• 06- Markas Savero

8.4K 1K 26
                                    

Happy Reading!
Copyright © ArCastellan
•••

Sesampainya di markas, kondisi markas benar-benar kacau. Banyak mayat tergeletak di lantai dengan darah mengalir di mana-mana.

"Oh astaga! Sekacau ini kah?!" desis Sean tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Selamat malam, Tuan. Anda sudah kembali?" sapa Edgar dengan tubuh yang penuh luka lebam dan percikan darah yang menodai tangan dan wajahnya. Ia adalah ketua Agent J sekaligus sahabat tergila yang Sean dan Aldrick miliki seumur hidupnya.

"Ya! seperti yang kau lihat, bodoh!" cetus Sean kesal yang membuat Edgar meringis dengan tangan menggaruk tengkuknya yang tak gatal yang sontak membuat Aldrick menahan tawanya.

"Bagaimana bisa sekacau ini, Ed?" imbuhnya penasaran.

"Maaf, Tuan. Jumlah mereka terlalu banyak, Tuan," balas Edgar singkat sembari menyeka darah di ujung bibirnya dengan berbagai umpatan terlontarkan.

"Ck, di mana istri dan anakku?" tanya Sean celingak celinguk menatap sekitar mencari keberadaan keluarga kecilnya.

"Nyonya Rachelly dan Tuan muda Arkan ada di ruang medis, Tuan. Mereka terluka sedikit parah, dan membutuhkan perawatan, Tuan," jelas Edgar menatap Sean ragu dengan ringisan akan rasa perih mengiringi. Dan tentunya, hal itu mampu membuat Sean menggeram marah akan apa yang ia dengar.

"SIALAN!" umpat Sean seraya berjalan membuka pintu mobil dan menggendong Lara yang tak sadarkan diri dengan banyak darah di tubuhnya, yang sontak membuat semua bawahan yang melihatnya terkejut bukan main dan bertanya-tanya siapa gadis kecil di gendongan Bos besar mereka.

"Rick, kau urus kondisi markas! Aku akan ke atas menemui Chelly dan Arkan. Jika terjadi sesuatu hubungi aku segera!" titah Sean tegas berjalan masuk kedalam markas.

"Baik, Tuan."

"Aldrick, siapa gadis kecil itu?" tanya Edgar penasaran mendekati Aldrick dengan suara berbisik.

"Dia... bukan urusanmu!" balas Aldrick yang membuat Edgar naik pitam dibuatnya.

"Ck, Ba**sat!" umpat Edgar kesal.

"Hahaha maaf, saat ini dalam jam kerja. Jadi, bisakah anda menjaga ucapan anda, Tuan Jack?" ledek Aldrick yang membuat Edgar memutar bola matanya jengah. Jack adalah panggilan Formal dari 'Edgar Olansis Jackray'.

"Ck, saya mengerti, Tuan Aldrick yang TERHORMAT." ucap Edgar dengan penuh penekanan di akhir kalimat.

"Hahaha, kau lucu sekali, Jack," tawa Aldrick santai yang mendapat decihan tak bersahabat.

"Cih! Jika bukan jam kerja, sudah kubunuh kau!" gumam Jack yang masih dapat didengar oleh Aldrick.

"Ah! Aku takut sekali, Tuan Jack. Hingga rasanya, bulu kudukku lebih tegap dari prinsipku" ledek Aldrick lagi yang mendapat tatapan sinis Edgar. Sontak, Aldrick pun tertawa terpingkal hingga membuat semua menatap Aldrick heran. Bagaimana bisa seorang tangan kanan mafia besar tertawa sebahagia itu di saat kondisi seperti ini? Pikir mereka.

***

Di sisi lain, Sean berada di lift dengan Lara yang masih setia memejamkan matanya. Hingga....

