Dua Puluh Tiga

70.3K 7K 127
                                    

Mas Rey Suami Sayang:

Sayang

Tumben manggil sayang.
Mau minta apa Lanisa?

Emang aku sayang Mas kok.
Gak boleh ditumbenin gitu.
Mas bisa jemput aku? Jam 2.

Kok mendadak? Pak Danu ga bisa jemput? Atau Pak Rudi?

Maunya dijemput Mas.

Mas jam 1 rapat Sayang.
Dijemput Pak Sapta mau?
Ntar dianter ke kantor.

Fathir ngajak ketemu jam 2.
Maunya Lani ditemenin Mas.

-------------------------

Pesan terakhir tak berbalas tergantikan dering panggilan masuk beberapa detik setelahnya.

"Assalamualaikum. Fathir mau apalagi ketemu kamu? Kamu sama dia udah ga ada urusan lagi, Lanisa."

Aku menghela nafas panjang sebelum menjawab salamnya. Tenang Lanisa. Mari kita buat suasana hati suamiku tenang dengan berbicara jujur dan lembut.

"Gak tau Mas Sayang. Mungkin mau jelasin kenapa dia ninggalin aku dulu. Mungkin ya? Jujur, aku juga masih penasaran belum lega sebelum tau alasan dia apa, Mas."

"Astaga! Trus kalo alasannya logis, kamu mau balik sama dia? Lanisa! Kamu istri aku sekarang. Jangan lupa itu!"

Allah tolong sabarkanlah hati suamiku.

"Pasti ingetlah. Aku belum tua, Mas Rey. Aku cuma mau denger aja penjelasan dia. Abis itu, biar kita gak sama-sama menyimpan dendam penasaran masa lalu."

"Minta Dokter Renata temenin. Atau Romi, atau Riri, atau siapapun. Mas gak mau kamu ketemu dia sendiri."

"Makasih Sayang. Suamiku. I love you."

"Dan jangan lama-lama. Lima menit cukup."

"Gimana bisa lim ..."

Terputus. Oke, ini artinya Rey tidak ingin mendengar sanggahanku. Beberapa detik kemudian Rey membalas pesanku mengabarkan bahwa Pak Sapta yang akan menjemput dan mengantarkanku ke kantor Rey.

Akhirnya, aku mengajak Riri yang saat itu baru selesai jaga shift pagi. Romi sebenarnya tidak setuju dengan rencana pertemuan ini. Ia melarangku datang. Kalaupun bisa, Romi ingin jadi orang pertama yang mendampingiku bertemu Fathir. Siapa tahu ia bisa punya alasan untuk sekedar memberi pelajaran pada Fathir jika Fathir mengungkapkan alasan yang tidak masuk akal. Satu tonjokan di pipi cukup menurutnya.

Aku memaklumi karena Romi adalah saksi hidup bagaimana galaunya aku ketika kami putus. Aku menjadi pecandu drama korea juga karena Fathir. Menangis sekencang-kencangnya saat adegan sedih di drama membuatku lega melampiaskan kekecewaan pada mantan pacarku itu. Dan Romi sangat membenci kebiasaan burukku dulu. Mungkin ia juga merasa bahwa aku menangis bukan karena adegan di drama.

"Kakak udah gapapa? Kata Mas Romi, Mas Rey suruh Kakak resign ya?" Tanya Riri yang sedang menyesap moccacino thai tea kesukaannya di sampingku.

Dalam Genggaman (Doctor-Billionaire) TAMAT KBM حيث تعيش القصص. اكتشف الآن