di sayang banget sama El. Gak ada satupun cewek yang menggangu dirinya karna kalah cantik ataupun di ganggu dengan godaan cowok-cowok yang suka sama dia." Ucap Reza sambil menatap Nusa yang mendengarkan setiap penjelasannya dengan serius.

//Fyi; Secara umum, kita dapat mengartikan primadona sebagai sesuatu yang dianggap terbaik dan dijadikan sebagai unggulan//

"Bara? Emangnya dia siapanya Alvira?" Tanya Nusa dengan sangat penasaran.

Baru saja Reza ingin kembali menjawab pertanyaan Nusa, dengan heboh Mario menunjukkan jika saat ini Alvira memposting snapgram yang sangat ditunggu-tunggu banyak orang. Astaga, apa Alvira semenawan itu?

Mereka bertiga menatap layar ponsel milik Nusa yang kini menampilkan vidio postingan reply dari akun Instagram milik El.

"Jadi hari ini aku lagi sama Kak Bara yang super duper dingin kayak kutub selatan. Kak Bara, bilang hai!"

El menatap datar ke arah kamera. "Hai."

Rasa penasaran Nusa semakin memuncak.

"Mereka terlihat manis banget ya?" Ucapnya sambil menatap layarnya yang kembali menampilkan beberapa foto postingan milik Alvira.

Sedangkan Reza, laki-laki itu kini sudah duduk manis sambil menatap ponselnya yang kini diputar lagi vidio yang berada di snapgram, wajah Alvira sangat tidak bosan untuk di pandang. Bahkan ia memutar vidio tersebut berkali-kali. Jika saja El tau apa yang dilakukan sahabatnya yang satu ini, sudah di pastikan restunya akan semakin terkubur ke lubang yang paling dalam. Jangan main-main dengan kulkas.

Mario menatap wajah Nusa. "Iya, gue setuju sama ucapan lo. El sayang banget sama Alvira, bahkan tadi dia ninggalin kita berdua cuma buat jemput Alvira yang satu sekolah pun tau kalau setiap hari cewek itu bawa mobil ke sekolah."

"Kamu ngerasa persahabatan kalian di nomor duain sama Bara?"

"Enggak, ngapain ngerasa kayak gitu. Selagi El ngelakuin hal yang bener, kita mah gak pernah nuntut banyak. Toh El udah ngasih segala-galanya tentang persahabatan ke kita." Ucap Mario dengan senyuman manis. Mario yang kali ini terlihat sangat berbeda dengan Mario yang ia lihat beberapa menit yang lalu. Saat cowok itu sibuk bercanda tidak jelas dengan Reza mendebatkan warna pion yang di mainkan di ludo.

Nusa mengetuk dagunya. "Jadi intinya mereka saling sayang?"

"Iya. Alvira selalu buatin sarapan untuk El, tapi gak pernah di makan sama cowok itu. Katanya sih rasanya kadang keasinan, kemanisan, bahkan pernah sampai pedes banget." Ucap Mario sambil sedikit terkekeh melihat ekspresi datar El saat itu, padahal ia tau jika cowok itu sedang menahan pedas mati-matian. Namun apalah daya El yang seperti hanya punya satu ekspresi di dalam hidupnya.

Nusa menaikkan sebelah alisnya. Jika dirinya sudah penasaran dengan suatu hal, maka ia tidak akan berhenti sampai mendapatkan jawaban yang memuaskan.

"Kalau begitu, kenapa di terima?"

"Gue juga gak pernah ngerti. Tapi Alvira selalu bilang kalau sarapan itu di buat sama Tante Mira. Padahal mah buatan tuh cewek." Jujur, Mario juga gemas dengan tingkah Alvira yang seperti itu. Tapi ia cukup tau diri karena tidak mampu melewati batas aman yang El bangun untuk adiknya itu.

"Tante Mira?"

"Nyokapnya El."

Nusa ber-oh ria. "Bara cocok banget sih emang sama Alvira. Sama-sama kayak di ciptakan khusus untuk orang-orang yang sempurna."

Mario terkekeh. "Lo juga cantik, Sa. Semua cewek di dunia ini cantik."

Nusa terkekeh. "Iya aku cantik kok dan selalu bersyukur." Ucapnya sambil tersenyum manis.

Mario memberikan kedua ibu jarinya ke arah Nusa. "Lo cewek terkeren yang bisa deketin El dan dapet akses masuk ke dunianya selain Alvira."

"Yang artinya?" Tanya Nusa sedikit tidak paham.

Mario hanya tersenyum lalu ikut duduk di samping Reza dan memainkan game ludo lagi di ponselnya bersama dengan sistem komputer. Ia sedikit menyesal karena telah mengajak Reza bermain ludo bersamanya.

Nusa yang melihat itu lagi-lagi hanya bisa menyimpan rasa penasarannya.

...

Next chapter
❤️❤️❤️❤️❤️❤️

ELBARA [TERSEDIA DI WEBNOVEL]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora