XXX

1.9K 123 1
                                    

Latisya datang lebih awal hari ini, ia sedang duduk tenang di kubikelnya, dengan secangkir kopi dan sebuah music video terbaru dari boyband Korea kesukaannya, Super Junior.

Boyband legend dengan kualitas oke banget, nggak kalah sama boyband rookies. Latisya sih dari jaman lagu sorry-sorry memang sudah demen sama Siwon cees.

Umurnya juga belum setua itu untuk suka dengan K-pop apalagi menonton drama korea, karena bahkan mamanya lebih suka drama korea dibandingkan dirinya. So, umur bukan penghalang untuk kalian nonton drakor.

"Jangan dipelototin banget itu orang Korea, nanti bikin kamu gampang lupa. Nanti jam sepuluh kita rapat ke kantor pusat, jangan sampai ada yang ketinggalan." Laitsya tersentak, lagi enak nonton oppa-oppa eh muncul aki-aki di kubikelnya.

"Iya Pak, inget kok saya." Latisya tetap fokus menatap layar laptopnya. Sorry-sorry.. pesona Adnan tidak sekuat Kyuhyun, atau Donghae. Apalagi Siwon!

"Semuanya sudah diperiksa?"

"Apanya?"

"Tuhkan! keseringan nonton Korea nih kamu, mikirnya jadi lelet. Berkas-berkas nya lah.. masa bisul dua belas warna Bima yang diperiksa." Adnan masih setia berdiri disamping Latisya, Latisya yang mendengarnya sudah mulai menahan emosinya yang perlahan naik.

Apasih bawa-bawa bisul lagi! Batin Latisya.

Jangan sampai dia kena stroke karena terus-terusan berhadapan dengan Adnan. Amit amit!

"Sudah Baginda, sudah saya periksa. Nanti saya periksa lagi, terus saya kasih ke Baginda biar bisa diperiksa lagi." Adnan memasang muka tidak suka ketika Latisya menngatakan 'baginda'

"Nggak lucu!"

"Emang, nggak ada yang ngelawak juga Pak." balas Latisya sama datarnya dengan ekspresi Adnan.

"Saya tunggu berkas-berkas itu secepatnya." Adnan segera menuju ke ruangannya. "Oh iya, jangan lama saya nggak mau kita telat."

"Maksud bapak, saya yang bakal bikin telat?" Latisya menatap tajam kearah Adnan, dia jadi lebih sensitif ketika berbicara dengan Adnan.

"Emang ada saya bicara gitu tadi? Tapi yaa.. kalau kamu mikirnya gitu ya tersersah." Adnan mengangkat kedua bahunya, setelah itu dia menghilang dari pandangan Latisya.

Latisya langsung melempar pena kearah ruangan Adnan. Ingin rasanya dia mencakar-cakar wajah Adnan yang selalu memasang ekspresi tidak bersalah itu.

"Ada masalah apa lagi lo sama Adnan? kalian kan harus kompak buat taruhan!" Bima, Arvin dan Nabila datang bersamaan dengan tangan masing-masing membawa laptop.

"Latisyaa.. wifi kantor dipake buat kerja, bukan untuk ngeliatin orang-orang joget! Jaringan jadi lemot gini." Adnan bicara agak keras dari depan ruangannya kemudian kembali masuk.

"Ihhhhh!! Parah banget temen lo! Emang yah judes itu, kuantitas dikit kualitas oke. Omongannya tajem banget, lebih tajem dari omongan tetangga! Gue belom sampe lima menit nonton youtube, MV nya aja belum habis. Masa wifi lemot jadi salah gue?!" Latisya meluapkan kekesalannya pada Adnan dengan cara mengomel didepan teman-temannya.

"Udah-udah jangan marah-marah lagi, masih pagi nih." Nabila menepuk-nepuk pundak Latisya.

"Udahh.. tadi lo disuruh cek berkas kan? Buruan lo kerjain, nanti dia marah-marah lagi sama lo." Latisya menyenderkan pungunggnya dikursi, dengan muka yang cemberut.

