• 08- Kejutan Untukmu, Uncle!

8.2K 1K 42
                                    

Happy Reading!
Copyright © ArCastellan
•••

DOR
DOR
DOR
DOR

Anggota Black Blood seketika terjatuh satu persatu dengan keadaan tak bernyawa karena tembakan yang menembus tepat di titik vital mereka semua. Sontak saja, semua terkejut dengan apa yang terjadi, tak terkecuali Sean dan Dave.

"SIAPA KAU?! KELUAR LAH BA**SAT!" teriak Dave penuh amarah. Hingga, tawa renyah terlontarkan dari sosok Lara yang kini memenuhi ruangan.

"Hai, Uncle. I'm here," ucap Lara santai menyandar di pilar yang ia gunakan untuk bersembunyi dengan tangan memainkan pistol dan tak lupa senyum miring serta tatapan tajamnya.

Hal tersebut sontak membuat semua menatap Lara tak percaya, mereka berpikir benarkah Lara yang melakukan hal itu? Apalagi usia dan keadaan Lara sangat meragukan, ditambah dengan bercak darah yang mulai mengering mengotori kemeja putih kebesarannya tepat di perut kirinya.

Sedangkan Aldrick yang terduduk lemah dengan banyak luka tembak dan lebam di tubuhnya tepat di samping Max menatap Lara dengan senyum miringnya, ia sudah menduga jika Lara bukan lah gadis kecil biasa. Sebelumnya, ia sudah mencari tahu seluruh informasi mengenai Lara. Namun, belum selesai ia membacanya, tiba-tiba Black Blood menyerang dan membuat aktivitasnya tertunda. Namun, dari kesimpulan yang ia dapat, Lara pernah melakukan pembunuhan sebelumnya.

"Kau...." ucap Dave menggantung tak percaya. Ia ragu dengan kedatangan Lara yang mengaku jika ia lah yang membunuh semua bawahannya, meskipun Lara dengan jelas memegang pistol di tangannya dengan aura khas seorang pembunuh prefesional, itu tak akan membuat Dave percaya dengan mudah.

"Ada pesan terakhir, hm?" tawar Lara dengan senyum miringnya.

"Heh, jangan bercanda gadis kecil. Mana mungkin kau yang membuat seluruh bawahanku tewas dengan muda. Jangan pikir hanya karena kau memegang pistol aku bisa percaya? Cih, strategi klasik!" ucap Dave remeh yang membuat Lara tersenyum licik.

"Wah wah, kau mau mati banyak bicara ya, Uncle? Sungguh lucu. Hahaha," ucapnya santai membolak-balikkan pistol di tangannya. Dan....

DOR

Satu tembakan ia layangkan tepat di perut kanan Dave yang seketika darah segar termuntahkan dengan keterkejutan akan tembakan tiba-tiba yang ia dapatkan. Lara sengaja membidik perut Dave, karena ia tak ingin membunuh Dave dengan mudah.  Anggap saja, sebagai bentuk kompensasi dari pertunjukan yang teramat membosankan.

"Arrghh! K-kau... ba-bagaimana mungkin?!" ucap Dave terbata memegangi perutnya yang sudah dipenuhi darah segar. Sungguh, ia tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Hal tersebut tentu saja membuat Lara tersenyum puas. Namun, belum puas rasanya jika ia tak membunuhnya.

"Satu tembakan sepertinya tidak cukup. Ah! Aku akan memberikanmu bonus karena kau sudah meremehkanku. Nikmati hadiah terakhirmu, Uncle," ujar Lara meniup ujung pistolnya yang berasap. Dan...

DOR
BRAK

Lagi-lagi satu tembakan ia layangkan, namun kali ini bidikannya tepat mengenai kepala Dave yang mampu membuat Dave tumbang seketika. Ia jengah dengan kondisi saat ini yang menurutnya kurang menyenangkan dan tidak menantang. Hal tersebut pun membuat keadaan seketika hening, mereka terkejut bukan main dan meyakinkan diri jika yang mereka lihat adalah bunga tidur. Namun, faktanya itu adalah kenyataan yang sulit diterima akal sehat mereka.