TING

Lift terbuka tepat di ruang medis. Terlihat, banyak sekali anggota Savero yang sedang dirawat. Kedatangannya mampu membuat semua pasang mata menatapnya ngeri, sungguh aura membunuh sangat terpancar pada diri Sean saat ini.

"Bersihkan dia!" ucap Sean dingin meletakkan Lara di sebuah ranjang medis.

"Baik, Tuan," balas salah seorang Dokter yang langsung memasang infus dan membersihkan darah di tubuh Lara serta mengganti pakaiannya dengan kemeja putih kebesaran entah milik siapa.

"Dad! Here!" teriak seorang anak laki-laki bak dewa yunani berusia 10 tahun tak jauh dari tempatnya berdiri. Yang sontak membuat Sean tersenyum lega dan berlari memeluk anak tersebut.

"Arkan?! Are you okay?" tanya Sean khawatir sembari meneliti keadaan Arkan yang kening dan tangannya sudah tertutup perban. Anak itu adalah anak semata wayang Sean dan Rachelly-Eksa Arkanino Joceline.

"Yes, Dad. Who she is?" ucap Arkan melepaskan pelukan Sean dan menunjuk Lara yang sedang diobati.

"Dia—" belum sempat Sean menjelaskan, suara melengking seorang Rachelly memenuhi ruang medis.

"Sean?!" teriak Rachelly yang langsung memeluk suami tercintanya.

"Rachelly?! Oh my god, are you okay, honey?" tanya Sean khawatir.

"Yes, i'm okay," balas Rachelly melepaskan pelukannya dengan senyum lebarnya yang membuat Arkan memutar bola matanya malas melihat drama asmara kedua orangtuanya.

"Ah syukurlah, aku benar-benar khawatir, sayang," ucap Sean lega.

"Tenanglah, kami tak apa. Hanya luka kecil," kata Rachelly menunjukkan bahu kanannya yang diperban. Yang membuat Sean bernapas lega untuk kedua kalinya.

"Oh ya, siapa gadis kecil itu?" tanya Rachelly penasaran.

"Entah lah, aku menemukannya di jalan," jawab Sean santai.

"Kau memu—" Lagi-lagi, belum sempat melanjutkan ucapannya, suara seseorang terlebih dahulu memotongnya.

"Wooo, Hai bro. Apa kabarmu Adik ipar?" ucap orang tersebut dengan senyum mengejeknya. Dia adalah Maxime Austine, rival Sean sekaligus Kakak kandung Rachelly atau lebih tepatnya Kakak ipar jahannamnya.

"Ck, kau bisa melihatnya, Max," decak Sean malas.

"Hahaha, sangat kacau," ledek Max.

"Kau meledekku?!" bentak Sean tak terima.

"Hahaha ayolah, Yan. Aku hanya mengatakan apa yang ku lihat saat ini," ucap Max santai menepuk pundak Sean sedikit keras dengan senyum miring menghiasi wajahnya.

"Kak...." tegur Chelly berusaha menghentikan perdebatan dua makhluk setan di hadapannya.

"Ah! Hai Chell, Adikku tersayang. Apa kau menderita menikah dengan pria di sampingku ini? Jika kau menderita, katakan padaku. Aku memiliki teman yang cukup tampan, dia—" ucap Max panjang lebar yang dipotong oleh suara khas seorang Arkan.

"Uncle, please don't—"

"Arkan?! This you?!" jerit Max tak percaya dengan sosok rupawan tak jauh dari posisinya. seingatnya terakhir kali ia bertemu Arkan adalah saat Arkan berusia 3 tahun, anak kecil yang amat menggemaskan. Namun, yang ia lihat saat ini adalah seorang anak lelaki tampan dan gagah dengan jiwa kepemimpinan tercetak jelas pada diri Arkan.

"Ya ya ya. This me, Uncle," balas Arkan jengah seraya memutar kedua matanya malas.

Alaura's Secret [Agent E] - END (TAHAP REVISI ALUR TOTAL)Where stories live. Discover now