"Kalo gue lempar dia dari lantai tujuh ini, dipenjara nggak?"

"Hahahahahah! Apaan sih lo, kesel banget emang sama Pak Adnan?" Arvin tertawa mendengar ocehan konyol Latisya. Yaelah sih Arvin pake nanya.

"Sehari aja lo rasain jadi gue kalau dia lagi nyebelin gini, mungkin lo berharap supaya Tuhan kalau nggak cabut nyawa Adnan lebih dulu, mending nyawa lo yang dicabut biar nggak ketemu Adnan lagi." Latisya berbicara dengan geram karena menahan emosi, sedangkan yang lain tertawa semakin menjadi-jadi.

"Lebay deh!!"

***

"Langsung balik kantor ya kita?" Divisi marketing baru saja selesai rapat di kantor pusat membahas tentang produk baru mereka yang kemarin dianalisis di Korea.

"Lo mau ke starbucks dulu pasti ya mentang-mentang lagi promo."

"Iya yok ke starbucks bentar, bilangin aja ke Pak Adnan kita langsung turun. Dia masih ngobrol sama Pak Allen juga kan?"

"Gue titip dong Sya, macchiato satu." Bima menyerahkan uang sebesar seratus ribu rupiah.

"Kembaliannya buat bayar punya gue ya Bim, gue macchiato juga deh." Pesan Arvin yang juga memberikan lembaran uang.

"Nah Vin, karena lo pake kembalian Bima, kembalian punya lo buat gue ya. Gue Vanila Latte Sya." Recky ikut-ikutan memesan minuman.

"Yaudah ayok turun, siapa bilang mau beliin? Sok nitip-nitip segala." Nabila dan Latisya sudah berdiri sedari tadi sedangkan tiga laki-laki Indonesia ini masih setia duduk.

"Titip dong cantik.. panas diluar males gue, ntar gue dikira bule lagi karena tanning."

"Anjir Vin, bule your ass! Lo jantan begini masa panas matahari aja takut sih. " sungut Bila, memangnya Latisya dan Nabila mau kena matahari yang lagi terik gini? Ini karena sunscreen yang SPF nya ++++ banyak aja deh, kalau nggak ya mana mau juga.

"Kalian ajalah yang beliin, kita mau cuci mata. Anak kantor pusat bening-bening nih. Dikantor liatin kalian mulu, kan kasihan mata gue!"

"Hih nggak akan ada juga yang mau sama lo pada. Eh, asli nggak nih uangnya?" Kata Latisya sambil mengangkat uang titipan teman-temannya.

"Coba lo goyang-goyangin uangnya, kalau kopiah Bung Karno nggak jatuh berarti uangnya asli." Bima memasang mimik wajah yang serius, kelakuan nggak cocok banget sama umur.

"Hahahaha..kampret si Bima. Uang aja dinistain apalagi temennya."

Walaupun setengah ikhlas untuk turun kebawah membeli starbucks, akhirnya Nabila dan Latisya mengalah. Tapi, baru beberapa langkah mereka berjalan, Adnan sudah memanggil Latisya.

"Sya! Sini masuk." Panggilnya yang memunculkan kepala dari ruang rapat.

"Saya? Kenapa pak?" Latisya menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi bertanya.

"Yang lain duluan aja kalau mau ke kantor, Latisya sama Recky nanti. Masih ada perlu disini sama saya. Hati-hati ya yang lain, langsung pulang ke kantor." Adnan kembali masuk ke ruang rapat.

"Yaudah, kita sekalian turun aja kalau gitu, babay guys kita duluan yaa." Nabila melambaikan tangannya. Mereka semua akhirnya beranjak, tidak ada lagi alasan untuk cuci mata. Soalnya kata Baginda 'langsung pulang ke kantor.'

"Sya, bilangin Adnan jangan lupa malem ini nobar, lo juga ikutan!" Latisya hanya berdehem, setelahnya dia dan Recky masuk ke ruang rapat.

Start with AWhere stories live. Discover now