Meskipun Arkan juga dapat membunuh orang di usianya yang tak jauh dari Lara, namun tembakannya tak semulus tembakan Lara. Strategi dan bidikan yang Lara gunakan setingkat dengan penembak jitu. Bahkan Lara memiliki tingkat membunuh se-level dengan Sean yang tak lain adalah ketua mafia nomor satu di dunia belahan Eropa. Ini sungguh tak masuk akal, pikir mereka.

"Hah! Membosankan!" ujar Lara jengah sembari melempar pistol di tangannya.

Ia mendudukkan diri di lantai marmer menyandar di pilar dan mendongakkan kepalanya ke atas dengan mata terpejam serta tangan memegangi perut kirinya menikmati sensasi sakit akibat jahitan yang terbuka kembali.

"Tak adakah di antara kalian yang ingin menolongku?" tanya Lara dengan posisi yang sama dari sebelumnya. Yang sontak, membuat semua bingung dengan apa yang Lara katakan. Mereka tidak mengerti maksud Lara. Apa yang harus ditolong? pikir mereka yang tak menyadari luka Lara yang terbuka kembali. Sontak saja, hal tersebut membuat Lara menghela napas berat seraya membuka matanya perlahan menatap ke arah mereka semua.

"Ayolah! Aku membutuhkan ginjal, atau aku akan benar-benar mati setelah menyelamatkan kalian," lirih Lara jengah yang masih terdengar di indra pendengaran mereka. Sontak saja, ucapan Lara membuat Aldrick tersadar dan mengingat sesuatu.

"ASTAGA! TIM MEDIS! SELAMATKAN DIA! DAN LAKUKAN TRANSPLANTASI GINJAL SECEPATNYA!" jerit Aldrick cemas yang membuat semua heran, tim medis yang mendengar teriakan Aldrick pun berlari ke arah Lara dari lantai atas dan membopong Lara cepat menuju Ruang medis untuk melakukan penyelamatan.

Masalah ginjal yang akan di donorkan tidak perlu dicemaskan, karena markas Savero memiliki stok organ tubuh khusus untuk keadaan tertentu. Dan jika kalian bertanya dari mana asal organ-organ tersebut, maka jawabannya di pasar gelap yang sudah dipastikan ilegal sumbernya. Ah, ayolah! Mereka selalu lolos dari hukum karena bersihnya tindakan mereka hingga tak ada jejak yang dapat pihak berwajib temukan. Dan jika jejak ilegal mereka berhasil didapatkan, maka kekuasaanlah yang akan bertindak. Namun sayang, sejauh ini mereka selalu bersih dalam melakukan segala bentuk sindikat kriminal.

"Aldrick! Apa yang terjadi dengannya?!" tanya Sean tak kalah cemas.

"Dia...." ucapnya menggantung dengan helaan napas berat mengiringinya.

"Saya akan menjelaskannya nanti, Tuan. Yang terpenting ia sudah diurus tim medis. Dan sebaiknya, kita membereskan keadaan markas dan kita semua yang terluka, Tuan," lanjutnya yang membuat Sean tak terima dengan pendapat Aldrick.

"APA MAKSUDMU?! DIA-" belum sempat Sean memprotes, Max lebih dulu memotongnya. Sungguh, ia jengah dengan tingkah Sean kali ini.

"YAN! ALDRICK BENAR! LIHAT KONDISI MARKAS DAN MEREKA SEMUA!" pungkas Max jengah sembari memapah Rachelly yang terluka parah. Sean menatap keadaan sekitar. Ia lupa, lupa dengan insiden yang sebelumnya.

"Baiklah, maafkan aku," lirih Sean menghelah napas pelan seraya berusaha berdiri dibantu Edgar yang juga terluka tak kalah parah.

#TBC

Alaura's Secret [Agent E] - END (TAHAP REVISI ALUR TOTAL)Where stories live. Discover now